BILA SURGA MEMANGGIL KITA UNTUK BERDOA
Bila Surga Memanggil Kita untuk Berdoa
By: Ps.Philip Mantofa
“Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!"”
(Yesaya 6:8)
Beberapa saat sebelum lagu pujian terdengar, sekitar 21.000 orang telah memadati KenPark Surabaya. Mobil angkutan umum maupun mobil pribadi terlihat memenuhi area parkiran tempat diadakannya KKR Surabaya for Jesus. Selama 2 malam KKR tersebut berlangsung, yaitu pada tanggal 29-30 April 2011, sekitar 2615 orang meresponi panggilan altar untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Sungguh sebuah bukti nyata bahwa kebangunan rohani tengah melanda secara dahsyat. Ketika saya mengingat kembali tentang pergerakan Tuhan atas bangsa ini, saya sadar bahwa ini semua dimulai dari satu benih yang bernama kegerakan doa!
Sebuah kebangunan rohani selalu dimulai dari doa. Setiap pertobatan dan perubahan hidup yang terjadi selalu dipicu oleh adanya orang-orang yang mau membayar harganya melalui doa dan air mata. Saat kegerakan doa melanda, apakah yang seharusnya menjadi respon kita ketika sorga memanggil kita untuk berdoa
1. Menyerahkan hak-hak pribadi
Berbicara mengenai panggilan untuk berdoa, ada satu harga yang harus dibayar. Yang dituntut dari kita adalah ketaatan kita untuk menyerahkan hak-hak pribadi. Di mana ada panggilan, di situ harus ada penyerahan total! Jika kita terlalu sibuk berpegang pada posisi kita, tentulah hati kita tidak akan siap untuk bisa berdoa bagi keselamatan orang lain. Selama kita merasa terlalu nyaman untuk berada di zona nyaman, doa kita akan berputar-putar di area kepentingan pribadi.
Setiap hak-hak peribadi yang kita pertahankan akan membuat prioritas hidup kita menjadi salah. Bila sorga memanggil kita untuk berdoa, harta benda, kekayaan, kedudukan dan kekuasaan tidak akan pernah bisa mengisi kekosongan di dalam batin kita. Kekosongan itu hanya terpenuhi jika kita taat pada panggilanNya dan meninggalkan segala hak-hak pribadi kita.
2. Menyerahkan cita-cita
Panggilan untuk berdoa adalah panggilan tertinggi sebab bersyafaat bagi orang lain adalah hal yang paling dekat menyentuh hati Bapa. Dibutuhkan lebih dari sekedar penyerahan total pada “masa sekarang”. Kita pun harus menyerahkan “masa depan” kita. Mungkin inilah salah satu hal yang paling sulit untuk kita serahkan kepada Tuhan. Namun pembentukan Kristus belum dikatakan sempurna sebelum kita menyerahkan masa depan dan kekuatiran kita kepadaNya.
Sekarang posisi kita berubah – dari seorang tuan menjadi seorang hamba yang menyerahkan hak kendali hidupnya kepada yang lebih besar darinya. Kita tidak lagi mengejar ambisi pribadi. Kita tukarkan cita-cita kita dengan sesuatu yang lebih besar – yaitu panggilan Tuhan untuk berdoa.
Hujan pertobatan tidak akan terjadi jika tidak ada air mata yang dikontrakkan kepada Allah. Setiap tetes air mata yang tercurah untuk menangisi keselamatan jiwa-jiwa yang terhilang akan Tuhan ganti dengan perubahan hidup orang-orang yang kita doakan. Sesungguhnya, jarak kebangunan rohani hanyalah sejauh jarak lutut kita dengan lantai. Yang pasti, bila sorga memanggil nama kita, hati kita pasti berbeda! Pastikan diri anda terlibat ketika kegerakan doa melanda!
“Kalau bukan ANDA, lalu SIAPA? Kalau bukan DI SINI, lalu DI MANA? Kalau bukan SEKARANG, lalu KAPAN?”
