KEILAHIANNYA
KEILAHIANNYA
Filipi 4:8 (FAYH) Saudara sekalian yang saya kasihi, pada akhir surat ini saya ingin mengatakan satu hal lagi.
Arahkanlah pikiran Saudara kepada hal-hal yang benar, yang baik, dan yang adil. Renungkanlah hal-hal yang murni dan indah, serta kebaikan dan keindahan di dalam diri orang lain. Ingatlah akan hal-hal yang menyebabkan Saudara memuji Allah dan bersukacita.
Ayat diatas merupakan ayat yang cukup susah untuk dipraktekkan. Baru kali ini saya membaca satu ayat yang membuat saya bergumul untuk melakukannya!
Oleh karenanya saya dengan sengaja menuliskan argumentasi kesulitan pemikiran saya mengenai ayat tersebut, agar segala yang menjadi pola lama dapat terekspos dan terpotong. Berikut ini pemaparannya:
"Ini sangat tidak mungkin dipraktekkan"! Karena bagaimana mungkin pikiran kita tetap positif dalam dunia yang semakin jahat ini. Bagaimana mungkin kita bisa berpikiran positif jika kita berada ditengah - tengah serigala? Memang benar, Tuhan mengajar kita untuk cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Artinya tetap saja harus berpikiran positif! Karena kata 'cerdik' disana bukan berarti 'pikiran negatif', melainkan 'bijaksana' dan 'cerdas' dalam berkata - kata, bertindak dan mengambil keputusan, sehingga tidak ada celah bagi orang yang berniat jahat untuk menjatuhkan atau menyerang kehidupan kita. Belum lagi ada penambahan kata 'tulus' disana. Komplit sudah tuntutan Filipi 4:8 kepada diri kita!
Belum lagi jika kita berhadapan dengan orang - orang dekat yang kita tahu kelemahannya, kita tahu kisah hidupnya, kita tahu segala sesuatu tentang orang ini, dan orang tersebut sering bersikap menjengkelkan terhadap kita. Bagaimana caranya kita merenungkan hal-hal yang murni serta baik atau indah di dalam diri orang itu? Mari kita berkata jujur, itu memang sulit!
Tidak hanya hal - hal tersebut saja. Ada juga hal - hal yang terkesan baik namun bertolak belakang dengan prinsip Filipi 4:8. Misalkan kita melihat anak kecil yang sedang naik diatas meja, sontak saja muncul pemikiran 'anak itu bisa jatuh'! Sehingga kita berkata pada anak itu: 'Jangan naik - naik meja, nanti bisa jatuh'! Jadi tanpa sadar pikiran kita sudah negatif, bahkan kita pun akhirnya menjadi penyalur ketakutan bagi anak tersebut!
Ada juga hal yang telah menjadi 'sindrom' di kota - kota besar, yaitu menolong orang dengan pamrih!
Contoh misalkan mobil kita mogok dijalan. Ada orang yang menawarkan bantuan untuk mendorong atau memperbaiki mesin yang ada, dan orang tersebut tidak kita kenal sama sekali. Apa yang menjadi pemikiran kita? Mari berkata jujur! Ya, langsung negatif dan kita langsung 'pasang kuda - kuda' untuk berhati - hati. Karena kita berpikir, jangan - jangan orang ini ingin berniat jahat, atau minimal kita berpikir bahwa orang tersebut pasti akan mengharapkan upah setelah menolong! Kita sudah menganggap wajar pikiran itu! Karena memang banyaknya korban kejahatan dengan modus seperti itu! Itu saja kita sudah melanggar Filipi 4:8!
Contoh lainnya lagi saat menghadapi masa - masa pemilihan umum pada suatu bangsa. Waktu itulah keluar aktor - aktor politik yang membawa kepentingan masing - masing. Ada yang memakai cara - cara licik untuk mencapai dan meraih pucuk pimpinan. Sulit rasanya untuk melihat hal yang baik dalam diri mereka.
