Pelari Estafet
Pelari Estafet
Ev.
Mikhael Indriati Tjipto
Banyak orang yang berpikir mereka tidak perlu
warisan, padahal warisan membuat mereka start lebih mudah, lari lebih cepat dan
sangat cepat tinggal landas bahkan terus naik sampai kepada kemuliaan. Kita ini
bagaikan pelari estafet terakhir. Pelari estafet pertama kalau start mulai
dengan jongkok, tapi pelari kedua, ketiga dan berikutnya harus start
‘melayang’. Tidak mengerti dan tidak menerima warisan itu ibarat start dengan
jongkok, mulai dari nol. Tapi kalau saudara mengerti dan menerima warisan,
saudara start dengan ‘melayang’ dan melesat dengan cepat.
Banyak yang bertanya kepada saya mengapa banyak
pelayanan saya yang berkembang dengan sangat cepat. Saya mengadakan rumah
singgah pertama kali datang 30 orang anak, lalu pertemuan kedua menjadi 200
orang anak. Pertemuan berikutnya menjadi 500 orang lalu menjadi 2000 orang
anak. Dalam waktu singkat menjadi 5000 orang dan hari ini kalau kami adakan
acara bisa 30.000 orang yang hadir. Kok Bisa ? Karena saya memulai tidak dengan
start dengan jongkok, ada ayah saya yang sudah membayar bertahun-tahun. Saudara
tidak usah mulai dari nol, saudara ambil saja dan saudara akan melesat dengan
sangat cepat. Tapi saudara harus tahu juga, saat pelari estafet lari, tongkat yang
dibawanya tidak boleh jatuh maka habislah karena itu berarti kalah dalam
pertandingan. Tongkat ini bicara tentang mandat, tugas yang Tuhan percayakan
dalam hidup saudara.
Saudara mau terima warisan ? Saudara harus terima
mandat dan mandat itu tidak boleh lepas dari hidupmu. Ayah saya terima mandat
untuk melayani orang-orang miskin, pemulung dan orang-orang jalanan tapi beliau
tidak khusus dan rutin lakukan. Tapi ibu saya melakukan dan melengkapi ayah
saya, dan sejak kecil saya diajak ibu saya melayani anak – anak panti asuhan,
oma dan opa di panti jompo, turun ke jalanan untuk membagikan makanan dan
lain-lain. Saat Tuhan dapati saya siap, saya hanya perlu ambil mandat itu dan
saya melayang dengan cepat, karena saat saya terima mandat untuk menampung dan
mendidik anak-anak yatim piatu dan membangun panti asuhan, Tuhan kirim dengan
ajaib berupa berkat, donatur dan pekerja – pekerja untuk panti itu bahkan anak –
anak dari 34 propinsi datang ke tempat kami dan panti jadi dalam waktu setahun.
Ini semua karena ada ayah dan ibu saya, ada pendahulu yang sudah membayar
harganya.
Tapi mandat ini tidak boleh lepas dari hidup kita.
Ada panggilan yang saudara sudah terima, demikian juga mandat. Saat pendeta
saudara kotbah tentang jiwa – jiwa, jika ada api didalam hati saudara yang
menyala – nyala, itulah mandat yang Tuhan berikan saat itu. Atau saudara
mendengar ada yang kesaksian tentang pelayanan orang gila dan saudara begitu
berkobar – kobar, menangis, berarti ada mandat buat saudara melayani orang –
orang gila. Kalau saudara bisa menangkap mandaat, saudara bisa lari dan
menerima warisan.
Yang menyedihkan, banyak anak – anak Tuhan yang
diam saja saat mereka menerima tongkat estaet. Yang menerima tongkat estafet
pertama harus lari, demikian pula yang menerima tongkat estafet berikutnya,
harus lari juga dengan ritme dan kecepatan yang sama untuk menerima tongkat
baru kemudian lari lebih cepat. Mau menerima tongkat estafet dan warisan,
saudara harus lari terlebih dahulu, ikut lari dengan pemegang tongkat itu, lalu
saudara samakan ritme dan sehati untuk menerima tongkat itu, dan saudara bisa
lari lebih cepat dari pendahulu saudara.
Saat saya tahu ayah saya punya sangat banyak
warisan rohani, saya tanya kepada Tuhan apa warisan yang terbaik dari hidup
beliau, dan Tuhan menjawab salah satunya itu adalah Imannya. Karena sejak kecil ayah saya mengajari saya tentang iman,
ini seperti ayah saya menjadikan saya seorang pelari cilik. Saya usia tiga
tahun kena kanker di ibu jari tangan, dan ayah saya tidak seperti ayah pada
umumnya yang mungkin menghibur anak perempuannya, tapi ayah saya tanya mau
dipotong jempolnya atau saya mau pakai iman. Ini cara ayah saya membuat saya
menyamakan irama iman.
Tidak hanya itu, saat saya kuliah di Belanda,
Tuhan suruh saya adakan KKR, kami hanya 30 orang pelajar semua, untuk sewa
tempat saja biayanya 3000 gulden dan hari itu Tuhan melatih saya mulai lari dan
menyamakan langkah iman saya. Kalau hari itu saya tidak ikut lari saat Tuhan
latih saya untuk lari, itu berarti saya melewatkan pelatihan yang Tuhan sedang
berikan. Dan saat Ia berikan Mahanaim, saya tidak akan mampu. Apalagi sekarang
ini masa percepatan, asal saudara mau ikuti cara hidup orang yang saudara mau
terima warisannya. Kalau saudara mau warisan dari Tuhan Yesus maka saudara
harus ikuti cara hidupNya, atau kalau saudara mau warisan dari Elia maka mari ikuti
cara hidup Elia, bahkan saudara bisa mewarisi dari Pak Petrus Agung kalau
saudara ikuti cara hidup beliau. Dan tiba-tiba saudara akan menerima mandat itu
dan take off. Itulah pelari Estafet, tidak perlu jongkok.
