Kaleb dan Yosua
Kaleb dan Yosua
“Suruhlah beberapa orang mengintai tanah Kanaan, yang akan Kuberikan kepada orang Israel.” (Bil. 13:2)
Beberapa orang mungkin pernah mendengar kisah ini sebelumnya, kisah tentang dua belas pengintai yang dikirimkan untuk mengintai tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan Tuhan kepada bangsa Israel. Kisah ini dicatat dalam kitab Bilangan 13 – 14.
Dalam kisah tersebut, Musa memerintahkan kedua belas pengintai itu untuk melihat keadaan di dalam tanah Kanaan sebelum seluruh bangsa Israel akan masuk ke dalamnya.
Maka Musa menyuruh mereka untuk mengintai tanah Kanaan, katanya kepada mereka: “Pergilah dari sini ke Tanah Negeb dan naiklah ke pegunungan, dan amat-amatilah bagaimana keadaan negeri itu, apakah bangsa yang mendiaminya kuat atau lemah, apakah mereka sedikit atau banyak; dan bagaimana negeri yang didiaminya, apakah baik atau buruk, bagaimana kota-kota yang didiaminya, apakah mereka diam di tempat-tempat yang terbuka atau di tempat-tempat yang berkubu, dan bagaimana tanah itu, apakah gemuk atau kurus, apakah ada di sana pohon-pohonan atau tidak. Tabahkanlah hatimu dan bawalah sedikit dari hasil negeri itu.” (Bilangan 13:17-20)
Setelah 40 hari mereka pergi, mereka kembali dan melaporkan hasil temuan mereka:
Mereka menceritakan kepadanya: “Kami sudah masuk ke negeri, ke mana kausuruh kami, dan memang negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya, dan inilah hasilnya. Hanya, bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar, juga keturunan Enak telah kami lihat di sana. Orang Amalek diam di Tanah Negeb, orang Het, orang Yebus dan orang Amori diam di pegunungan, orang Kanaan diam sepanjang laut dan sepanjang tepi sungai Yordan.” (Bilangan 13:27-29)
Ada kabar baik dan kabar buruk di dalam laporan pengintai-pengintai itu. Bagaimana kira-kira respon Anda ketika mendengar kabar tersebut? Bangsa Israel sendiri terlihat khawatir, sehingga Kaleb, satu dari dua belas pengintai itu, mencoba menentramkan hati mereka.
Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: “Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!” (Bilangan 13:30)
Namun, tidak semua pengintai setuju dengan Kaleb…
Tetapi orang-orang yang pergi ke sana bersama-sama dengan dia berkata: “Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita.” Juga mereka menyampaikan kepada orang Israel kabar busuk tentang negeri yang diintai mereka, dengan berkata: “Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya. Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami.” (Bilangan 13:31-33)
Lihatlah bagaimana pengintai-pengintai itu mendeskripsikan negeri yang Tuhan janjikan akan dimiliki oleh bangsa Israel tersebut. Tidak heran akhirnya bangsa Israel meresponinya dengan buruk…
Lalu segenap umat itu mengeluarkan suara nyaring dan bangsa itu menangis pada malam itu. Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada Musa dan Harun; dan segenap umat itu berkata kepada mereka: “Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini! Mengapakah TUHAN membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan isteri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?” Dan mereka berkata seorang kepada yang lain: “Baiklah kita mengangkat seorang pemimpin, lalu pulang ke Mesir.” (Bilangan 14:1-4)
Dahulu, bangsa Israel menjadi budak di tanah Mesir, sampai akhirnya Tuhan membebaskan mereka, dan mereka menempuh perjalanan panjang menuju ke tanah yang sangat baik yang dijanjikan Tuhan kepada mereka, yaitu tanah Kanaan. Mereka sudah hampir sampai di tanah perjanjian itu! Namun, melihat raksasa yang ada di dalamnya, mereka lebih memilih menyerah dan kembali menjadi budak di tanah Mesir. Mereka melupakan janji Tuhan, bahwa Tuhan akan senantiasa menyertai mereka, dan menyerahkan tanah Kanaan tersebut ke tangan bangsa Israel.