Mulut ini rasanya ingin mengutuk saja!! Ya, itulah realita kenyataan yang sedang kita hadapi!! Lingkungan dan peristiwa telah mencetak kita sebagai orang percaya untuk mau tidak mau harus selalu berpikiran negatif!
Masih banyak tentunya argumentasi lain yang bisa saya tuliskan. Tapi puji Tuhan, dari 'argumentasi yang saya tuangkan' tersebut, Roh Kudus menuntun saya untuk mulai bisa melihat 'jalan terang' menjadi pelaku firman dari Filipi 4:8 :
1. Filipi 4:8 merupakan standar kehidupan orang percaya! Jadi tidak peduli apapun argumentasi kita, standart tidak boleh diturunkan! Melainkan kita yang harus naik mencapai standart itu!
2. Paulus menuliskan surat Filipi itu saat sedang di dalam penjara (kondisi tidak nyaman) Namun 'roh dan kesan' yang terpancar dari tulisannya sangatlah tenang, damai, dan bersukacita! Jadi, jika Paulus bisa, maka kita pun pasti akan dimampukan oleh Roh KudusNya!
3. Jujur saja, saya "menyerah" dihadapan Tuhan. Saya berkata apa adanya dihadapan Dia: Saya tidak sanggup Tuhan! Sebab ayat itu membutuhkan keilahian Tuhan yang terus bekerja. Jadi saya butuh pertolongan Roh Kudus dan anugerah Tuhan yang teramat sangat. Sebab langkah - langkah apapun yang coba kita tuliskan dan lakukan untuk melakukan firman itu seolah mentah begitu saja ketika situasi buruk dan tidak mengenakan datang ke dalam hidup kita. Ya, itulah kenyataannya! Saya tidak mau berupaya tampil 'hebat' dihadapan Tuhan padahal kenyataannya tidak! Jadi, saya membutuhkan Tuhan untuk menolong saya.
Doa saya: "Roh Kudus tuntun saya, ingatkan saya, latih saya untuk jadi pelaku filipi 4:8! Berikan hati yang lemah lembut, mau dibentuk, diajar dan mau berubah! Limpahkanlah anugerahMu kepadaku! Tegur saya ketika ada pikiran negatif bermunculan. Buatlah pikiran saya menjadi serupa dengan pikiran Kristus! Jadikanlah Filipi 4:8 ini menjadi kepunyaan saya (saya pahami, lakukan, dan hidupi)"
Oleh karenanya, Tuhan tidak mau kita menjadi "arogan", dan menganggap sudah kenal Tuhan lebih dari yang lain, merasa kuat lebih dari yang lain, dan merasa mampu. Filipi 4:8 ini sungguh mengajar/menegur dan menghancurkan ketinggian hati, membuat saya sadar, bahwa saya ini masih dalam proses pembentukkan menjadi sempurna seperti Bapa di surga.
Saya merasa, Tuhan sedang membawa saya masuk ke dalam sekolah KEILAHIAN TUHAN.
Disinilah kita belajar mengenal Tuhan bukan lagi dari apa kata orang, melainkan dari pengalaman bersama Tuhan sendiri! Hal ini ibarat seorang ayah yang membentuk dan mengajar sang anak di dalam rumah, namun tiba saatnya ketika sang anak besar, ia harus menjalani semua yang diajarkan dalam kehidupan kesehariannya yang jauh dari orang tua. Begitu juga hubungan kita dengan orang tua rohani yang mengajar kita sedemikian rupa tentang prinsip - prinsip kebenaran firman (Konteks Amsal 4:23 -VMD- Di atas segala-galanya, hati-hatilah terhadap yang kaupikirkan karena pikiranmu mengendalikan hidupmu. ) Ketika kita ada dalam kehidupan sehari - hari yang terpisah jarak dan waktu dengan orang tua rohani kita, maka saat itulah pengalaman kita dengan Tuhan yang memberikan hikmat dan kemampuan kepada sang orang tua rohani dimulai.
Dan RohNya akan mengajar kita menapaki jejak yang sama. Sehingga kita bukan lagi menjadi orang - orang yang 'mendengar saja' tentang Tuhan yang dapat menuntun kita menjadi pelaku firman, melainkan mengalami sepenuhnya dan mengenal Dia secara pribadi!
