Tebarkan Jalamu Sebelah Kanan
Minggu, 20 Desember 2015
Tebarkan Jala ke Sebelah Kananmu
Pdt. Petrus Agung
Yoh 21: 1-14
Saat pertama kali Tuhan memanggil para murid kondisinya hampir sama (Luk 5: 4-11). Semalaman mereka mencari ikan, tapi tak mendapat tangkapan seekorpun. Yesus menyuruh mereka ke tempat yang dalam, lalu menebarkan jalanya. Jala penuh ikan hingga koyak, dan kapal hampir tenggelam.
Setelah selama 3 1/2 tahun ikut Yesus, ada hal yang mengerikan: Yesus ditangkap, disiksa, disalibkan dan mati. Padahal mereka berharap Yesus memimpin pembebasan bangsa Yahudi dari penjajahan Romawi. Dalam keadaan galau Petrus pergi menangkap ikan, seperti akan kembali ke profesi yang lama. Murid-murid lain ikut karena merasa tidak ada pilihan. Tuhan memang menampakkan diri, tapi berbeda dengan yang dulu, dan tidak setiap hari Yesus hadir.
Semalaman mereka gagal. Pagi harinya Yesus menghampiri dan seolah-olah minta ikan dari mereka. Saat Yesus berkata tebarkan jalamu ke sebelah kanan, para murid mengikuti, lalu menangkap banyak ikan, dan kali ini jala tidak koyak.
Pertanyaan di hati p Agung: mengapa Tuhan berkata “tebarkan jalamu di sebelah kanan”. Jika Tuhan berkata demikian, indikasinya selama ini mereka hanya menebar jala di sisi kiri.
1. Menganalisa hidup kita, lalu tinggalkan yang tidak menghasilkan
Belajar menganalisa hidup kita. Berhentilah melakukan apapun yang tidak ada hasilnya, lalu ubah arah kehidupan kita. Sisi kanan adalah sisi kehormatan, kemuliaan dan keluhuran.
Banyak orang berjuang dalam hidupnya. Semua perjuangan dan upaya itu harus diperhatikan, dan “dititeni”: apakah cara seperti itu berhasil atau tidak? Jika tidak berhasil, mari gunakan cara yang berbeda, cara yang lebih terhormat, yaitu cara Tuhan.
Jika selama ini kita tidak berhasil, artinya selama ini kita berfokus pada sisi yang keliru.
Kita harus belajar dan berani berubah ke sisi yang lain.
Perubahan adalah sesuatu yang paling ditakuti manusia. Manusia cenderung merasa nyaman di tempatnya ada, bahkan kadang merasa nyaman di suatu posisi walau tidak ada hasilnya.
Contoh:
Berusaha dengan jalan berhutang.
Bekerja dengan dikuasai kemarahan, kekecewaan dan sakit hati, kemudian tidak ada hasilnya, tapi tetap dilakukan.
Kita juga harus membongkar kenyamanan yang tidak membawa lompatan pertumbuhan.
Ilustrasi orang yang nyaman dan tidak mau berubah
Seseorang melempar bola ke atas, lalu tunggu bola turun, lalu ditangkap. Ini dilakukan berkali-kali. Saat ditanya mengapa melakukan hal itu, orang itu menjawab bahwa siapa tahu suatu hari bola itu mental ke samping. Ini adalah bentuk kebodohan.
Kesaksian
Seseorang hancur ekonominya karena kecanduan berjudi. Kecanduan ini diawali dengan diajak teman, lalu menang besar. Tapi selanjutnya dia selalu kalah. Alasan dilakukan terus: siapa tahu satu kali akan menang. Orang ini pernah mencicipi sesuatu yang dipikir akan selamanya seperti itu.
Seringkali manusia menebar ke sebelah kiri: yaitu dengan cara yang tidak terhormat, tipu sana-sini. Hentikan cara ini, berani melangkah dan membuat perubahan radikal
Tanda pertobatan adalah jika kita mau mengakui bahwa telah membuat kesalahan dan kebodohan di hadapan Tuhan. Orang yang tidak pernah mau berubah, tidak ada berkatnya hingga kapanpun. Orang yang berani berubah akan diberkati Tuhan secara ajaib.