Namun, di antara pengintai-pengintai itu, ada dua pengintai yang berpendapat lain…
Tetapi Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune, yang termasuk orang-orang yang telah mengintai negeri itu, mengoyakkan pakaiannya, dan berkata kepada segenap umat Israel: “Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka. (Bilangan 14:6-9)
Namun, tampaknya bangsa Israel tidak setuju dengan kedua pengintai itu, terlihat dari mereka ingin melempari Yosua dan Kaleb dengan batu. Mereka masih tidak percaya kepada Tuhan yang berjanji akan membawa mereka masuk tanah Kanaan.
Lalu segenap umat itu mengancam hendak melontari kedua orang itu dengan batu. Tetapi tampaklah kemuliaan TUHAN di Kemah Pertemuan kepada semua orang Israel. TUHAN berfirman kepada Musa: “Berapa lama lagi bangsa ini menista Aku, dan berapa lama lagi mereka tidak mau percaya kepada-Ku, sekalipun sudah ada segala tanda mujizat yang Kulakukan di tengah-tengah mereka! (Bilangan 14:10-11)
Saya menemukan beberapa hal yang sangat menarik dalam kisah ini.
Apa yang membedakan Yosua dan Kaleb dengan kesepuluh pengintai lain? Perbedaannya ada pada fokus mereka. Yosua dan Kaleb fokus akan janji Tuhan, bahwa Tuhan akan menyertai mereka masuk ke dalam tanah Kanaan yang dijanjikan-Nya kepada bangsa Israel. Kesepuluh pengintai lain fokus kepada raksasa-raksasa yang ada di dalamnya, dan melupakan janji penyertaan Tuhan.
Yosua dan Kaleb fokus pada promise. Kesepuluh pengintai lainnya fokus pada problem.
Seberapa pentingnya fokus ini mempengaruhi hidup kita? Mari kita adakan uji coba sederhana. Saya akan memberikan Anda waktu persiapan Anda selama 30 detik. Saya akan memberikan Anda clue. Clue-nya adalah “Ada berapa banyak kata ‘yang’ dalam Bilangan 13:17-20 yang saya kutip di awal tulisan ini?”). Oke, silakan Anda kembali ke awal tulisan ini untuk mempersiapkan diri. Tapi ingat, jangan lewat dari 30 detik! Setelah 30 detik berlalu, kembalilah membaca kelanjutan tulisan ini. Jangan curang ya…
Ya, apakah Anda sudah siap? Anda tidak melanggar waktu 30 detik yang saya berikan kan? Oke, kalau Anda sudah siap, kita akan mulai. Tanpa melihat lagi paragraf Bilangan 13:17-20, pertanyaan saya adalah: “Ada berapa banyak kata ‘dan’ dalam paragraf tersebut?”
Apakah Anda dapat menjawabnya dengan tepat? Mengapa ini menyulitkan Anda? Bukankah saya sudah memberikan Anda waktu persiapan? Aha, itu karena saya mengalihkan fokus Anda dengan kata ‘yang’, Anda tidak memperhatikan kata ‘dan’. Maaf kalau ada dari Anda yang merasa tertipu. Ini hanyalah sebuah ilustrasi saja…
Itulah mengapa ketika kita fokus kepada sebuah masalah, kita akan sulit melihat kepada berkat yang menyertai masalah tersebut, atau pimpinan Tuhan kepada kita untuk menghadapi masalah tersebut.
Kalau Anda perhatikan kisah di atas, Anda akan menemukan sebuah fakta yang mengejutkan. Ada di manakah sang raksasa tersebut? Ada di mana negeri yang memakan penduduknya, raksasa yang mengerikan itu? Ada di manakah mereka?