Seringkali kita seperti Ayub, yang terus bertanya - tanya; 'apa salahku Tuhan hingga ada dalam kondisi buruk dan bertemu dengan orang - orang yang selalu menyalah - nyalahkan aku dan sangat menjengkelkan??!!!
Jawabannya sangat sederhana, memang kondisi dan orang - orang yang jenis seperti itu adalah rekayasa tangan Tuhan agar dapat membongkar 'pola' lama yang masih tersimpan di alam bawah sadar kita. Dan disaat yang sama proses hidup kita yang ingin memperkenan hati Tuhan untuk menjadi pelaku firman akan mengundang datangnya intervensi ilahi. Roh secara langsung akan membuat kita bertumbuh dalam keilahianNya! Pastikan saja kita tetap rendah hati, dan mengakui bahwa kondisi dan situasi yang di rekayasa Tuhan adalah kesempatan besar untuk kita bisa alami keilahianNya dan alami perubahan pola lama (kebiasaan lama) menjadi pola ilahi (kebiasaan menjadi pelaku firman). Sebab hanya keilahianNya sajalah yang sanggup membuat hati dan pikiran kita menjadi ilahi!! Memikirkan semua yang benar, mulia, adil dan suci sesungguhnya sama ilahinya dengan kasih Bapa yang mengasihi kita ketika kita masih berdosa!
Selamat datang dalam sekolah KEILAHIAN TUHAN!! Disinilah kita akan alami keilahianNya menjadi sangat nyata dalam hidup kita sehari - hari. Roh KudusNya dan anugerahNya akan memampukan kita menjadi pelaku dari Filipi 4:8 dan seluruh firman lainnya! Nikmatilah proses keilahian Tuhan disatukan dalam diri kita saat berada dalam berbagai situasi dan kondisi hasil rekayasa tangan Tuhan!!#AkuCintaTuhan (Ps. Steven Agustinus)
Filipi 4:8 (FAYH) Saudara sekalian yang saya kasihi, pada akhir surat ini saya ingin mengatakan satu hal lagi.
Arahkanlah pikiran Saudara kepada hal-hal yang benar, yang baik, dan yang adil. Renungkanlah hal-hal yang murni dan indah, serta kebaikan dan keindahan di dalam diri orang lain. Ingatlah akan hal-hal yang menyebabkan Saudara memuji Allah dan bersukacita.
Ayat diatas merupakan ayat yang cukup susah untuk dipraktekkan. Baru kali ini saya membaca satu ayat yang membuat saya bergumul untuk melakukannya!
Oleh karenanya saya dengan sengaja menuliskan argumentasi kesulitan pemikiran saya mengenai ayat tersebut, agar segala yang menjadi pola lama dapat terekspos dan terpotong. Berikut ini pemaparannya:
"Ini sangat tidak mungkin dipraktekkan"! Karena bagaimana mungkin pikiran kita tetap positif dalam dunia yang semakin jahat ini. Bagaimana mungkin kita bisa berpikiran positif jika kita berada ditengah - tengah serigala? Memang benar, Tuhan mengajar kita untuk cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Artinya tetap saja harus berpikiran positif! Karena kata 'cerdik' disana bukan berarti 'pikiran negatif', melainkan 'bijaksana' dan 'cerdas' dalam berkata - kata, bertindak dan mengambil keputusan, sehingga tidak ada celah bagi orang yang berniat jahat untuk menjatuhkan atau menyerang kehidupan kita. Belum lagi ada penambahan kata 'tulus' disana. Komplit sudah tuntutan Filipi 4:8 kepada diri kita!
Belum lagi jika kita berhadapan dengan orang - orang dekat yang kita tahu kelemahannya, kita tahu kisah hidupnya, kita tahu segala sesuatu tentang orang ini, dan orang tersebut sering bersikap menjengkelkan terhadap kita. Bagaimana caranya kita merenungkan hal-hal yang murni serta baik atau indah di dalam diri orang itu? Mari kita berkata jujur, itu memang sulit!