2. Seringkali Tuhan arahkan kita ke tempat yang berlawanan dengan logika normal
Jarak perahu para murid dengan bibir pantai sekitar 90 m. Secara logika para murid menebar jala ke sisi kiri yang lebih dalam, bukan ke sisi kanan yang lebih dangkal dan lebih dekat ke pantai.
Perintah Yesus untuk menebarkan jala ke kanan, artinya ke tempat yang dangkal, yang sebenarnya tidak mungkin mendapat banyak ikan. Di tempat yang biasanya tidak ada ikan, ternyata mereka menangkap 153 ekor ikan.
Seringkali Tuhan arahkan kita ke tempat yang logikanya tidak menghasilkan apapun.
Perintah Yesus kali ini berbalikan dengan perintah yang dulu saat Yesus memanggil mereka pertama kali. Dulu diminta bertolak ke tempat yang dalam, kali ini ke tempat yang dangkal.
Kita punya cara pandang tertentu tentang keberhasilan: cara sukses harus seperti ini, jika maju hebat harus seperti ini, jika menggunakan cara itu tidak mungkin, dst. Pola pikir seperti ini seringkali membatasi Tuhan.
Jika anak-anak kita tidak sejak dini ketemu Tuhan dalam hidupnya, condongnya akan ke arah dunia.
Kesaksian
Dalam kegerakan di tahun 1979 ratusan pelajar terima Tuhan.
Semua kegerakan bukan karena organisasi, tapi Tuhan pilih orang-orang tertentu
Setahun setelah kegerakan, banyak orang-orang inti yang dipakai Tuhan keluar dari Semarang, ke kota dan negara lain. Lalu api kegerakan merosot, hingga p Agung sempat merasa bahwa semuanya memang harus begitu. Saat itulah p Agung mendapat tawaran bea siswa sekolah teologia di Perth, Australia. Tapi Tuhan larang p Agung keluar dari Semarang.
Suatu saat tinggal tiga orang yang berdoa: p Agung, p Timotius, dan seorang teman lain.
P Agung sempat bertanya pada Tuhan: apakah tidak salah perintah Tuhan untuk tetap di Semarang, karena kegerakan sudah mati, dan tidak bisa berbuat banyak.
Sekalipun logikanya salah, tapi jika Tuhan yang bicara, itu adalah jaminan yang harus kita pegang.
Tuhan tidak pernah salah. Yang seringkali salah adalah kita tidak cukup punya iman untuk bertindak seperti yang Tuhan mau.
Kesaksian
Di Tahun 1999 gereja JKI mengalami lompatan, sedang berkembang pesat, dan mengalami lawatan Tuhan. Saat itu ada 3 hamba Tuhan yang tidak saling kenal bernubuat sama: p Agung harus pindah ke Amerika. P Agung aminkan nubuatan itu, lalu berangkat ke Amerika untuk menyiapkan segala sesuatunya, bahkan mencari rumah. Gereja sudah dipasrahkan kepada beberapa orang rekannya.
Setelah semua siap, suatu malam p Timotius dan bu Yuni datang ke rumah p Agung dan menanyakan pada p Agung: apakah tidak keliru. Dalam 30 menit pernyataan-pernyataan p Timotius membuka pemikiran p Agung, dan mengubah keputusannya.
Tuhan berkata bahwa suara 3 nabi tersebut adalah suara Tuhan, tapi suara yang disampaikan p Timotius juga suara Tuhan. Sepertinya bertentangan, tapi maksud Tuhan.
Contoh di Alkitab
Saat Abraham mendengar perintah supaya mempersembahkan anaknya, itu adalah suara Tuhan. Tapi suara yang mencegah Abraham menyembelih Ishak juga suara Tuhan.
Ternyata Tuhan menguji hati p Agung: gereja sedang berkembang, bagaimana respon hati p Agung? Apakah gereja itu milik Tuhan atau milik p Agung. Esoknya saat KKR di gereja permata, saat memasuki gedung seperti ada kabel yang membelit, kemudian ada gunting besar yang memotong kabel itu. Ternyata Tuhan memutuskan ikatan jiwa, yaitu rasa memiliki jemaat, karena jemaat adalah milik Tuhan.