Mereka ada di dalam tanah perjanjian! Mereka ada di dalam Kanaan, tanah yang dijanjikan Tuhan kepada bangsa Israel. Tuhan menginginkan mereka untuk menghadapi raksasa tersebut dan merebut tanah Kanaan.
Begitu pun dengan berkat Tuhan. Kadang berkat Tuhan akan datang bersama masalah yang harus kita hadapi. Kenapa Tuhan memberikan kita masalah itu? Karena hanya melalui melewati masalah itulah kita bisa menikmati berkat yang Tuhan berikan. Melalui masalah-masalah tersebut, Tuhan sedang membentuk kita untuk siap menerima berkat yang Tuhan ingin berikan kepada kita.
Berkat dan masalah seperti dua sisi koin mata uang. Selalu ada berkat di dalam setiap masalah kita. Masalahnya, apakah kita memfokuskan diri kita pada masalah, atau pada berkat? Pada problem, atau pada promise?
Lebih baik kita berjalan dalam badai bersama Tuhan, daripada melewati padang rumput sendirian. Kenapa? Karena Tuhanlah satu-satunya yang mengetahui jalan yang benar. Kita takkan pernah salah melangkah bersama-Nya. Dan, Tuhan telah berjanji untuk senantiasa menyertai kita. Ketika kita mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya, Dialah Tuhan yang akan menghardik badai itu, “Diam! Tenanglah!”
Dialah Tuhan yang menyelamatkan kita. Hanya, percayalah kepada-Nya. 😀
Kita mengetahui cerita tentang dua belas pengintai. Dua belas pengintai diutus Musa, atas titah Allah, untuk mengintai tanah Kanaan. Keduabelas orang itu berangkat pada waktu yang sama, melihat hal yang sama bersamaan, dari tempat dan sudut pandang yang sama, tetapi membawa pulang berita yang berbeda. Mereka semua setuju bahwa Kanaan adalah tanah yang subur dan “berlimpah-limpah susu dan madunya”. Namun, mereka berbeda pendapat mengenai penduduknya. Sepuluh pengintai dari utusan itu mengabarkan kehebatan orang Kanaan dan pesimis terhadap perang itu. Sedangkan dua orang pengintai yakin bahwa orang Israel pasti akan mampu mengalahkan mereka.
Tugas para pengintai itu sering kita salah mengerti sebagai pembaca modern. Bagi kita, tugas pengintai adalah memata-matai kondisi sebuah negara, mengumpulkan data, mengukur kekuatan musuh, dan membuat perhitungan kans menang jika menyatakan perang terhadap mereka. Pemahaman seperti ini perlu kita ubah. Jelas dari perintah Tuhan yang dikutip di atas bahwa orang Israel pasti akan menang perang. Tanah Kanaan itu pasti akan diberikan Tuhan kepada mereka. Jadi, untuk apa mereka mengintai jika tidak untuk mengukur kekuatan musuh? Tugas mereka yang sebenarnya adalah seperti yang dikerjakan oleh Yosua dan Kaleb: mereka pergi mengintai untuk pulang dengan kabar tentang betapa indahnya pemberian Allah yang menunggu mereka di depan. Mereka diutus untuk kemudian kembali dengan membawa harapan dan membangkitkan semangat perang, bukan menebar ketakutan seperti yang dilakukan oleh sepuluh pengintai lainnya.
Sayangnya, orang Israel lebih memercayai laporan kesepuluh orang itu daripada laporan Yosua dan Kaleb. Mereka menjadi bersungut-sungut dan memberontak melawan Tuhan. Karena pemberontakan ini, Tuhan murka dan satu generasi Israel pada saat itu dilarang Tuhan masuk ke dalam tanah perjanjian.
