Pemulihan Sion
"PEMULIHAN SION" TAFSIRAN MAZMUR 126 : 1-6
TAFSIRAN MAZMUR 126 : 1-6
Writer : Okto Tompodung
I. TEKS
- KRITIK HISTORIS (Mazmur 126)
a. Penulisan Kitab Mazmur
Menurut Bloomendaal penulisan kitab mazmur ini terbagi dalam 3 tahapan
yaitu: pra exilis (masa sebelum pembuangan), exilis (masa pembuangan),
post exilis (masa sesudah pembuangan). Yaitu masa sebelum pembuangan,
masa pembuangan, dan masa sesudah pembuangan.
Kitab mazmur yang dalam kitab nyanyian Bait Suci kedua dimana Bait Suci
itu ada sebagai central tampat peribadatan sehingga digambarkanlah
puji-pujian dikumpulkanlah mazmur-mazmur yang di larang saat itu.
Satu hal yang perlu diingat bahwa jenis sastra ini, bukan melulu milik
kitab mazmur atau bukan hanya ada dalam ktab mazmur. Janis sastra ini
dikarang ditluis dalam kurun waktu yang berbeda-beda oleh karena itu
mazmur adalah milik semua orang. Mazmur itu kita bisa lihat dalam Kel.
15. Ketika keluar dari Mesir (Hak.5;1 Sam. 2:10). Juga dalam sastra
kenabian terdapat kimposisi mazmur. Dalam mazmur terdapat mazmur Anonim
(tanpa nama) mazmur ini hanya untuk mengangkat kewibawaan kitab itu.
Kendati
pun dalam Mazmur seudah tertera tentang penulisnya itu bukan berarti
bahwa mereka yang menulisnya sebab bisa saja terjadi orang lain yang
menulis nama tersebut dan memakai nama orang tersebut supaya dapat
diterima.
b. Sejarah Penulisan Mazmur 126
• Sejarah dalam teks
Dengan melihat teks ini langsung memberikan kesan kepada kita bahwa teks
ini termasuk teks yang berbicara kehidupan bangsa Israel ketika mereka
berada dalam masa setelah pembuangan yakni 538 sM ketika bangsa Israel
diizinkan untuk pulang ke kampung halamannya. Penggunaan kata ‘ketika’
menunjukkan kenangan dari umat terhadap pemulihan yang Tuhan lakukan
bagi Sion. Pemazmur ini mengenal pemberitaan Nabi Yeremia, Yesaya 2 dan
Yehezkiel dan memberikan kepada syairnya bentuk yang sama dengan Mzm
85, syair ini sangat sederhana dan indah dan menjadi sumber harapan
untuk umat Allah turun-temurun.
• Sejarah dari teks
Nampaknya konteks Mazmur ziarah ini ditulis dalam masa kekuasaan raja
Aleksander Agung. Ssebab sama dengan mazmur-mazmur ziarah yang lain
(bnd. ur. Pada Mzm. 120 bagian B). di mana mazmur-mazmur ini
mencerminkan zaman helenis sekitar tahun 323-198 sM.
- KONTEKS (MAZMUR 126:1-6)
a. Sebelum teks
Sama dengan mazmur 126, mazmur 125 juga berbicara tentang nyanyian
ziarah. Pada pasal 25 ini diungkapkan oleh pemzamur bagaimana Sion itu.
Yerusalem sendiri berinti pada bukit Sion yakni kota yang dipilih dan
dikasihani oleh Allah. Bahwa tempat ini dipilih untuk menjadi tempat
kediaman-Nya. Di sana Allah bertakhta dan memberikan perlindungan bagi
kota itu sehingga kota itu tidak akan goyah. Ada kepercayaan dalam
pengharapan kepada Tuhan bahwa Tuhan akan menyertai Sion. Sehingga
apapun yang terjadi terhadapnya Tuhan akan senantiasa menyertai.
Dilanjutkan juga dalam pasal 126 tentang Allah yang memulihkan Sion,
melepaskan mereka dari penderitaan yang dialami.
b. Sesudah teks
Dalam mazmur 127 ini menyampaikan tentang Allah yang berperan dalam
kehidupan manusia. Semua yang dikerjakan oleh manusia bukan karena dia
sendiri tetapi karena Allah. Jika bukan Allah maka semua yang dikerjakan
pasti akan sia-sia. Hal ini sama artinya dengan menanam benih juga
bukan Tuhan yang memberikan pertumbuhan maka benih itu tidak akan tumbuh
dan menjadi besar.
II. REALITAS
KATA-KATA KUNCI
• “memulihkan”
Mempunyai kesamaan pengertian dengan Allah yang member keselamatan,
membebaskan, mengampuni, mengasihi umat-Nya. Mengenai makna kata ini di
dapat dari masa pembuangan.