Kita adalah milik Yesus, dan Tuhan tidak mau siapapun merasa memiliki kita. Tuhan mau memiliki kita sepenuhnya, dan membawa kita ke tempat yang Tuhan kehendaki.
Dampaknya: jumlah jemaat meledak, lalu Tuhan perintahkan membangun Holy Stadium dan berbagai proyek lain.
Tidak ada orang yang memiliki kita kecuali Tuhan Yesus sendiri
Dengarkan perkataan Tuhan, ujungnya hanya Tuhan yang dipermuliakan
3. Setiap kali Tuhan minta kita berkorban, sebenarnya Tuhan sedang memberi kita kehormatan
Kesan dari pertanyaan awal Tuhan Yesus : Tuhan tidak punya ikan. Tapi dalam kisah itu, setelah murid-murid sampai ke daratan, ternyata Tuhan sudah memanggang beberapa roti dan ikan. Hari itu Tuhan mau menjamu murid-muridNya. Tapi Tuhan mau beri kehormatan bagi murid-muridNya untuk jadi setara, duduk memerintah bersama Tuhan.
Saat Tuhan minta kita berkorban beberapa hasil kita, sebenarnya Tuhan sedang memberi kita kehormatan.
Kesaksian.
Suatu kali anak-anak p Agung mengajak makan bersama. Selesai makan, salah satu anak p Agung minta tagihan, dan membayar makanan itu. Ada perasaan bangga di hati p Agung. Bertahun-tahun anak-anak p Agung menerima dan menerima, tiba-tiba hari itu jadi orang dewasa, dan membayari p Agung. P Agung lebih banyak uang dibanding anaknya, tapi yang dilakukan anaknya itu menyentuh dan membuat bangga hatinya.
Tuhan sudah punya ikan bakar, Dia hanya mau menghormati para murid. Dia ajari murid-muridNya untuk duduk memerintah bersamaNya. Ini adalah karakter Ilahi.
Tebarkan Jala ke Sebelah Kananmu
Pdt. Petrus Agung
Yoh 21: 1-14
Saat pertama kali Tuhan memanggil para murid kondisinya hampir sama (Luk 5: 4-11). Semalaman mereka mencari ikan, tapi tak mendapat tangkapan seekorpun. Yesus menyuruh mereka ke tempat yang dalam, lalu menebarkan jalanya. Jala penuh ikan hingga koyak, dan kapal hampir tenggelam.
Setelah selama 3 1/2 tahun ikut Yesus, ada hal yang mengerikan: Yesus ditangkap, disiksa, disalibkan dan mati. Padahal mereka berharap Yesus memimpin pembebasan bangsa Yahudi dari penjajahan Romawi. Dalam keadaan galau Petrus pergi menangkap ikan, seperti akan kembali ke profesi yang lama. Murid-murid lain ikut karena merasa tidak ada pilihan. Tuhan memang menampakkan diri, tapi berbeda dengan yang dulu, dan tidak setiap hari Yesus hadir.
Semalaman mereka gagal. Pagi harinya Yesus menghampiri dan seolah-olah minta ikan dari mereka. Saat Yesus berkata tebarkan jalamu ke sebelah kanan, para murid mengikuti, lalu menangkap banyak ikan, dan kali ini jala tidak koyak.
Pertanyaan di hati p Agung: mengapa Tuhan berkata “tebarkan jalamu di sebelah kanan”. Jika Tuhan berkata demikian, indikasinya selama ini mereka hanya menebar jala di sisi kiri.
1. Menganalisa hidup kita, lalu tinggalkan yang tidak menghasilkan
Belajar menganalisa hidup kita. Berhentilah melakukan apapun yang tidak ada hasilnya, lalu ubah arah kehidupan kita. Sisi kanan adalah sisi kehormatan, kemuliaan dan keluhuran.