Dari cerita ini, kita dapat memetik sebuah pelajaran tentang iman. Di sepanjang Kitab Suci terlihat sekali bahwa Allah sangat menyayangi orang yang beriman dan murka terhadap orang yang tidak beriman. Mengapa? Karena iman membawa manusia kepada ketaatan, dan ketiadaan iman memimpin manusia kepada ketidaktaatan, bahkan pemberontakan melawan Tuhan. Ketaatan sejati bukanlah hal yang mudah bagi manusia berdosa karena ketaatan sejati membutuhkan langkah iman. Orang yang beriman kecil tidak akan dapat taat dalam hal yang besar.
Apakah Anda menemukan diri Anda sulit untuk taat kepada Tuhan? Mungkin ini karena Anda kurang berjalan dalam iman.
Sejujurnya saya belum banyak latihan iman, masih banyak raksasa ketakutan, kekuatiran dalam hidup saya. Hari ini saya sedang menghadapi raksasa ketakutan, walaupun nama yang Tuhan Beri kepala saya Joshua artinya Tuhan Penyelamat ku, Pahlawan Iman.
Namun rasanya saya masih jauh banget dari karakternya Joshua. Saya sangat takut, saya menguatkan kepercayaan dengan menaikkan kecapi Penyembahan.
Raksasa Kemarahan yang saya tahan, ingin meledak rasanya. Yosua dan Kaleb membawa Anggur, Delima Hasil dari Tanah Perjanjian.
Mereka Tidak Kuatir dan mempunyai Iman. Saya teringat Firman Tuhan, Jika Tuhan Yesus datang kembali adalah dia mendapatkan Iman dibumi ?
14 hari menuju Heaven Bearer, Ada banyak ketakutan yang menghantui, Engkong sakit kakinya, sejujurnya itu sangat menakutkan bagi saya, karena Engkong sudah tua sekali, dan kini hidupnya tidak bahagia dengan tindasan masalah ekonomi. Masa kejayaan yang lalu masih membayang di hidupnya, dia ingin mengalami Masa kejayaan Jaman dulu kala.
Hari ini saya merenungkan tentang Kaleb dan Joshua. Terima Kasih. Tuhan Memberkati.
By His Grace
Joshua Ivan Sudrajat S
“Suruhlah beberapa orang mengintai tanah Kanaan, yang akan Kuberikan kepada orang Israel.” (Bil. 13:2)
Beberapa orang mungkin pernah mendengar kisah ini sebelumnya, kisah tentang dua belas pengintai yang dikirimkan untuk mengintai tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan Tuhan kepada bangsa Israel. Kisah ini dicatat dalam kitab Bilangan 13 – 14.
Dalam kisah tersebut, Musa memerintahkan kedua belas pengintai itu untuk melihat keadaan di dalam tanah Kanaan sebelum seluruh bangsa Israel akan masuk ke dalamnya.
Maka Musa menyuruh mereka untuk mengintai tanah Kanaan, katanya kepada mereka: “Pergilah dari sini ke Tanah Negeb dan naiklah ke pegunungan, dan amat-amatilah bagaimana keadaan negeri itu, apakah bangsa yang mendiaminya kuat atau lemah, apakah mereka sedikit atau banyak; dan bagaimana negeri yang didiaminya, apakah baik atau buruk, bagaimana kota-kota yang didiaminya, apakah mereka diam di tempat-tempat yang terbuka atau di tempat-tempat yang berkubu, dan bagaimana tanah itu, apakah gemuk atau kurus, apakah ada di sana pohon-pohonan atau tidak. Tabahkanlah hatimu dan bawalah sedikit dari hasil negeri itu.” (Bilangan 13:17-20)
Setelah 40 hari mereka pergi, mereka kembali dan melaporkan hasil temuan mereka:
Mereka menceritakan kepadanya: “Kami sudah masuk ke negeri, ke mana kausuruh kami, dan memang negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya, dan inilah hasilnya. Hanya, bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar, juga keturunan Enak telah kami lihat di sana. Orang Amalek diam di Tanah Negeb, orang Het, orang Yebus dan orang Amori diam di pegunungan, orang Kanaan diam sepanjang laut dan sepanjang tepi sungai Yordan.” (Bilangan 13:27-29)
Ada kabar baik dan kabar buruk di dalam laporan pengintai-pengintai itu. Bagaimana kira-kira respon Anda ketika mendengar kabar tersebut? Bangsa Israel sendiri terlihat khawatir, sehingga Kaleb, satu dari dua belas pengintai itu, mencoba menentramkan hati mereka.
Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: “Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!” (Bilangan 13:30)
Namun, tidak semua pengintai setuju dengan Kaleb…
Tetapi orang-orang yang pergi ke sana bersama-sama dengan dia berkata: “Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita.” Juga mereka menyampaikan kepada orang Israel kabar busuk tentang negeri yang diintai mereka, dengan berkata: “Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya. Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami.” (Bilangan 13:31-33)
Lihatlah bagaimana pengintai-pengintai itu mendeskripsikan negeri yang Tuhan janjikan akan dimiliki oleh bangsa Israel tersebut. Tidak heran akhirnya bangsa Israel meresponinya dengan buruk…
Lalu segenap umat itu mengeluarkan suara nyaring dan bangsa itu menangis pada malam itu. Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada Musa dan Harun; dan segenap umat itu berkata kepada mereka: “Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini! Mengapakah TUHAN membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan isteri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?” Dan mereka berkata seorang kepada yang lain: “Baiklah kita mengangkat seorang pemimpin, lalu pulang ke Mesir.” (Bilangan 14:1-4)
Dahulu, bangsa Israel menjadi budak di tanah Mesir, sampai akhirnya Tuhan membebaskan mereka, dan mereka menempuh perjalanan panjang menuju ke tanah yang sangat baik yang dijanjikan Tuhan kepada mereka, yaitu tanah Kanaan. Mereka sudah hampir sampai di tanah perjanjian itu! Namun, melihat raksasa yang ada di dalamnya, mereka lebih memilih menyerah dan kembali menjadi budak di tanah Mesir. Mereka melupakan janji Tuhan, bahwa Tuhan akan senantiasa menyertai mereka, dan menyerahkan tanah Kanaan tersebut ke tangan bangsa Israel.
Namun, di antara pengintai-pengintai itu, ada dua pengintai yang berpendapat lain…
Tetapi Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune, yang termasuk orang-orang yang telah mengintai negeri itu, mengoyakkan pakaiannya, dan berkata kepada segenap umat Israel: “Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka. (Bilangan 14:6-9)
Namun, tampaknya bangsa Israel tidak setuju dengan kedua pengintai itu, terlihat dari mereka ingin melempari Yosua dan Kaleb dengan batu. Mereka masih tidak percaya kepada Tuhan yang berjanji akan membawa mereka masuk tanah Kanaan.
Lalu segenap umat itu mengancam hendak melontari kedua orang itu dengan batu. Tetapi tampaklah kemuliaan TUHAN di Kemah Pertemuan kepada semua orang Israel. TUHAN berfirman kepada Musa: “Berapa lama lagi bangsa ini menista Aku, dan berapa lama lagi mereka tidak mau percaya kepada-Ku, sekalipun sudah ada segala tanda mujizat yang Kulakukan di tengah-tengah mereka! (Bilangan 14:10-11)
Saya menemukan beberapa hal yang sangat menarik dalam kisah ini.
Apa yang membedakan Yosua dan Kaleb dengan kesepuluh pengintai lain? Perbedaannya ada pada fokus mereka. Yosua dan Kaleb fokus akan janji Tuhan, bahwa Tuhan akan menyertai mereka masuk ke dalam tanah Kanaan yang dijanjikan-Nya kepada bangsa Israel. Kesepuluh pengintai lain fokus kepada raksasa-raksasa yang ada di dalamnya, dan melupakan janji penyertaan Tuhan.
Yosua dan Kaleb fokus pada promise. Kesepuluh pengintai lainnya fokus pada problem.
