MANIFESTASI ROH AGAMAWI
MANIFESTASI ROH AGAMAWI
@Rick Joyner
Suatu roh agamawi adalah suatu roh jahat yang berusaha untuk menggantikan kuasa Roh Kudus dengan aktifitas agamawi di dalam hidup kita. Tujuan utamanya adalah supaya gereja “menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya memungkiri kekuatannya…” (2 Timotius 3 : 5)
Berikut adalah manifestasi-manifestasi dari roh agamawi yang terkadang secara sadar maupun tanpa sadar dilakukan oleh orang-orang percaya, bahkan oleh orang yang sudah rohani sekalipun.
1. Seringkali akan melihat bahwa misi utama mereka adalah untuk meruntuhkan apa yang telah mereka yakini sebagai kesalahan.
Pelayanan orang yang semacam itu akan menghasilkan lebih banyak perpecahan dan kehancuran daripada pekerjaan yang langgeng yang menghasilkan buah bagi kerajaan Tuhan.
2. Tidak mampu menerima sebuah teguran, khususnya dari mereka yang mereka nilai kurang rohani dari mereka.
Cobalah mengingat bagaimana respon anda terhadap beberapa orang terakhir yang mencoba mengoreksi anda.
3. Memiliki suatu falsafah bahwa, “Saya tidak akan mendengarkan manusia, hanya kepada Tuhan saja.”
Karena Tuhan seringkali berbicara melalui manusia. Ini merupakan penipuan yang nyata, mengungkapkan kesombongan rohani yang serius.
4. Lebih banyak melihat kepada yang salah daripada yang baik pada diri orang lain, gereja (lokal) lain, dan sebagainya.
Dari Lembah Yohanes melihat Babel, tetapi ketika ia dibawa ke suatu gunung yang tinggi, ia melihat Yerusalem Baru (lihat Wahyu 21 : 10). Jika kita hanya melihat Babel, itu disebabkan karena prespektif kita. Mereka yang berada di suatu tempat visi yang sejati akan memberikan perhatian mereka kepada apa yang sedang Tuhan kerjakan, bukan manusia.
5. Akan dikalahkan oleh perasaan yang diliputi rasa bersalah bahwa mereka tidak akan pernah memenuhi standar Tuhan.
Dalam hal ini, perasaan bersalah merupakan suatu akar dari roh agamawi, karena ia menyebabkan kita mendasarkan hubungan kita dengan Tuhan kepada kinerja kita ketimbang kepada salib.
6. Menjaga nilai kehidupan rohani mereka.
Ini termasuk merasa diri lebih baik karena kita menghadiri lebih banyak kebaktian, membaca Alkitab lebih banyak, melakukan hal-hal lebih banyak untuk Tuhan, dan sebagainya. Ini semua merupakan usaha-usaha yang mulia, namun ukuran sebenarnya dari kedewasaan rohani adalah semakin intim dengan Tuhan.
7. Percaya bahwa mereka ditunjuk untuk mengoreksi setiap orang lain.
Orang ini mengangkat dirinya sendiri menjadi pengawas atau polisi di kerajaan Tuhan. Mereka jarang melibatkan diri dalam pembangunan, tetapi hanya melayani untuk membuat keadaan gereja tetap terganggu dan bergejolak, jika tidak terjadi perpecahan yang serius.
8. Memiliki gaya kepemimpinan bos, angkuh, dan tidak bisa mentolerir kelemahan atau kegagalan orang lain.
– Yakobus berkata, “Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan, dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai ” (Yakobus 3 : 17-18)
9. Merasa diri lebih dekat dengan Tuhan daripada orang lain, atau bahwa hidup atau pelayanan mereka lebih menyenangkan hati-Nya.
Ini merupakan suatu gejala dari penipuan yang dalam karena merasa lebih dekat dengan Bapa oleh karena diri kita, bukan karena Yesus.
10. Merasa sombong dalam kedewasaan rohani dan disiplin mereka, khususnya dibandingkan dengan orang lain.
Kedewasaan rohani yang sejati menyangkut pertumbuhan di dalam Kristus. Jika kita mulai membandingkan diri kita dengan orang lain, menjadi jelas bahwa kita telah kehilangan wawasan dari tujuan yang sebenarnya –Yesus.
11. Merasa bahwa mereka merupakan “ujung tombak” dari apa yang sedang Tuhan kerjakan.
Ini termasuk mengira bahwa kita terlibat dalam hal-hal yang paling penting yang Tuhan sedang kerjakan.
12. Memiliki kehidupan doa yang mekanis.
13. Mau melakukan sesuatu supaya dilihat orang.
Ini merupakan suatu gejala dari penyembahan berhala karena lebih takut kepada manusia daripada takut kepada Tuhan, yang menghasilkan suatu agama yang melayani manusia bukannya Tuhan.
14. Gampang dikalahkan oleh emosi.
Jika orang yang dikuasai oleh suatu roh agamawi menghadapi kehidupan Tuhan yang sejati, maka roh tersebut akan bermanifestasi secara berlebihan, emosional dan kedagingan.