Banyak orang berjuang dalam hidupnya. Semua perjuangan dan upaya itu harus diperhatikan, dan “dititeni”: apakah cara seperti itu berhasil atau tidak? Jika tidak berhasil, mari gunakan cara yang berbeda, cara yang lebih terhormat, yaitu cara Tuhan.
Jika selama ini kita tidak berhasil, artinya selama ini kita berfokus pada sisi yang keliru.
Kita harus belajar dan berani berubah ke sisi yang lain.
Perubahan adalah sesuatu yang paling ditakuti manusia. Manusia cenderung merasa nyaman di tempatnya ada, bahkan kadang merasa nyaman di suatu posisi walau tidak ada hasilnya.
Contoh:
Berusaha dengan jalan berhutang.
Bekerja dengan dikuasai kemarahan, kekecewaan dan sakit hati, kemudian tidak ada hasilnya, tapi tetap dilakukan.
Kita juga harus membongkar kenyamanan yang tidak membawa lompatan pertumbuhan.
Ilustrasi orang yang nyaman dan tidak mau berubah
Seseorang melempar bola ke atas, lalu tunggu bola turun, lalu ditangkap. Ini dilakukan berkali-kali. Saat ditanya mengapa melakukan hal itu, orang itu menjawab bahwa siapa tahu suatu hari bola itu mental ke samping. Ini adalah bentuk kebodohan.
Kesaksian
Seseorang hancur ekonominya karena kecanduan berjudi. Kecanduan ini diawali dengan diajak teman, lalu menang besar. Tapi selanjutnya dia selalu kalah. Alasan dilakukan terus: siapa tahu satu kali akan menang. Orang ini pernah mencicipi sesuatu yang dipikir akan selamanya seperti itu.
Seringkali manusia menebar ke sebelah kiri: yaitu dengan cara yang tidak terhormat, tipu sana-sini. Hentikan cara ini, berani melangkah dan membuat perubahan radikal
Tanda pertobatan adalah jika kita mau mengakui bahwa telah membuat kesalahan dan kebodohan di hadapan Tuhan. Orang yang tidak pernah mau berubah, tidak ada berkatnya hingga kapanpun. Orang yang berani berubah akan diberkati Tuhan secara ajaib.
2. Seringkali Tuhan arahkan kita ke tempat yang berlawanan dengan logika normal
Jarak perahu para murid dengan bibir pantai sekitar 90 m. Secara logika para murid menebar jala ke sisi kiri yang lebih dalam, bukan ke sisi kanan yang lebih dangkal dan lebih dekat ke pantai.
Perintah Yesus untuk menebarkan jala ke kanan, artinya ke tempat yang dangkal, yang sebenarnya tidak mungkin mendapat banyak ikan. Di tempat yang biasanya tidak ada ikan, ternyata mereka menangkap 153 ekor ikan.
Seringkali Tuhan arahkan kita ke tempat yang logikanya tidak menghasilkan apapun.
Perintah Yesus kali ini berbalikan dengan perintah yang dulu saat Yesus memanggil mereka pertama kali. Dulu diminta bertolak ke tempat yang dalam, kali ini ke tempat yang dangkal.
Kita punya cara pandang tertentu tentang keberhasilan: cara sukses harus seperti ini, jika maju hebat harus seperti ini, jika menggunakan cara itu tidak mungkin, dst. Pola pikir seperti ini seringkali membatasi Tuhan.
Jika anak-anak kita tidak sejak dini ketemu Tuhan dalam hidupnya, condongnya akan ke arah dunia.
Kesaksian
Dalam kegerakan di tahun 1979 ratusan pelajar terima Tuhan.
Semua kegerakan bukan karena organisasi, tapi Tuhan pilih orang-orang tertentu
Setahun setelah kegerakan, banyak orang-orang inti yang dipakai Tuhan keluar dari Semarang, ke kota dan negara lain. Lalu api kegerakan merosot, hingga p Agung sempat merasa bahwa semuanya memang harus begitu. Saat itulah p Agung mendapat tawaran bea siswa sekolah teologia di Perth, Australia. Tapi Tuhan larang p Agung keluar dari Semarang.
Suatu saat tinggal tiga orang yang berdoa: p Agung, p Timotius, dan seorang teman lain.