Seberapa pentingnya fokus ini mempengaruhi hidup kita? Mari kita adakan uji coba sederhana. Saya akan memberikan Anda waktu persiapan Anda selama 30 detik. Saya akan memberikan Anda clue. Clue-nya adalah “Ada berapa banyak kata ‘yang’ dalam Bilangan 13:17-20 yang saya kutip di awal tulisan ini?”). Oke, silakan Anda kembali ke awal tulisan ini untuk mempersiapkan diri. Tapi ingat, jangan lewat dari 30 detik! Setelah 30 detik berlalu, kembalilah membaca kelanjutan tulisan ini. Jangan curang ya…
Ya, apakah Anda sudah siap? Anda tidak melanggar waktu 30 detik yang saya berikan kan? Oke, kalau Anda sudah siap, kita akan mulai. Tanpa melihat lagi paragraf Bilangan 13:17-20, pertanyaan saya adalah: “Ada berapa banyak kata ‘dan’ dalam paragraf tersebut?”
Apakah Anda dapat menjawabnya dengan tepat? Mengapa ini menyulitkan Anda? Bukankah saya sudah memberikan Anda waktu persiapan? Aha, itu karena saya mengalihkan fokus Anda dengan kata ‘yang’, Anda tidak memperhatikan kata ‘dan’. Maaf kalau ada dari Anda yang merasa tertipu. Ini hanyalah sebuah ilustrasi saja…
Itulah mengapa ketika kita fokus kepada sebuah masalah, kita akan sulit melihat kepada berkat yang menyertai masalah tersebut, atau pimpinan Tuhan kepada kita untuk menghadapi masalah tersebut.
Kalau Anda perhatikan kisah di atas, Anda akan menemukan sebuah fakta yang mengejutkan. Ada di manakah sang raksasa tersebut? Ada di mana negeri yang memakan penduduknya, raksasa yang mengerikan itu? Ada di manakah mereka?
Mereka ada di dalam tanah perjanjian! Mereka ada di dalam Kanaan, tanah yang dijanjikan Tuhan kepada bangsa Israel. Tuhan menginginkan mereka untuk menghadapi raksasa tersebut dan merebut tanah Kanaan.
Begitu pun dengan berkat Tuhan. Kadang berkat Tuhan akan datang bersama masalah yang harus kita hadapi. Kenapa Tuhan memberikan kita masalah itu? Karena hanya melalui melewati masalah itulah kita bisa menikmati berkat yang Tuhan berikan. Melalui masalah-masalah tersebut, Tuhan sedang membentuk kita untuk siap menerima berkat yang Tuhan ingin berikan kepada kita.
Berkat dan masalah seperti dua sisi koin mata uang. Selalu ada berkat di dalam setiap masalah kita. Masalahnya, apakah kita memfokuskan diri kita pada masalah, atau pada berkat? Pada problem, atau pada promise?
Lebih baik kita berjalan dalam badai bersama Tuhan, daripada melewati padang rumput sendirian. Kenapa? Karena Tuhanlah satu-satunya yang mengetahui jalan yang benar. Kita takkan pernah salah melangkah bersama-Nya. Dan, Tuhan telah berjanji untuk senantiasa menyertai kita. Ketika kita mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya, Dialah Tuhan yang akan menghardik badai itu, “Diam! Tenanglah!”
Dialah Tuhan yang menyelamatkan kita. Hanya, percayalah kepada-Nya. 😀
Kita mengetahui cerita tentang dua belas pengintai. Dua belas pengintai diutus Musa, atas titah Allah, untuk mengintai tanah Kanaan. Keduabelas orang itu berangkat pada waktu yang sama, melihat hal yang sama bersamaan, dari tempat dan sudut pandang yang sama, tetapi membawa pulang berita yang berbeda. Mereka semua setuju bahwa Kanaan adalah tanah yang subur dan “berlimpah-limpah susu dan madunya”. Namun, mereka berbeda pendapat mengenai penduduknya. Sepuluh pengintai dari utusan itu mengabarkan kehebatan orang Kanaan dan pesimis terhadap perang itu. Sedangkan dua orang pengintai yakin bahwa orang Israel pasti akan mampu mengalahkan mereka.
