JANGAN JADI FAMILIAR DENGAN BAPA ROHANIMU
JANGAN JADI FAMILIAR DENGAN BAPA ROHANIMU
Sedari semalam saya sudah tiba di Muar, Malaysia untuk menghadiri pertemuan kepemimpinan yang biasa diadakan secara reguler oleh Dr Jonathan David.
Pagi ini, saat saya terbangun dan mempersiapkan diri untuk melakukan registrasi ulang sebelum session dimulai, ada satu bisikan yang saya dengar Roh Kudus sampaikan kepada saya: "Jangan menjadi familiar dengan bapa rohanimu".
Kunci untuk menerima takaran anugerah yang lebih lagi dari seorang bapa rohani adalah dengan terus mengkondisikan diri untuk tidak menjadi familiar.
1. Familiarity adalah sebuah sikap hati salah yang bisa dimiliki oleh semua anak rohani terhadap orang tua rohani mereka sendiri.
Seringkali kedekatan hubungan secara lahiriah dengan seorang bapa rohani dapat membuat seorang anak rohani dengan mudah mengalami perubahan sikap hati tanpa mereka sadari. Meski hal tersebut tidak dengan segera mendatangkan 'hal buruk' - seorang anak rohani jadi kehilangan anugerah yang seharusnya dapat terus ia nikmati melalui kehidupan & pelayanan sang bapa rohani - tapi ada banyak anak rohani yang tidak pernah memperhatikan hal tersebut sehingga hubungan yang terbangun banyak yang berakhir dengan hal-hal yang menyedihkan.
Ada banyak arahan, tuntunan, teguran, impartasi & proses pembentukan yang seharusnya dinikmati seorang anak rohani untuk dapat dibawa naik ke level baru yang terlewatkan begitu saja hanya karena sang anak rohani mulai jadi familiar dengan bapa rohaninya...
Saya berdoa, sebagaimana Roh kudus terus mengingatkan saya untuk tidak menjadi familiar dengan bapa rohani saya, biarlah semua anak-anak rohani saya tidak akan pernah jadi familiar dengan keberadaan saya sebagai bapa rohani mereka...
2. Ketika seorang anak rohani mulai jadi familiar dengan bapa rohaninya, ia hanya sedang menutup aliran keran anugerah dalam hidupnya.
Saat seorang anak jadi familiar dengan bapa rohaninya, tanpa ia sadari, ia akan mulai merasa 'sudah setara' - atau bahkan merasa 'sudah melebihi' bapa rohaninya di beberapa area kehidupan... Ingatlah selalu bahwa bagaimanapun hasil yang sudah kita munculkan dalam pelayanan, posisi seorang bapa dalam hidup kita tidak akan pernah bisa tergantikan. Menjadi lebij berhasil dari seorang bapa tidak kemudian mengubah posisi rohani kita menjadi 'setara' apalagi 'melebihi' keberadaan bapa rohani kita. Seorang anak yang sudah menjadi bapa bagi orang-orang lainpun akan tetap menjadi seorang anak saat ia pulang ke rumah bapanya. Ingatlah selalu bahwa air hanya mengalir ke tempat yang lebih rendah. Menjagai kerendahan hati adalah kunci untuk menjadi lebih berhasil/ sukses dari keberadaan kita yang sekarang.
Terus mengingatkan diri sendiri bahwa untuk menjadi seorang bapa yang baik, pertama-tama kita harus menjadi seorang anak yang baik akan menolong kita untuk selalu memposisikan diri secara akurat dalam tatanan Tubuh Kristus.
3. Anak-anak rohani yang mulai familiar dengan bapa rohaninya tanpa sadar justru sedang mengkondisikan diri mereka untuk jadi mudah tersinggung, kecewa ataupun memiliki hubungan yang memburuk dengan bapa rohaninya sendiri.
Rasa familiarity yang dimiliki oleh seorang anak rohani akan memunculkan tuntutan untuk sang bapa rohani terus melakukan tindakan mengistimewakan sang anak. Ketika sang bapa rohani tidak melakukannya - karena seringkali tidak menyadari adanya tuntutan tersebut; dan pada dasarnya tuntutan tersebut adalah tidak akurat, bahkan lebih cenderung bersifat demonic - maka sang anak rohani akan mulai merasa 'tidak diperhatikan lagi', ' mulai berpikir bahwa dirinya akan lebih dihargai jika ada di tempat/ network lain dansebagainya.
Tentu saja itu semua adalah benih-benih perpecahan & independen yang sedangg Musuh taburkan utk merusak dinamika & kualitas hubungan bapa-anak yang sedang dibangun.
Pola ilahi hubungan bapa-anak adalah sangat dibutuhkan untuk memastikan bermultiplikasinya kebenaran dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi dalam konteks Indonesia dengan populasi penduduk muslim terbesar di dunia, mereka adalah kelompok orang yang sedang membawa 'luka akibat di buang oleh seorang bapa' dalam nature mereka (Kej 21:10-11) Saudara muslim kita membutuhkan adanya pola kehidupan yang akurat tentang hubungan bapa-anak. Saya yakin, dengan kita memanifestasikan jenis hubungan bapa-anak secara akurat, hal ini akan dapat menyembuhkan luka yang selama ini mereka miliki dalam nature mereka.
