Meminta Raja, Menolak Tuhan
Meminta Raja, Menolak Tuhan
"Sebab itu berkumpullah semua tua-tua Israel; mereka datang kepada
Samuel di Rama dan berkata kepadanya: 'Engkau sudah tua dan anak-anakmu
tidak hidup seperti engkau; maka
angkatlah sekarang seorang raja atas kami untuk memerintah kami, seperti
pada segala bangsa-bangsa lain.' ... perkataan itu mengesalkan Samuel,
maka berdoalah
Samuel kepada TUHAN. TUHAN berfirman kepada Samuel: 'Dengarkanlah
perkataan bangsa itu dalam
segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang
mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi
raja atas mereka. ... hanya peringatkanlah
mereka dengan sungguh-sungguh dan beritahukanlah kepada mereka apa yang
menjadi hak raja yang akan memerintah mereka.'" - 1 Samuel 8:4-9
Apa ada yang salah dari permintaan bangsa Israel, hingga Samuel menjadi
kesal karenanya? Apa yang dimaksud oleh semua tua-tua Israel saat itu
dengan meminta sebuah jabatan raja, sebuah sistem pemerintahan kerajaan
diberlakukan saat itu? Mengapa Tuhan memperhitungkan sebagai tindakan
penolakan atas diri-Nya? Apakah jabatan raja dan sistem kerajaan itu
bukan sesuatu yang alkitabiah dan bertentangan dengan kehendak Tuhan
yang sempurna?
Cobalah baca dan renungkan Kitab Hakim-Hakim 19-21, saat itu tidak ada
baik hakim maupun raja yang memerintah di Israel, Samuel pun belum ada.
Namun keadaan Israel amat kacau dan mengerikan, semua hidup menurut
aturan masing-masing. Keadaan zaman itu mungkin menjadi salah satu
alasan tua-tua Israel meminta seorang raja kepada Samuel.
Dulu saya tidak memahami perbedaannya antara dipimpin oleh para hakim
maupun dipimpin oleh para raja karena keduanya adalah manusia, namun
mengapa ketika jabatan raja diminta untuk diadakan, Tuhan menilai hal
itu sebagai tindakan penolakan atas diri-Nya? Sampai akhirnya Roh Kudus
memberi pengertian begini; bangsa Israel sesungguhnya ingin mengambil
alih kendali atas sistem pemerintahan yang ada karena pada zaman para
hakim, semua hakim ditunjuk langsung oleh Tuhan. Ketika seorang hakim
sudah sangat tua dan harus dicarikan penggantinya, maka bangsa Israel
harus menantikan petunjuk Tuhan melalui para imam untuk menunjuk hakim
atau pemimpin yang berikutnya. Dan jika saat itu Tuhan tidak
berkeinginan untuk adanya seorang hakim hadir maka hal itu bisa saja
terjadi dan pernah terjadi dan sangat menakutkan bagi mereka yang lebih
menyukai mengandalakan manusia daripada mengandalkan Tuhan.
Sementara dengan adanya sistem kerajaan, rakyat dengan mudah mengetahui
siapa yang berikutnya akan menjadi pemimpin mereka ketika raja yang
sedang memerintah sudah mendekati umurnya untuk wafat. Biasanya seorang
putra mahkota telah dipersiapkan di antara putra-putra raja yang ada
saat itu. Jadi mereka tidak perlu bertanya-tanya, tidak perlu untuk
resah menantikan para imam untuk memperoleh petunjuk dari Tuhan karena
sudah ada "kepastian" yang manusiawi yang menggantikan "ketegangan" yang
ilahi untuk hal tersebut. Dengan mengetahui siapa yang berikutnya
akan memimpin, minimal mereka akan memiliki gambaran seperti apa dan
bagaimana keadaan bangsanya di tangan pemimpin yang berikutnya. Jika
seorang putra mahkota dinilai saleh sejak mudanya, tentu ada ketentraman
yang timbul ketika masa transisi terjadi. Begitu pula sebaliknya.
Jadi, sudahkah Anda menangkap semua maksud mereka itu? Mengapa sampai
Samuel kesal? Mengapa sampai Tuhan mengatakan bahwa Ia ditolak seperti
dulu ketika mereka baru keluar dari Mesir juga menolak Tuhan? Bangsa
Israel menolak gaya Tuhan yang penuh misteri untuk memimpin mereka.
Mereka lebih suka mencari jalan yang sesuai dengan kehendak mereka
sendiri daripada mencari kehendak Allah yang sempurna. Dan sesungguhnya
baik jabatan raja maupun sistem kerajaan adalah alkitabiah. Bukankah
Sorga dan kediaman-Nya disebut Kerajaan Sorga dan Kerajaan Allah?
Ketahuilah bahwa konsep sistem kerajaan adalah konsep sorgawi, sama
halnya dengan konsep kehidupan pernikahan. Rasul Petrus menuliskan, "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani,
bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu
memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah
memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib" - 1 Petrus 2:9.
Namun yang dimaksud Tuhan adalah mentalitas kita yang lebih
menginginkan kendali atas segalanya daripada Tuhan yang memegang
kendalinya.
Komentar
Posting Komentar