Untuk Veronika Tan, Sean, Nathania dan Daud
Untuk Veronika Tan, Sean, Nathania dan Daud
Saya masih menuliskan ini dengan tangan gemetar. Mengikuti media sosial dan pemberitaan online, hari ini Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok divonis dua tahun penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara yang diketuai oleh Dwiarso Budi Santiarto dan dengan anggota Jupriyadi, Abdul Rosyad, I Wayan Wirjana, dan Didik Wuryanto.
Saya marah, mau nangis, dan tak berhenti mengutuki institusi peradilan dan bedebah-bedebah yang menekan dan mengintervensi kasus ini sejak awal. Shame on you, Guys! You will get your karma soon, i promise!
Baca : Ahok Dinyatakan Bersalah dan Harus Dipenjara 2 Tahun, Maafkan Kami Pak
Untuk Veronica Tan…
Kemudian saya teringat wanita ini. Wanita yang selama ini mendampingi Ahok sejak 6 September 1997. Wanita yang jago bermain cello dan berpenampilan bersahaja, jauh dari kesan Ibu pejabat dengan rambut sasakan dan dandanan glamor. Wanita cerdas yang mendampingi lelaki hebat menapaki naik turunnya kehidupan bersama-sama.
Entah apa yang ada di dalam batinnya saat ini, lah saya saja yang cuma penonton dari jauh sedih. Saya membayangkan sekuat-kuatnya Veronica Tan atau meskipun Ia sudah dijelaskan tentang kemungkinan terburuk yang bisa terjadi tetap saja mana ada istri yang mau suaminya dipenjara selama dua tahun. Apalagi tuduhan yang diberikan jelas tidak berdasar dan sarat dengan tekanan dan muatan politis.
Kabar menyebutkan bahwa pengacara Ahok (saat saya menulis ini) kehilangan kontak karena Ahok bersama jaksa. Ada reporter di media sosial yang menyebutkan Ahok dibawa ke LP Cipinang. Ya Allah, entah apa rasanya jadi Veronica setelah suaminya selalu dituduh ini-itu, semua-semua dibilang salah Ahok, agamanya dikafir-kafirkan, asal usul keturunannya dipersoalkan, difitnah macam-macam, dan sekarang harus menjalani hukuman atas apa yang sebetulnya bukan kesalahannya. Entahlah apa rasanya Veronica melepas Ahok tadi pagi berangkat ke pengadilan dan apa perasaannya siang ini menyadari mungkin nanti malam atau malam-malam berikutnya Ahok tak lagi tidur di sisinya, melainkan dalam sel tahanan.
Ahok memang akan mengajukan banding, namun saya pesimis dengan sistem peradilan kita. Dan perjalanan menuju proses banding sampai di tingkat kasasi itu panjang dan melelahkan. Artinya juga masih sangat lama bagi Veronica untuk bisa bernafas lega dan hidup tenang bersama suami dan keluarganya.
Bu Vero, Anda adalah wanita yang sangat cantik lahir dan batin. Saya percaya itu meski tak mengenal Anda secara personal. Saya meyakini bahwa di balik laki-laki yang hebat seperti Ahok ada perempuan yang tak kalah dahsyatnya sebagai support system Beliau. Kalau hari ini Anda ingin menangis karena sedih, kecewa, marah maka lakukanlah. Tidak ada yang melarang dan mencegah Anda melakukan itu. Saya pun ingin memeluk Anda dan anak-anak saat ini.
Namun setelah itu ingatlah peran Anda belum berhenti sampai di sini. Anda harus tetap memperhatikan Pak Ahok meskipun Ia dipenjara. Makanannya, kesehatannya, dan psikologis Beliau. Sekuat-kuatnya Ahok tetaplah Ia manusia biasa. Anda harus bangkit untuk suami, anak-anak, dan keluarga. Entah bombardir apa lagi yang akan mereka munculkan setelah ini. Jadilah selalu sandaran bagi Bapak dan anak-anak, doamu adalah cahaya dan ridho bagi suamimu…
Kami semua di sini juga selalu akan mendoakan dan mendukung setiap langkahmu dan Pak Ahok, Bu. Maafkan kami yang belum sukses mendukung Bapak ini. Kami mungkin terlambat dan kurang maksimal dalam membela sehingga kaum batil itu merajalela.