Tidak hanya hal - hal tersebut saja. Ada juga hal - hal yang terkesan baik namun bertolak belakang dengan prinsip Filipi 4:8. Misalkan kita melihat anak kecil yang sedang naik diatas meja, sontak saja muncul pemikiran 'anak itu bisa jatuh'! Sehingga kita berkata pada anak itu: 'Jangan naik - naik meja, nanti bisa jatuh'! Jadi tanpa sadar pikiran kita sudah negatif, bahkan kita pun akhirnya menjadi penyalur ketakutan bagi anak tersebut!
Ada juga hal yang telah menjadi 'sindrom' di kota - kota besar, yaitu menolong orang dengan pamrih!
Contoh misalkan mobil kita mogok dijalan. Ada orang yang menawarkan bantuan untuk mendorong atau memperbaiki mesin yang ada, dan orang tersebut tidak kita kenal sama sekali. Apa yang menjadi pemikiran kita? Mari berkata jujur! Ya, langsung negatif dan kita langsung 'pasang kuda - kuda' untuk berhati - hati. Karena kita berpikir, jangan - jangan orang ini ingin berniat jahat, atau minimal kita berpikir bahwa orang tersebut pasti akan mengharapkan upah setelah menolong! Kita sudah menganggap wajar pikiran itu! Karena memang banyaknya korban kejahatan dengan modus seperti itu! Itu saja kita sudah melanggar Filipi 4:8!
Contoh lainnya lagi saat menghadapi masa - masa pemilihan umum pada suatu bangsa. Waktu itulah keluar aktor - aktor politik yang membawa kepentingan masing - masing. Ada yang memakai cara - cara licik untuk mencapai dan meraih pucuk pimpinan. Sulit rasanya untuk melihat hal yang baik dalam diri mereka.
Mulut ini rasanya ingin mengutuk saja!! Ya, itulah realita kenyataan yang sedang kita hadapi!! Lingkungan dan peristiwa telah mencetak kita sebagai orang percaya untuk mau tidak mau harus selalu berpikiran negatif!
Masih banyak tentunya argumentasi lain yang bisa saya tuliskan. Tapi puji Tuhan, dari 'argumentasi yang saya tuangkan' tersebut, Roh Kudus menuntun saya untuk mulai bisa melihat 'jalan terang' menjadi pelaku firman dari Filipi 4:8 :
1. Filipi 4:8 merupakan standar kehidupan orang percaya! Jadi tidak peduli apapun argumentasi kita, standart tidak boleh diturunkan! Melainkan kita yang harus naik mencapai standart itu!
2. Paulus menuliskan surat Filipi itu saat sedang di dalam penjara (kondisi tidak nyaman) Namun 'roh dan kesan' yang terpancar dari tulisannya sangatlah tenang, damai, dan bersukacita! Jadi, jika Paulus bisa, maka kita pun pasti akan dimampukan oleh Roh KudusNya!
3. Jujur saja, saya "menyerah" dihadapan Tuhan. Saya berkata apa adanya dihadapan Dia: Saya tidak sanggup Tuhan! Sebab ayat itu membutuhkan keilahian Tuhan yang terus bekerja. Jadi saya butuh pertolongan Roh Kudus dan anugerah Tuhan yang teramat sangat. Sebab langkah - langkah apapun yang coba kita tuliskan dan lakukan untuk melakukan firman itu seolah mentah begitu saja ketika situasi buruk dan tidak mengenakan datang ke dalam hidup kita. Ya, itulah kenyataannya! Saya tidak mau berupaya tampil 'hebat' dihadapan Tuhan padahal kenyataannya tidak! Jadi, saya membutuhkan Tuhan untuk menolong saya.