Berikutnya untuk saudara dapat sampai ke garis
akhir dan menerima warisan itu, saudara perlu tangkap mandatnya, bukan
berkatnya. Lalu saudara perlu samakan cara hidup saudara dengan pemegang
tongkat itu. Ada lulusan sekolah kami yang kena kanker ganas, tubuhnya kurus
kering dan dokter berkata waktunya sisa setahun saja umurnya. Dan di suatu
malam dimana kepahitan dan kemarahannya memuncak, ia mimpi masuk ke sebuah
kelas dan duduk disitu oleh guru killer yang ternyata saya dan saya tanya
apakah dia mau ikuti jejak saya dengan berhenti pahit, mengucap syukur dan
jangan mengeluh, hal yang sama yang ayah saya ajarkan sejak saya kecil. Lalu
anak ini bertobat dan mengucap syukur ke Tuhan dan seminggu kemudian dia mimpi
saya lagi, berada di kelas yang sama dan ada suara berkata dia harus ikuti
jejak guru itu, dengan menjadi hamba Tuhan dan menjadi tawanan Roh.
Di mimpi itu anak ini berkata mau menjadi Tawanan
Roh dan ikuti cara hidup guru ini. Saat dia bangun, dan raba bagian yang ada
benjolan-benjolan ditubuhnya. Tidak berhenti sampai disitu anak ini bertekad
mengikuti cara hidup saya dengan bekerja sejak masa muda, jadi dia menjual
lukisan dan gambarnya karena anak itu suka melukis. Yang ajaib, banyak sekali
yang pesan lukisannya bahkan ada yang dari luar negeri. Anak ini menerima
Mujizat, berkat kesembuhan dan berkat keuangan dengan mengikuti jejak dan cara
hidup orang yang Tuhan suruh ikuti. Warisan akan mengejar saudara kalau saudara
menangkap dan mengerjakan mandatnya.
Sebagai pelari estafet terakhir, warisan adalah
salah satu anugerah percepatan untuk Finish Strong. Mari Kerjakan mandat
pembawa lawatan, menjadi orang-orang yang :
Mengalirkan
Cinta
Ada banyak orang sebenarnya hatinya ini sudah
beku, penuh kemarahan, dan kekecewaan. Ada banyak orang berkata “Bu, kan yang
penting saya tetap pelayanan, saya tetap bekerja.”
Hati diumpamakan seperti baterai hand phone. Kalau
baterai hand phone itu masih kuat maka daya kerja dari hand phone itu akan
tetap lancar. Tapi kalau baterai itu sudah low batt maka akan menjadi bahaya.
Semuanya akan menjadi lambat dan bisa mati sewaktu – waktu. Kalau hati sudah
menjadi kecewa, luka, marah maka akan menjadi seperti baterai hand phone itu.
Mau di charge dengan KKR apapun maka saat pulang ke rumah akan tetap menjadi
low batt. Sikap hati yang didalam menentukan sangat banyak. Saya berdoa kita
minta punya hati seperti Daud, hati Daud adalah hati yang penuh dengan cinta
dan selalu mengalirkan cinta.
Inilah perkataan Daud yang terakhir : “Tutur kata
Daud bin Isai dan Tutur kata orang yang diangkat tinggi, orang yang diurapi
Allah Yakub, pemazmur yang disenangi di Israel:” (2 Samuel 23 : 1)
Orang Yang
Di Urapi Allah
Diurapi
artinya digosok. Orang yang diurapi Allah akan berkata : “Aku mencintai prosesmu
mengukir hidupku. Aku mencintai saat engkau mendidik aku dengan keras,
menggosok aku dan melatih tanganku untuk berperang.” Di akhir hidupnya yang dia
nikmati adalah proses dan pembentukan.
Kalau saudara mau menerima warisan maka saudara
tidak bisa hanya menerima warisan yang baik saja, tapi apakah saudara mau untuk
diukir ? Apakah saudara bisa berkata ukiran Tuhan sesakit apapun aku tahu itu
tangan yang ajaib yang akan menjadikan aku indah. Seberapa saudara bisa teriak
dan berkata : “Tuhan selesaikan, selesaikan aku tidak mau menjadi produk yang
setengah jadi.”
Saya tahu lawatan dan tuaian terbesar itu adalah
milik setiap kita tapi itu dimulai dari hati. Saya berdoa mari kita bereskan
hati, kalau hati kita sudah mulai lowbatt, dimana hatimu seperti sudah rusak
baterainya, dicharge seperti apapun tampaknya akan penuh tapi baru dipakai dua
jam saja sudah habis. Teriak sama Tuhan : “Kembalikan aku, saat aku diangkat
tinggi, kembalikan aku, aku menyukai didikan, kembalikan aku menjadi seperti
yang Tuhan mau.” Amin
Ditulis oleh : Joshua Ivan Sudrajat
Sumber :
Buku Warisan Higher Than Ever
Ev. Mikhael Indriati Tjipto
Halaman : 34 – 40
Blessed to Bless – Bekasi
Komentar
Posting Komentar