Untuk Nicholas Sean, Nathania, dan Daud Albeenner…
Nak, maafkan kami ya. Kami gagal mengawal ayah kalian yang hebat dan tiada duanya itu. Kalian tentu marah, sedih, dan ketakutan. Mungkin sebagian akan mengatakan itu resiko jadi anaknya Ahok. Lah kalian kan tidak bisa memilih mau lahir dari orangtua mana.
Kalau ada teman atau orang yang menjelek-jelekkan atau memanfaatkan vonis ini untuk berkata buruk tentang ayah kalian, jangan dimasukkan hati. Mereka hanya orang yang kalau tidak bodoh, jahat, serakah, atau sumbunya memang pendek. Ayahmu bukan penjahat, justru banyak penjahat yang ingin menjatuhkan ayahmu. Ayahmu adalah pejuang di era sekarang yang jelas bekerja dan dicintai banyak orang. Tidak ada alasan untuk tak lagi sayang atau tak lagi bangga dengan ayah kalian, justru harus makin berlipat sayang dan bangganya!
Jangan benci dengan Indonesia ya sayang, kami tahu sistem peradilan kami belum bisa adil dan fair. Kami tahu ayahmu adalah korban carut marutnya sistem politik di negara ini. Kami tahu Indonesia terlambat mengantisipasi bigot yang terus bergerak menggerogoti sumbu-sumbu kehidupan.
Apalagi untuk Sean yang bersekolah di kampus negeri. Tentu ada segelintir teman, senior, bahkan mungkin dosenmu yang memandang sinis ayahmu dan sibuk jadi bagian yang menuduhnya menistakan agama. Jangan surut semangatmu. Tetaplah belajar dengan baik dan berteman sepenuh hati dengan siapapun seperti kerja keras dan sikap kemanusiaan yang ayahmu tunjukkan pada kami. Manusia-manusia patologis selalu ada di mana-mana. Kamu harus tetap sabar dan berjalan tegak!
Jagalah Ibu kalian dan jadilah support system yang baik untuk Ayah dan Ibu. Kami di luar ini banyak yang mendukung dan cinta dengan kalian, ikhlas sepenuh hati. Ayah kalian bukanlah pesakitan tapi justru yang tersakiti. Ayah kalian bukan penjahat tapi justru yang dijahati. Ayah kalian bukan penista tapi yang justru dinistakan.
Doa kami menyertai kalian, selalu…. We love you..
Rahmatika
www.seword.com
Saya masih menuliskan ini dengan tangan gemetar. Mengikuti media sosial dan pemberitaan online, hari ini Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok divonis dua tahun penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara yang diketuai oleh Dwiarso Budi Santiarto dan dengan anggota Jupriyadi, Abdul Rosyad, I Wayan Wirjana, dan Didik Wuryanto.
Saya marah, mau nangis, dan tak berhenti mengutuki institusi peradilan dan bedebah-bedebah yang menekan dan mengintervensi kasus ini sejak awal. Shame on you, Guys! You will get your karma soon, i promise!
Baca : Ahok Dinyatakan Bersalah dan Harus Dipenjara 2 Tahun, Maafkan Kami Pak
Untuk Veronica Tan…
Kemudian saya teringat wanita ini. Wanita yang selama ini mendampingi Ahok sejak 6 September 1997. Wanita yang jago bermain cello dan berpenampilan bersahaja, jauh dari kesan Ibu pejabat dengan rambut sasakan dan dandanan glamor. Wanita cerdas yang mendampingi lelaki hebat menapaki naik turunnya kehidupan bersama-sama.
Entah apa yang ada di dalam batinnya saat ini, lah saya saja yang cuma penonton dari jauh sedih. Saya membayangkan sekuat-kuatnya Veronica Tan atau meskipun Ia sudah dijelaskan tentang kemungkinan terburuk yang bisa terjadi tetap saja mana ada istri yang mau suaminya dipenjara selama dua tahun. Apalagi tuduhan yang diberikan jelas tidak berdasar dan sarat dengan tekanan dan muatan politis.
Kabar menyebutkan bahwa pengacara Ahok (saat saya menulis ini) kehilangan kontak karena Ahok bersama jaksa. Ada reporter di media sosial yang menyebutkan Ahok dibawa ke LP Cipinang. Ya Allah, entah apa rasanya jadi Veronica setelah suaminya selalu dituduh ini-itu, semua-semua dibilang salah Ahok, agamanya dikafir-kafirkan, asal usul keturunannya dipersoalkan, difitnah macam-macam, dan sekarang harus menjalani hukuman atas apa yang sebetulnya bukan kesalahannya. Entahlah apa rasanya Veronica melepas Ahok tadi pagi berangkat ke pengadilan dan apa perasaannya siang ini menyadari mungkin nanti malam atau malam-malam berikutnya Ahok tak lagi tidur di sisinya, melainkan dalam sel tahanan.