P Agung sempat bertanya pada Tuhan: apakah tidak salah perintah Tuhan untuk tetap di Semarang, karena kegerakan sudah mati, dan tidak bisa berbuat banyak.
Sekalipun logikanya salah, tapi jika Tuhan yang bicara, itu adalah jaminan yang harus kita pegang.
Tuhan tidak pernah salah. Yang seringkali salah adalah kita tidak cukup punya iman untuk bertindak seperti yang Tuhan mau.
Kesaksian
Di Tahun 1999 gereja JKI mengalami lompatan, sedang berkembang pesat, dan mengalami lawatan Tuhan. Saat itu ada 3 hamba Tuhan yang tidak saling kenal bernubuat sama: p Agung harus pindah ke Amerika. P Agung aminkan nubuatan itu, lalu berangkat ke Amerika untuk menyiapkan segala sesuatunya, bahkan mencari rumah. Gereja sudah dipasrahkan kepada beberapa orang rekannya.
Setelah semua siap, suatu malam p Timotius dan bu Yuni datang ke rumah p Agung dan menanyakan pada p Agung: apakah tidak keliru. Dalam 30 menit pernyataan-pernyataan p Timotius membuka pemikiran p Agung, dan mengubah keputusannya.
Tuhan berkata bahwa suara 3 nabi tersebut adalah suara Tuhan, tapi suara yang disampaikan p Timotius juga suara Tuhan. Sepertinya bertentangan, tapi maksud Tuhan.
Contoh di Alkitab
Saat Abraham mendengar perintah supaya mempersembahkan anaknya, itu adalah suara Tuhan. Tapi suara yang mencegah Abraham menyembelih Ishak juga suara Tuhan.
Ternyata Tuhan menguji hati p Agung: gereja sedang berkembang, bagaimana respon hati p Agung? Apakah gereja itu milik Tuhan atau milik p Agung. Esoknya saat KKR di gereja permata, saat memasuki gedung seperti ada kabel yang membelit, kemudian ada gunting besar yang memotong kabel itu. Ternyata Tuhan memutuskan ikatan jiwa, yaitu rasa memiliki jemaat, karena jemaat adalah milik Tuhan.
Kita adalah milik Yesus, dan Tuhan tidak mau siapapun merasa memiliki kita. Tuhan mau memiliki kita sepenuhnya, dan membawa kita ke tempat yang Tuhan kehendaki.
Dampaknya: jumlah jemaat meledak, lalu Tuhan perintahkan membangun Holy Stadium dan berbagai proyek lain.
Tidak ada orang yang memiliki kita kecuali Tuhan Yesus sendiri
Dengarkan perkataan Tuhan, ujungnya hanya Tuhan yang dipermuliakan
3. Setiap kali Tuhan minta kita berkorban, sebenarnya Tuhan sedang memberi kita kehormatan
Kesan dari pertanyaan awal Tuhan Yesus : Tuhan tidak punya ikan. Tapi dalam kisah itu, setelah murid-murid sampai ke daratan, ternyata Tuhan sudah memanggang beberapa roti dan ikan. Hari itu Tuhan mau menjamu murid-muridNya. Tapi Tuhan mau beri kehormatan bagi murid-muridNya untuk jadi setara, duduk memerintah bersama Tuhan.
Saat Tuhan minta kita berkorban beberapa hasil kita, sebenarnya Tuhan sedang memberi kita kehormatan.
Kesaksian.
Suatu kali anak-anak p Agung mengajak makan bersama. Selesai makan, salah satu anak p Agung minta tagihan, dan membayar makanan itu. Ada perasaan bangga di hati p Agung. Bertahun-tahun anak-anak p Agung menerima dan menerima, tiba-tiba hari itu jadi orang dewasa, dan membayari p Agung. P Agung lebih banyak uang dibanding anaknya, tapi yang dilakukan anaknya itu menyentuh dan membuat bangga hatinya.
Tuhan sudah punya ikan bakar, Dia hanya mau menghormati para murid. Dia ajari murid-muridNya untuk duduk memerintah bersamaNya. Ini adalah karakter Ilahi.
Komentar
Posting Komentar