Amin
By: Ps.Philip Mantofa
“Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!"”
(Yesaya 6:8)
Beberapa saat sebelum lagu pujian terdengar, sekitar 21.000 orang telah memadati KenPark Surabaya. Mobil angkutan umum maupun mobil pribadi terlihat memenuhi area parkiran tempat diadakannya KKR Surabaya for Jesus. Selama 2 malam KKR tersebut berlangsung, yaitu pada tanggal 29-30 April 2011, sekitar 2615 orang meresponi panggilan altar untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Sungguh sebuah bukti nyata bahwa kebangunan rohani tengah melanda secara dahsyat. Ketika saya mengingat kembali tentang pergerakan Tuhan atas bangsa ini, saya sadar bahwa ini semua dimulai dari satu benih yang bernama kegerakan doa!
Sebuah kebangunan rohani selalu dimulai dari doa. Setiap pertobatan dan perubahan hidup yang terjadi selalu dipicu oleh adanya orang-orang yang mau membayar harganya melalui doa dan air mata. Saat kegerakan doa melanda, apakah yang seharusnya menjadi respon kita ketika sorga memanggil kita untuk berdoa
1. Menyerahkan hak-hak pribadi
Berbicara mengenai panggilan untuk berdoa, ada satu harga yang harus dibayar. Yang dituntut dari kita adalah ketaatan kita untuk menyerahkan hak-hak pribadi. Di mana ada panggilan, di situ harus ada penyerahan total! Jika kita terlalu sibuk berpegang pada posisi kita, tentulah hati kita tidak akan siap untuk bisa berdoa bagi keselamatan orang lain. Selama kita merasa terlalu nyaman untuk berada di zona nyaman, doa kita akan berputar-putar di area kepentingan pribadi.
Setiap hak-hak peribadi yang kita pertahankan akan membuat prioritas hidup kita menjadi salah. Bila sorga memanggil kita untuk berdoa, harta benda, kekayaan, kedudukan dan kekuasaan tidak akan pernah bisa mengisi kekosongan di dalam batin kita. Kekosongan itu hanya terpenuhi jika kita taat pada panggilanNya dan meninggalkan segala hak-hak pribadi kita.
2. Menyerahkan cita-cita
Panggilan untuk berdoa adalah panggilan tertinggi sebab bersyafaat bagi orang lain adalah hal yang paling dekat menyentuh hati Bapa. Dibutuhkan lebih dari sekedar penyerahan total pada “masa sekarang”. Kita pun harus menyerahkan “masa depan” kita. Mungkin inilah salah satu hal yang paling sulit untuk kita serahkan kepada Tuhan. Namun pembentukan Kristus belum dikatakan sempurna sebelum kita menyerahkan masa depan dan kekuatiran kita kepadaNya.
Sekarang posisi kita berubah – dari seorang tuan menjadi seorang hamba yang menyerahkan hak kendali hidupnya kepada yang lebih besar darinya. Kita tidak lagi mengejar ambisi pribadi. Kita tukarkan cita-cita kita dengan sesuatu yang lebih besar – yaitu panggilan Tuhan untuk berdoa.
Hujan pertobatan tidak akan terjadi jika tidak ada air mata yang dikontrakkan kepada Allah. Setiap tetes air mata yang tercurah untuk menangisi keselamatan jiwa-jiwa yang terhilang akan Tuhan ganti dengan perubahan hidup orang-orang yang kita doakan. Sesungguhnya, jarak kebangunan rohani hanyalah sejauh jarak lutut kita dengan lantai. Yang pasti, bila sorga memanggil nama kita, hati kita pasti berbeda! Pastikan diri anda terlibat ketika kegerakan doa melanda!
“Kalau bukan ANDA, lalu SIAPA? Kalau bukan DI SINI, lalu DI MANA? Kalau bukan SEKARANG, lalu KAPAN?”
Amin
Komentar
Posting Komentar