• “Sion”
Berbicara Sion sama dengan berbicara tentang Yerusalem. Sion ataupun
Yerusalem sebagai Kota Suci yang memang tak dapat diragukan bahwa ia
mempunyai suatu tempat yang luang sekali di dalam kepercayaan Israel,
makanya di dalam kesaksian Alkitab juga. Sion tepat 200 kali disebutkan
dalam Alkitab Perjanjian Lama sedangkan Yerusalem 669 kali,
memperlihatkan dengan jelas bahwa tidak ada suatu kota, tempat atau
gunung kramat lain yang memainkan peranan penting itu. Bahwa Allah perna
“memilih” Yerusalem sebagai kota-Nya sendiri, sebagai “kota suci”.
Makanya di sini dikatakan Sion di pulihkan berarti kembali seperti dulu
saat sebagai Kota Allah yang telah dipilih-Nya.
• “tertawa”
Melukiskan suasana hati dari bangsa Israel yang gembira melihat
perbuatan TUHAN yang ajaib ketika Sion dipulihkan ditandai dengan adanya
pembangunan di Yerusalem dan berpulangnya mereka yang ada dalam
pembuangan ke kempung halamannya.
• “Tanah Negeb”
Tanah Negeb adalah daerah selatan dari tanah Kanaan: sebelah selatan dari pegunungan Yahuda dan sebelah barat dari Laut Mati
• “mencucurkan air mata”
Kehidupan bangsa Israel yang dalam pembuangan merasakan penderitaan,
sehingga tidak sedikit air mata, ratapan, tangisan yang dialami. Namun
mereka pulang dengan bersukaria menandakan TUHAN yang telah membebaskan
mereka
• “Pulang”
Menggambarkan tentang bangsa Israel yang berpulang ke kampung halamannya di Sion, setelah mengalami pembuangan di Babel.
III. TAFSIR
a. LUGAS
Dalam ayat 1-3 kata “ketika”, “pada waktu itu”, mempunyai isyarat bahwa
ini merupakan ingatan kembali atau kenangan dari pemazmur saat Tuhan
memulihkan keadaan Sion. Hal ini berarti Sion sebelumnya mengalami
penderitaan suatu keadaan yang tidak semestinya begitu. Sion adalah kota
yang kudus bagi bangsa Israel. Yang juga disebut dengan kota Allah.
Jika kota ini hancur berarti menandakan Tuhan sedang tidak bersama-sama
dengan bangsa Israel. Tentang ‘pemulihan’ ini berakar pada masa
pembuangan sangat mirip dengan pemikiran yang dikemukakan oleh para nabi
seperti Yesaya, Yeremia, Hosea, Amos. Istilah memulihkan dipakai
sejajar dengan maksud Tuhan seperti “mengasihani”, “menyembuhkan”,
“menyelamatkan”, atau pada masa itu “membawa pulang kembali”. Sion yang
dahulunya sudah hancur kini di pulihkan kembali, dan mereka yang berada
di dalam pembuangan kini pulang ke kampung halamannya. Keadaan yang
mulanya menyedihkan, menyesakkan kini menjadi keadaan yang damai dan
sejahtera serta penuh dengan sorak-sorai. Di mana sepertinya tidak ada
lagi harapan sepertinya Tuhan benar-benar tidak sanggup lagi
mempertahankan kehidupan mereka. Namun Ia telah melakukan sesuatu yang
besar bagi bangsa ini sehingga mereka dipulihkan. Menghadapi perubahan
besar ini bangsa Israel dibuat seolah-olah seperti orang yang bermimpi.
Mempunyai arti mereka seokah tidak percaya tentang apa yang dibuat Tuhan
bagi mereka, sepertinya bukan sesuatu yang nyata, sebab itulah impian
bangsa itu. Tidak ada yang lain yang dilakukan umat selain tertawa,
bersorak-sorai, bersukacita dengan berkata : “Tuhan telah melakukan
perkara besar kepada kita”. Allah membesar dengan dilakukannya perkara
yang besar bagi mereka. Apapun motif yang Allah lakukan baik itu karena
kasih-Nya atau menguduskan nama-Nya yang pasti bagi umat hal itu telah
mendatangkan kebahagiaan sukacita bagi mereka.