Doa saya: "Roh Kudus tuntun saya, ingatkan saya, latih saya untuk jadi pelaku filipi 4:8! Berikan hati yang lemah lembut, mau dibentuk, diajar dan mau berubah! Limpahkanlah anugerahMu kepadaku! Tegur saya ketika ada pikiran negatif bermunculan. Buatlah pikiran saya menjadi serupa dengan pikiran Kristus! Jadikanlah Filipi 4:8 ini menjadi kepunyaan saya (saya pahami, lakukan, dan hidupi)"
Oleh karenanya, Tuhan tidak mau kita menjadi "arogan", dan menganggap sudah kenal Tuhan lebih dari yang lain, merasa kuat lebih dari yang lain, dan merasa mampu. Filipi 4:8 ini sungguh mengajar/menegur dan menghancurkan ketinggian hati, membuat saya sadar, bahwa saya ini masih dalam proses pembentukkan menjadi sempurna seperti Bapa di surga.
Saya merasa, Tuhan sedang membawa saya masuk ke dalam sekolah KEILAHIAN TUHAN.
Disinilah kita belajar mengenal Tuhan bukan lagi dari apa kata orang, melainkan dari pengalaman bersama Tuhan sendiri! Hal ini ibarat seorang ayah yang membentuk dan mengajar sang anak di dalam rumah, namun tiba saatnya ketika sang anak besar, ia harus menjalani semua yang diajarkan dalam kehidupan kesehariannya yang jauh dari orang tua. Begitu juga hubungan kita dengan orang tua rohani yang mengajar kita sedemikian rupa tentang prinsip - prinsip kebenaran firman (Konteks Amsal 4:23 -VMD- Di atas segala-galanya, hati-hatilah terhadap yang kaupikirkan karena pikiranmu mengendalikan hidupmu. ) Ketika kita ada dalam kehidupan sehari - hari yang terpisah jarak dan waktu dengan orang tua rohani kita, maka saat itulah pengalaman kita dengan Tuhan yang memberikan hikmat dan kemampuan kepada sang orang tua rohani dimulai.
Dan RohNya akan mengajar kita menapaki jejak yang sama. Sehingga kita bukan lagi menjadi orang - orang yang 'mendengar saja' tentang Tuhan yang dapat menuntun kita menjadi pelaku firman, melainkan mengalami sepenuhnya dan mengenal Dia secara pribadi!
Seringkali kita seperti Ayub, yang terus bertanya - tanya; 'apa salahku Tuhan hingga ada dalam kondisi buruk dan bertemu dengan orang - orang yang selalu menyalah - nyalahkan aku dan sangat menjengkelkan??!!!
Jawabannya sangat sederhana, memang kondisi dan orang - orang yang jenis seperti itu adalah rekayasa tangan Tuhan agar dapat membongkar 'pola' lama yang masih tersimpan di alam bawah sadar kita. Dan disaat yang sama proses hidup kita yang ingin memperkenan hati Tuhan untuk menjadi pelaku firman akan mengundang datangnya intervensi ilahi. Roh secara langsung akan membuat kita bertumbuh dalam keilahianNya! Pastikan saja kita tetap rendah hati, dan mengakui bahwa kondisi dan situasi yang di rekayasa Tuhan adalah kesempatan besar untuk kita bisa alami keilahianNya dan alami perubahan pola lama (kebiasaan lama) menjadi pola ilahi (kebiasaan menjadi pelaku firman). Sebab hanya keilahianNya sajalah yang sanggup membuat hati dan pikiran kita menjadi ilahi!! Memikirkan semua yang benar, mulia, adil dan suci sesungguhnya sama ilahinya dengan kasih Bapa yang mengasihi kita ketika kita masih berdosa!
Selamat datang dalam sekolah KEILAHIAN TUHAN!! Disinilah kita akan alami keilahianNya menjadi sangat nyata dalam hidup kita sehari - hari. Roh KudusNya dan anugerahNya akan memampukan kita menjadi pelaku dari Filipi 4:8 dan seluruh firman lainnya! Nikmatilah proses keilahian Tuhan disatukan dalam diri kita saat berada dalam berbagai situasi dan kondisi hasil rekayasa tangan Tuhan!!#AkuCintaTuhan (Ps. Steven Agustinus)
Komentar
Posting Komentar