15. Memakai emosi sebagai pengganti pekerjaan Roh Kudus.
Meratap & menangis sebagai tanda pertobatan bisa merupakan lawatan Roh Kudus, dan rebah di dalam Roh juga bisa merupakan pekerjaan Roh Kudus. Namun bisa seseorang mensyaratkan (mengharuskan) bahwa meratap, menangis, atau rebah di dalam Roh harus terjadi dalam manifestasi pekerjaan Roh Kudus, maka orang tersebut akan mulai bergerak dengan roh yang lain.
16. Menjadi besar hati jika melihat pelayanan mereka lebih baik daripada pelayanan orang lain. Demikian juga kita akan berkecil hati bila orang lain terlihat lebih baik atau bertumbuh lebih cepat daripada mereka.
17. Lebih memuliakan apa yang telah dilakukan Tuhan di masa lampau daripada apa yang sedang dikerjakan-Nya sekarang.
Tuhan tidak pernah berubah dari dulu, sekarang dan sampai selamanya. Suatu roh agamawi akan selalu berusaha memusatkan perhatian kita kepada pekerjaan dan melakukan perbandingan, ketimbang hanya datang lebih dekat kepada Tuhan.
18. Cenderung curiga atau menentang terhadap gerakan, gereja, dan sebagainya yang baru.
Jelas ini adalah suatu gejalan iri hati, suatu buah utama dari roh agamawi, atau kesombongan yang menyatakan bahwa Tuhan tidak akan melakukan apapun yang baru tanpa melakukannya melalui diri kita.
19. Cenderung menolak manifestasi-manifestasi rohani yang tidak mereka pahami.
Ini adalah suatu gejala kesombongan dan keangkuhan dari kelancangan pikiran kita yang merasa sama dengan pikiran Tuhan. Kerendahan hati membuat kita mau belajar dan terbuka, sabar menantikan buah sebelum menghakimi. Kemampuan membedakan yang sejati membuat kita mampu mencari dan mengharap yang terbaik, bukan yang terburuk. Karena itu kita dihimbau, “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik” (1 Tesalonika 5 : 21)
20. Akan bereaksi secara berlebihan terhadap kedagingan di dalam gereja.
Kebenarannya adalah, mungkin ada jauh lebih banyak kedagingan di dalam gereja, dan sangat sedikit Roh Kudus, daripada yang telah diperkirakan oleh orang-orang yang paling kritis tersebut. Penting bagi kita untuk belajar membedakan antara keduanya supaya kita dapat terbebas dari kedagingan dan bertumbuh dalam penundukan diri terhadap Roh Kudus. Namun, orang kristis tersebut mau menghancurkan mereka yang masih 60 % kedagingan, walaupun yang pada tahun lalu 95 %. Sebaliknya, kita perlu mengenali orang-orang yang berhasil membuat kemajuan dan melakukan apa yang dapat kita lakukan untuk menolong mereka mencapai keberhasilan.
21. Akan bereaksi secara berlebihan terhadap ketidak dewasaan di dalam gereja.
Ada suatu ketidak dewasaan yang dapat diterima oleh Tuhan. Ketika saya berusia 2 tahun, saya tidak dewasa dibandingkan ketika saya berusia 9 tahun, tetapi itulah yang diharapkan; dan sebenarnya, ia mungkin sangat dewasa untuk ukuran anak berusia 2 tahun. Roh agamawi yang idealistik hanya melihat ketidak dewasaan, tanpa mempertimbangkan faktor-faktor penting lainnya.
22. Terlalu cenderung melihat manifestasi adikodrati sebagai bukti persetujuan dari Tuhan.
Ini adalah suatu bentuk lain dari menjaga nilai dan membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Pekerjaan yang dilakukan oleh Yesus adalah untuk memuliakan Bapa, bukan diri-Nya sendiri. Mereka yang memakai bukti mujizat untuk mempromosikan dan membangun pelayanan dan reputasi mereka sendiri telah membuat penyimpangan yang serius dari jalan kehidupan.
23. Tidak mau menggabungkan diri dengan apapun yang mereka nilai tidak sempurna atau hampir sempurna.
Tuhan mau menggabungkan diri dan bahkan memberikan nyawa-Nya bagi umat manusia yang sudah jatuh. Demikian halnya dengan sifat mereka yang tinggal di dalam Dia.
24. Ketakutan berlebihan terhadap roh agamawi.
Kita tidak terbebas dari sesuatu karena takut kepadanya, tetapi dengan mengalahkannya oleh iman di dalam nama Yesus.
25. Memiliki kecenderungan untuk memuliakan apa saja kecuali salib Yesus, apa yang telah dilakukan-Nya, dan siapa Dia yang sebenarnya. Jika kita membangun kehidupan, pelayanan, atau gereja diatas dasar yang lain, kita membangunnya di atas dasar yang dapat terguncang dan dasar tersebut tidak akan dapat bertahan.
NB :
Artikel ini dikutip dari sebuah buku tulisan Rick Joyner yang berjudul: “Overcoming Evil In The Last Days.”, yang dalam bahasa Indonesia berjudul “Mengalahkan Setan Di Hari-Hari Yang Terakhir” (Dengan editing seperlunya).
● Kiranya artikel ini menjadi berkat bagi para pembaca untuk setiap kita yang membaca dapat menggunakannya dengan bijak, yaitu untuk mengoreksi setiap pribadi kita masing-masing, dan bukan untuk menyerang orang lain.
Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.
(1 Tesalonika 5 : 21)
Komentar
Posting Komentar