Jadi, jangan pernah menjadi familiar dengan bapa rohanimu....#AkuCintaTuhan (Ps. Steven Agustinus)
Sedari semalam saya sudah tiba di Muar, Malaysia untuk menghadiri pertemuan kepemimpinan yang biasa diadakan secara reguler oleh Dr Jonathan David.
Pagi ini, saat saya terbangun dan mempersiapkan diri untuk melakukan registrasi ulang sebelum session dimulai, ada satu bisikan yang saya dengar Roh Kudus sampaikan kepada saya: "Jangan menjadi familiar dengan bapa rohanimu".
Kunci untuk menerima takaran anugerah yang lebih lagi dari seorang bapa rohani adalah dengan terus mengkondisikan diri untuk tidak menjadi familiar.
1. Familiarity adalah sebuah sikap hati salah yang bisa dimiliki oleh semua anak rohani terhadap orang tua rohani mereka sendiri.
Seringkali kedekatan hubungan secara lahiriah dengan seorang bapa rohani dapat membuat seorang anak rohani dengan mudah mengalami perubahan sikap hati tanpa mereka sadari. Meski hal tersebut tidak dengan segera mendatangkan 'hal buruk' - seorang anak rohani jadi kehilangan anugerah yang seharusnya dapat terus ia nikmati melalui kehidupan & pelayanan sang bapa rohani - tapi ada banyak anak rohani yang tidak pernah memperhatikan hal tersebut sehingga hubungan yang terbangun banyak yang berakhir dengan hal-hal yang menyedihkan.
Ada banyak arahan, tuntunan, teguran, impartasi & proses pembentukan yang seharusnya dinikmati seorang anak rohani untuk dapat dibawa naik ke level baru yang terlewatkan begitu saja hanya karena sang anak rohani mulai jadi familiar dengan bapa rohaninya...
Saya berdoa, sebagaimana Roh kudus terus mengingatkan saya untuk tidak menjadi familiar dengan bapa rohani saya, biarlah semua anak-anak rohani saya tidak akan pernah jadi familiar dengan keberadaan saya sebagai bapa rohani mereka...
2. Ketika seorang anak rohani mulai jadi familiar dengan bapa rohaninya, ia hanya sedang menutup aliran keran anugerah dalam hidupnya.
Saat seorang anak jadi familiar dengan bapa rohaninya, tanpa ia sadari, ia akan mulai merasa 'sudah setara' - atau bahkan merasa 'sudah melebihi' bapa rohaninya di beberapa area kehidupan... Ingatlah selalu bahwa bagaimanapun hasil yang sudah kita munculkan dalam pelayanan, posisi seorang bapa dalam hidup kita tidak akan pernah bisa tergantikan. Menjadi lebij berhasil dari seorang bapa tidak kemudian mengubah posisi rohani kita menjadi 'setara' apalagi 'melebihi' keberadaan bapa rohani kita. Seorang anak yang sudah menjadi bapa bagi orang-orang lainpun akan tetap menjadi seorang anak saat ia pulang ke rumah bapanya. Ingatlah selalu bahwa air hanya mengalir ke tempat yang lebih rendah. Menjagai kerendahan hati adalah kunci untuk menjadi lebih berhasil/ sukses dari keberadaan kita yang sekarang.
Terus mengingatkan diri sendiri bahwa untuk menjadi seorang bapa yang baik, pertama-tama kita harus menjadi seorang anak yang baik akan menolong kita untuk selalu memposisikan diri secara akurat dalam tatanan Tubuh Kristus.
3. Anak-anak rohani yang mulai familiar dengan bapa rohaninya tanpa sadar justru sedang mengkondisikan diri mereka untuk jadi mudah tersinggung, kecewa ataupun memiliki hubungan yang memburuk dengan bapa rohaninya sendiri.
Rasa familiarity yang dimiliki oleh seorang anak rohani akan memunculkan tuntutan untuk sang bapa rohani terus melakukan tindakan mengistimewakan sang anak. Ketika sang bapa rohani tidak melakukannya - karena seringkali tidak menyadari adanya tuntutan tersebut; dan pada dasarnya tuntutan tersebut adalah tidak akurat, bahkan lebih cenderung bersifat demonic - maka sang anak rohani akan mulai merasa 'tidak diperhatikan lagi', ' mulai berpikir bahwa dirinya akan lebih dihargai jika ada di tempat/ network lain dansebagainya.
Tentu saja itu semua adalah benih-benih perpecahan & independen yang sedangg Musuh taburkan utk merusak dinamika & kualitas hubungan bapa-anak yang sedang dibangun.
Pola ilahi hubungan bapa-anak adalah sangat dibutuhkan untuk memastikan bermultiplikasinya kebenaran dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi dalam konteks Indonesia dengan populasi penduduk muslim terbesar di dunia, mereka adalah kelompok orang yang sedang membawa 'luka akibat di buang oleh seorang bapa' dalam nature mereka (Kej 21:10-11) Saudara muslim kita membutuhkan adanya pola kehidupan yang akurat tentang hubungan bapa-anak. Saya yakin, dengan kita memanifestasikan jenis hubungan bapa-anak secara akurat, hal ini akan dapat menyembuhkan luka yang selama ini mereka miliki dalam nature mereka.
Jadi, jangan pernah menjadi familiar dengan bapa rohanimu....#AkuCintaTuhan (Ps. Steven Agustinus)
Komentar
Posting Komentar