Dalam ayat 4 kata “pulihkanlah” menunjuk kepada suatu keadaan di mana
pengharapan di masa depan. Berarti sedang berbicara tentang konteks yang
dialami oleh pemazmur atau penulis. Dengan mengingat dan berdasar pada
pertolongan di zaman lampau itu, umat berseru agar Tuhan kembali
mengerjakan pembebasan, penyelamatan, pemulihan yang sama sehingga
tercipta kembali kehidupan yang baru. Ada suatu kepercayaan bahwa Tuhan
sanggup untuk melakukan pemabaruan itu sebab telah terbukti ketika ia
memulihkan Tanah Negeb yaitu tanah yang kering namun di situ diberikan
Tuhan air. Mengenai Tanah Negeb ada wadi-wadi di wilayah selatan
Hebron ini memang kering di musim panas. Namun, bila tiba musim dingin
(hujan), mata air-mata air dan sumur-sumur di wadi-wadi ini dipenuhi
kembali dengan air. Saat air kembali penuh maka petani bisa mengusahakan
kembali tanah pertaniannya. Dalam penggalian oleh para arkeolog bahwa
dahulunya terdapat system irigasi yang luas di Tanah Negeb.
Ayat 5 dan ayat 6 mempunyai persamaan makna yang saling melengkapi.
Seperti pribahasa Indonesia “bersakit-sakit dahulu bersenang-senang
kemudian”. Dikatakan bahwa “orang yang menabur dengan mencucurkan air
mata akan menuai dengan bersorak-sorai”. Suatu janji dari Allah
disampaikan kepada mereka tentang berkat yang akan Tuhan berikan.
Diumpamakan sama seperti orang yang menabur benih. Benih gandum yang
dijatuhkan di tanah sangat diperlukan untuk kebutuhan sehari-hari dan
belum tentu benih yang dihamburkan itu dihamburkan dengan percuma. Hal
ini mengungkapkan rasa bingung dan takut, kalau-kalau “pergi” tanpa
hasil. Itu sebabnya juga “dating” diulang dnegan nada kegirangan. Berkat
dijanjikan dan pada masa panen orang yang tadi menangis akan
bersorak-sorai dan berkas gandum yang banyak mengganti benih yang
sedikit tadi. Demikian berkat TUHAN memulihkan keadaan umat-Nya.
b. TEOLOGI
• TUHAN adalah yang menyelamatkan, mengasihani, memulihkan
• TUHAN bekerja dalam sejarah kehidupan manusia baik dahulu sekarang dan seterusnya
• TUHAN memberikan kemenangan bagi setiap orang yang berjerih lelah
• Sebagai
orang yang percaya kepada TUHAN patut memberikan sykur, pujian, terima
kasih kepada Allah karena perbuatan-Nya yang besar yaitu keselamatan,
permulihan, dan kasih Allah
• Perbuatan-perbuatan Allah bagi umat-Nya telah terbukti dalam kehidupan sejarah
IV. APLIKASI / REFLEKSI
Sejarah kehidupan bangsa Israel telah kita lihat bagaimana Allah pernah
mengangkat orang tertindas yang dahulunya tidak ada harapan lagi
menjadi umat-Nya, Israel yang keluar dari tanah pembuangan merupakan
suatu bukti bagaimana Allah bekerja dalam kehidupan umat-Nya secara tak
terduga di mana ada keputusasaan, kesesakan, penderitaan. Gereja juga
dalam sejarahnya diperhadapkan dengan situasi yang hampir punah, namun
dihidupkan kembali dengan cara yang tak pernah terpikirkan sebelumnya,
sehingga gereja juga senantiasa dipanggil untuk dikuatkan, dibangkitkan,
dimotivasi.
Dalam kehidupan setiap orang percaya Tuhan pernah dan selalu hadir
memberikan suatu berkat bagi-Nya, tekadang berbeda dengan yang kita
harapkan atau idaman hati kiita, tetapi Tuhan Allah sellau membuktikan
bahwa hal itu lebih berharga daripada yang menjadi harapan kita.
Kehidupan orang Kristen seperti berjalan dengan menabur air mata yaitu
pergumulan, tantangan, masalah. Tetapi janji Tuhan selalu memberikan
harapan bahwa ini bukanlah akhir. Akhir dari pergumulan itu sebagai
orang Kristen adalah kemenangan, orang percaya senantiasa diajak untuk
mengutkan iman. Walau kadang kita tidak melihat jalan yang kita tempuh,
walau tertekan dan tak berdaya, kita bisa berjalan dengan kekuatan
pengalaman dan harapan itu, yaitu Allah masih menyertai kita. Dengan
persediaan kita yang sedikita kita tetap dipanggil untuk menabur, dengan
tidak mengetahui secara pasti ketika Allah akan melipatgandakan hasil
“panen” kita, karena kita hanya berjalan dengan iman kepada-Nya. Ketika
diberikan-Nya hasil itu maka kita akan bersorak-sorai, bersukacita,
tertawa.
Komentar
Posting Komentar