Tugas para pengintai itu sering kita salah mengerti sebagai pembaca modern. Bagi kita, tugas pengintai adalah memata-matai kondisi sebuah negara, mengumpulkan data, mengukur kekuatan musuh, dan membuat perhitungan kans menang jika menyatakan perang terhadap mereka. Pemahaman seperti ini perlu kita ubah. Jelas dari perintah Tuhan yang dikutip di atas bahwa orang Israel pasti akan menang perang. Tanah Kanaan itu pasti akan diberikan Tuhan kepada mereka. Jadi, untuk apa mereka mengintai jika tidak untuk mengukur kekuatan musuh? Tugas mereka yang sebenarnya adalah seperti yang dikerjakan oleh Yosua dan Kaleb: mereka pergi mengintai untuk pulang dengan kabar tentang betapa indahnya pemberian Allah yang menunggu mereka di depan. Mereka diutus untuk kemudian kembali dengan membawa harapan dan membangkitkan semangat perang, bukan menebar ketakutan seperti yang dilakukan oleh sepuluh pengintai lainnya.
Sayangnya, orang Israel lebih memercayai laporan kesepuluh orang itu daripada laporan Yosua dan Kaleb. Mereka menjadi bersungut-sungut dan memberontak melawan Tuhan. Karena pemberontakan ini, Tuhan murka dan satu generasi Israel pada saat itu dilarang Tuhan masuk ke dalam tanah perjanjian.
Dari cerita ini, kita dapat memetik sebuah pelajaran tentang iman. Di sepanjang Kitab Suci terlihat sekali bahwa Allah sangat menyayangi orang yang beriman dan murka terhadap orang yang tidak beriman. Mengapa? Karena iman membawa manusia kepada ketaatan, dan ketiadaan iman memimpin manusia kepada ketidaktaatan, bahkan pemberontakan melawan Tuhan. Ketaatan sejati bukanlah hal yang mudah bagi manusia berdosa karena ketaatan sejati membutuhkan langkah iman. Orang yang beriman kecil tidak akan dapat taat dalam hal yang besar.
Apakah Anda menemukan diri Anda sulit untuk taat kepada Tuhan? Mungkin ini karena Anda kurang berjalan dalam iman.
Sejujurnya saya belum banyak latihan iman, masih banyak raksasa ketakutan, kekuatiran dalam hidup saya. Hari ini saya sedang menghadapi raksasa ketakutan, walaupun nama yang Tuhan Beri kepala saya Joshua artinya Tuhan Penyelamat ku, Pahlawan Iman.
Namun rasanya saya masih jauh banget dari karakternya Joshua. Saya sangat takut, saya menguatkan kepercayaan dengan menaikkan kecapi Penyembahan.
Raksasa Kemarahan yang saya tahan, ingin meledak rasanya. Yosua dan Kaleb membawa Anggur, Delima Hasil dari Tanah Perjanjian.
Mereka Tidak Kuatir dan mempunyai Iman. Saya teringat Firman Tuhan, Jika Tuhan Yesus datang kembali adalah dia mendapatkan Iman dibumi ?
14 hari menuju Heaven Bearer, Ada banyak ketakutan yang menghantui, Engkong sakit kakinya, sejujurnya itu sangat menakutkan bagi saya, karena Engkong sudah tua sekali, dan kini hidupnya tidak bahagia dengan tindasan masalah ekonomi. Masa kejayaan yang lalu masih membayang di hidupnya, dia ingin mengalami Masa kejayaan Jaman dulu kala.
Hari ini saya merenungkan tentang Kaleb dan Joshua. Terima Kasih. Tuhan Memberkati.
By His Grace
Joshua Ivan Sudrajat S
Komentar
Posting Komentar