Ahok memang akan mengajukan banding, namun saya pesimis dengan sistem peradilan kita. Dan perjalanan menuju proses banding sampai di tingkat kasasi itu panjang dan melelahkan. Artinya juga masih sangat lama bagi Veronica untuk bisa bernafas lega dan hidup tenang bersama suami dan keluarganya.
Bu Vero, Anda adalah wanita yang sangat cantik lahir dan batin. Saya percaya itu meski tak mengenal Anda secara personal. Saya meyakini bahwa di balik laki-laki yang hebat seperti Ahok ada perempuan yang tak kalah dahsyatnya sebagai support system Beliau. Kalau hari ini Anda ingin menangis karena sedih, kecewa, marah maka lakukanlah. Tidak ada yang melarang dan mencegah Anda melakukan itu. Saya pun ingin memeluk Anda dan anak-anak saat ini.
Namun setelah itu ingatlah peran Anda belum berhenti sampai di sini. Anda harus tetap memperhatikan Pak Ahok meskipun Ia dipenjara. Makanannya, kesehatannya, dan psikologis Beliau. Sekuat-kuatnya Ahok tetaplah Ia manusia biasa. Anda harus bangkit untuk suami, anak-anak, dan keluarga. Entah bombardir apa lagi yang akan mereka munculkan setelah ini. Jadilah selalu sandaran bagi Bapak dan anak-anak, doamu adalah cahaya dan ridho bagi suamimu…
Kami semua di sini juga selalu akan mendoakan dan mendukung setiap langkahmu dan Pak Ahok, Bu. Maafkan kami yang belum sukses mendukung Bapak ini. Kami mungkin terlambat dan kurang maksimal dalam membela sehingga kaum batil itu merajalela.
Untuk Nicholas Sean, Nathania, dan Daud Albeenner…
Nak, maafkan kami ya. Kami gagal mengawal ayah kalian yang hebat dan tiada duanya itu. Kalian tentu marah, sedih, dan ketakutan. Mungkin sebagian akan mengatakan itu resiko jadi anaknya Ahok. Lah kalian kan tidak bisa memilih mau lahir dari orangtua mana.
Kalau ada teman atau orang yang menjelek-jelekkan atau memanfaatkan vonis ini untuk berkata buruk tentang ayah kalian, jangan dimasukkan hati. Mereka hanya orang yang kalau tidak bodoh, jahat, serakah, atau sumbunya memang pendek. Ayahmu bukan penjahat, justru banyak penjahat yang ingin menjatuhkan ayahmu. Ayahmu adalah pejuang di era sekarang yang jelas bekerja dan dicintai banyak orang. Tidak ada alasan untuk tak lagi sayang atau tak lagi bangga dengan ayah kalian, justru harus makin berlipat sayang dan bangganya!
Jangan benci dengan Indonesia ya sayang, kami tahu sistem peradilan kami belum bisa adil dan fair. Kami tahu ayahmu adalah korban carut marutnya sistem politik di negara ini. Kami tahu Indonesia terlambat mengantisipasi bigot yang terus bergerak menggerogoti sumbu-sumbu kehidupan.
Apalagi untuk Sean yang bersekolah di kampus negeri. Tentu ada segelintir teman, senior, bahkan mungkin dosenmu yang memandang sinis ayahmu dan sibuk jadi bagian yang menuduhnya menistakan agama. Jangan surut semangatmu. Tetaplah belajar dengan baik dan berteman sepenuh hati dengan siapapun seperti kerja keras dan sikap kemanusiaan yang ayahmu tunjukkan pada kami. Manusia-manusia patologis selalu ada di mana-mana. Kamu harus tetap sabar dan berjalan tegak!
Jagalah Ibu kalian dan jadilah support system yang baik untuk Ayah dan Ibu. Kami di luar ini banyak yang mendukung dan cinta dengan kalian, ikhlas sepenuh hati. Ayah kalian bukanlah pesakitan tapi justru yang tersakiti. Ayah kalian bukan penjahat tapi justru yang dijahati. Ayah kalian bukan penista tapi yang justru dinistakan.
Doa kami menyertai kalian, selalu…. We love you..
Rahmatika
www.seword.com
Komentar
Posting Komentar