Jurnal SHRK Oktober 2011 - Hari ke-2 - Faedah Yang Berlipatganda
Jurnal SHRK Oktober 2011 - Hari ke-2 - Faedah Yang Berlipatganda
"Mendekatlah kepada-Ku, dengarlah ini: Dari dahulu tidak pernah Aku berkata dengan sembunyi dan pada waktu hal itu terjadi Aku ada di situ." Dan sekarang, Tuhan ALLAH mengutus aku dengan Roh-Nya. Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, Yang Mahakudus, Allah Israel: 'Akulah TUHAN, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberifaedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh. Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti, maka keturunanmu akan seperti pasir dan anak cucumu seperti kersik banyaknya; nama mereka tidak akan dilenyapkan atau ditiadakan dari hadapan-Ku.'" - Yesaya 48:16-19
"Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat." - Matius 13:23
Tuhan mengajar umat-Nya tentang apa saja yang memberikan faedah - sesuatu yang berguna, yang mendatangkan manfaat dan kegunaan. Namun jika kita cermati Firman-Nya tersebut, sesungguhnya ada makna yang luar biasa dalam kata "faedah" tersebut. Faedah dalam ayat ini berbicara tentang profit (keuntungan) yang dihasilkan berdasarkan deret ukur dan BUKAN dengan deret hitung. Berdasarkan deret ukur artinya ada multiplikasi dan pelipatgandaan. Jadi Tuhan hendak mengajarkan kepada kita sesuatu yang dapat memberikan multiplikasi dan pelipatgandaan.
Pertanyaannya, dengan jalan apakah multiplikasi dan pelipatgandaan dapat terjadi? Tentu tidak lain adalah dengan menabur. Karena hanya dengan menabur atau mempersembahkan suatu korban, apapun bentuknya, maka tuaian bisa diperoleh. Bukankah Ishak dalam hidupnya mengalami apa yang disebut kian lama kian kaya sehingga menjadi sangat kaya? Tentu karena awalnya Ishak menabur, Kejadian 26:12-13.
Bangsa Israel menjalani sebuah perjalanan panjang dari mengalami perbudakan di Mesir, pengembaraan di padang gurun sampai memasuki tanah perjanjian. Dalam 3 tahapan ini, berkat bagi bangsa Israel pun dibagi dalam 3 level. Ketika mengalami perbudakan, berkat mereka dapat kita istilahkan not enough (tidak cukup) karena apa yang mereka terima bergantung dari belas kasihan para penjajah dari bangsa Mesir. Dan ketika di padang gurun selama 40 tahun, mereka hanya menerima roti Manna yang just enough (hanya cukup) untuk sehari dan tidak bisa disimpan karena akan membusuk jika lewat sehari. Namun ketika masuk tanah perjanjian mereka masuk pada level more than enough (lebih dari cukup), mengapa? Karena di tanah perjanjian mereka dapat menabur benih dan memperoleh seberapa pun mereka kehendaki sesuai dengan taburan mereka.
Kitab 1 Raja-Raja pasal ke-18 menceritakan tentang bagaimana Elia berdoa supaya hujan diturunkan untuk menghapus kemarau sepanjang 3,5 tahun. Diceritakan bahwa Elia menyuruh bujangnya melihat ke arah laut hingga 7 kali dan akhirnya hujan yang sangat lebat turun membasahi tanah kering Israel saat itu. Mengapa Elia begitu yakin akan turunnya hujan, padahal saat itu keadaan masih amat cerah tanpa setitik awan pun? Adakah bujangnya menjadi bosan hingga berkali-kali dia harus bolak balik untuk cek langit ke arah laut itu? Dari mana keyakinan Elia dan apa dasarnya bahwa doanya kali itu "harus" dijawab Tuhan?
Perhatikan peristiwa sebelum hujan lebat itu turun. Saat itu Elia sedang bertarung dengan nabi-nabi Baal. Ia mendirikan sebuah mezbah dari batu dan membuat parit dengan ukuran yang memuat dua sukat benih. Dan selanjutnya seluruh mezbah disiram oleh air sebanyak 12 buyung, hingga seluruh parit kelimpahan air. Ketika Elia berdoa, Tuhan menjawab dengan api yang menjilat dari langit, dan semua korban "ditelan" Tuhan tanpa sisa. Elia menabur benih air dan Tuhan menerima dengan perkenanan-Nya yang sempurna, atas dasar inilah Elia memiliki keyakinan bahwa hujan lebat telah terdengar desaunya bahkan sebelum beliau memulai doanya.
Kesanggupan Tuhan yang melipatgandakan, namun Ia mengajarkan kita untuk menabur, berkorban sampai menyukakan hati-Nya. Sehingga ketika kelimpahan itu datang dan pelipatgandaan menjadi tak terbatas, hati kita tetap melekat kepada-Nya.
Komentar
Posting Komentar