Menanggalkan Jubah, Merelakan Impian
Menanggalkan Jubah, Merelakan Impian
"Baru saja Yusuf sampai kepada saudara-saudaranya, merekapun menanggalkan jubah Yusuf, jubah maha indah yang dipakainya itu." - Kejadian 37:23
"Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: 'Marilah tidur dengan aku.' Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar." - Kejadian 39:12
Kali pertama itu selalu sulit rasanya, juga prosesnya. Kali itu Yusuf
dipaksa menanggalkan jubahnya yang bukan sekedar indah, namun maha
indah. Dari seorang pangeran kecil, Yusuf diasingkan ke negeri orang
sebagai seorang budak kecil. Namun Yusuf kecil tidak menjadi kecewa dan
pahit. Di rumah majikannya yang pertama, Potifar, sehari demi sehari
Yusuf bekerja dengan rajin, cakap dan penuh inisiatif. Dan sebagai
akibatnya, tuannya memberi kepercayaan penuh atas seisi rumahnya setelah
kurang lebih dua tahun mengabdi (perhitungan menurut kitab sejarah),
kecuali dua hal, yakni makanan & kudapan tuannya dan tentu istrinya.
Namun seperti biasa, kehidupan selalu berjalan begitu "mulus" hingga
memberikan kejutan-kejutan yang mendebarkan hati. Dan kali ini kejutan
itu berasal dari istri tuannya, dengan segala kemolekan tubuh dan
kehausan berahinya, Yusuf hendak dijerat. Bersyukur bahwa Yusuf tidak
terjatuh ke dalam jerat tersebut. Ia sepenuhnya waras dan sadar bahwa
segala sesuatu yang terjadi hingga saat itu semata-mata hanya karena
anugerah-Nya.
Dan karena kewarasan serta kesadarannya itu, Yusuf mampu meninggalkan
jubah kepangkatan yang dipercayakan tuannya. Jika kali yang pertama,
jubahnya dipaksa untuk ditanggalkan, maka kali yang kedua ini, Yusuf
tidak kembali untuk mengambil jubah tersebut dari tangan orang yang
bermaksud jahat kepadanya. Ia memilih untuk pergi dan menyerahkan segala
keputusan yang akan terjadi kepada tuan yang ia kasihi.
Sekarang renungkan perjalanan hidup kita selama ini bersama dengan-Nya
hingga sekarang. Awalnya tentu Ia mendidik kita dengan keras, supaya
kita mulai memahami kerinduan, keinginan, dan rencana-Nya bagi kita.
Namun pada titik tertentu, akan tiba saatnya Ia ingin melihat dan
membuktikan apakah kita tetap mempercayakan yang terbesar kepada-Nya,
atau sebaliknya kita mati-matian mempertahankan yang kecil sehingga
akhirnya kita tidak pernah bertemu takdir utama kita.
Bukankah kita memiliki impian dan idealisme kita sendiri? Ada selera dan
kehendak yang ingin kita bisa pertahankan atau bahkan kita pelihara.
Namun hati kecil kita tidak dapat berdusta bahwa semuanya itu bukanlah
yang dikenan Tuhan. Di satu sisi, daging akan berkata, "Inilah saatnya!
Kapan lagi kamu bisa peroleh semuanya ini?" Dan seterusnya. Sedangkan di
sisi lain, Roh berkata, "Jalanmu bukanlah jalan-Ku, rancangan-Ku bukanlah rancanganmu."
2013 ini, Roh-Nya masih terus menilik, siapa-siapa yang pantas menjadi
Yusuf-Yusuf-Nya di Akhir Zaman. Adakah kita tetap rela menanggalkan
jubah dan tetap mempercayakan impian kita dengan impian-Nya, hingga saat
yang dikehendaki-Nya sendiri yang menentukan semuanya itu?
"Ia membuat segala sesuatu indah
pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi
manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal
sampai akhir." - Pengkotbah 3:11
Komentar
Posting Komentar