Kelas Mengenal Hati Tuhan
Kelas Mengenal Hati Tuhan
Ev. Iin Tjipto Purnomo
Waktu
saya mendapat penglihatan kelas mengenal Hati Tuhan, saya melihat sebuah hati
merah besar berdarah. Banyak orang yang mau masuk kelas ini, tetapi begitu
mendekat dipintu kelas saja sudah banyak orang menangis, meraung bahkan rebah,
tapi beberapa orang langsung pergi dan menyingkir karena tidak mau sakit. Yang
didalam kelas ini hanya merenung, meratap dan tersungkur, berkaca-kaca semua
berurusan langsung dengan hatiNya. Seringkali memang sangat menyakitkan, kelas
ini dimulai ketika kita bersedia untuk dibongkar, dididik, dan bisa dengan
tenang mendengarkan hati dan perasaanNya. Mari kita berani berjalan dengan
Tuhan dan masuk dalam keintiman. Pertama hati Tuhan berkata : “Maukah engkau
mengerti hatiKu ?”
Saya
pikir mengerti hatiNya itu sangat mudah seperti kita mendengarkan cerita
seseorang. Tetapi Tuhan bilang mengerti itu bukan hanya sekedar tahu, tapi
merasakan yang Aku rasakan. Dan itu semua hanya bisa dialami dan bukan kata
orang. Ini juga berbicara tentang ditanam dan bertumbuh. Tuhan berkata : “Bolehkah
engkau ku bawa dalam banyak hal, naik dan turun, kehilangan dan ditambahkan ?”
Sejak itulah pengalaman dimulai, Tuhan menunjukkan empat kali.
Pertama
waktu saya memegang batu merah, tiba-tiba saya tahu saya kehilangan sesuatu,
lalu saya mengalami anak saya meninggal, tetapi lewat kejadian itu saya bisa
merasakan sakitnya hati Tuhan melihat jiwa-jiwa yang terhilang. Tidak pernah
ada orang yang bisa mengenal Tuhan dalam sesaat. Pertama yang membuat kita mengenal Tuhan lebih
lagi yaitu dengan meminta Tuhan membuat kita jatuh cinta denganNya.
Kita
tidak pernah bisa mengenal cintaNya tanpa saudara dan saya terpikat, direbut
hati dan perasaan kita. Begitu kita mulai menikmati cintaNya, ada getar
cintaNya, kita akan mulai punya pengertian dan hati yang berbeda, mengerti
kesukaan, selera dan kerinduan bahkan kesakitanNya.
Mengenal
hati Tuhan juga merupakan proses kedewasaan dan kedalaman. Ketika seseorang
menikah maka seiring berjalannya waktu kata-kata justru semakin sedikit tapi
tiap hari kita saling memberi signal yang bisa diterima antara mereka berdua.
Hal itu juga yang harus kita miliki dengan Tuhan. Seseorang yang dewasa dan
bekerja dibidang yang sama dengan hobi yang sama sering bisa berjam-jam mengerjakan
hal yang sama demikian juga cara mereka berbincang, kadang ada istilah-istilah
yang hanya dimengerti oleh mereka. Itulah Roh Kudus dan itulah Yesus, kita
butuh menyamakan hobi, pengalaman, kedalaman untuk bisa mengerti dan mengenal
hatiNya.
Tahukah
saudara sakit hatiNya Tuhan ketika kita menolak untuk percaya. Padahal dengan
percaya maka mujizat dan semua janji jadi nyata. Tapi karena tanpa imaan itu
adalah dosa, maka tanpa iman Tuhan bahkan tidak bisa menolong anakNya.
Hati
seorang Bapa selalu ingin anakNya lebih dari padaNya sampai ada ayat yang
berkata : Sebab Bapa mengasihi Anak k
dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri,
bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi
dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, l
sehingga kamu menjadi heran. (Yohanes 5:20)
Padahal
sejak mereka menerima Yesus itu berarti mereka menerima gen Yesus, serupa dan
segambar dengan Yesus, menjadi manusia Allah. Alkitab berkata tidak dengan suka
hati Bapa “merisaukan” hati anak-anakNya. Bayangkan merisaukan hati
anak-anakNya saja membuat Bapa sedih.
Bagaimana
mungkin Yesus merencanakan yang buruk, bagaimana mungkin beberapa orang
berpikir Bapa sengaja berbuat jahat ? Itu semua karena orang tidak mengenal
hati Bapa. Bapa menangis setiap kali melihat neraka, neraka diciptakan untuk
para malaikat yang jatuh dan bukan untuk manusia. Tapi iblis membujuk manusia
percaya pada iblis dan akibatnya menemani iblis di neraka. Tahukah saudara hati
Tuhan penuh dengan nyanyian, penuh
dengan ide surprise untuk memberkati anak yang dicintaiNya. Penuh dengan destiny
besar untuk anak-anakNya. Penuh dengan kerinduan mengajarkan semua hal supaya
anak-anakNya bisa mewarisi semua yang Dia miliki ! Selalu ada cinta yang besar
dihatiNya. Amin
Jatiwangi,
10 Mei 2016
By
His Grace
Joshua
Ivan Sudrajat S
Komentar
Posting Komentar