MENYINGKAP ROH AGAMAWI
MENYINGKAP ROH AGAMAWI
Rick Joyner
Mengasihi Allah merupakan perintah yang terbesar dan karunia yang terbesar yang dapat kita terima. Perintah yang kedua terbesar adalah mengasihi sesama kita. Sebagaimana telah ditegaskan oleh Tuhan, seluruh Hukum Taurat digenapi dengan memelihara kedua perintah ini. Ini berarti, jika kita memelihara kedua perintah ini kita akan memelihara seluruh Hukum Taurat (lihat Matius 22:34-40; Roma 13:8). Jika kita mengasihi Tuhan, kita tidak akan menyembah berhala, dan jika mengasihi sesama kita, kita tidak akan iri hati kepadanya, mencuri dari mereka, ataupun membunuh mereka, dan sebagainya. Karena itu, memelihara kedua perintah yang positif untuk mengasihi ini akan membuat kita mampu untuk menaati semua perintah negatif “jangan” dari Hukum Taurat.
Kasih akan Allah yang murni akan mengatasi banyak sekali kejahatan yang ada di dalam hati kita, dan ini merupakan senjata untuk melawan si jahat di dunia ini. Karena mengasihi Allah merupakan tujuan kita yang paling tinggi, ia harus menjadi fokus utama di dalam hidup kita. Untuk menyimpangkan kita dari pencarian yang paling puncak ini, si musuh menggunakan salah satu dari serangannya yang paling menyesatkan dan mematikan kepada gereja melalui roh agamawi. Si iblis ingin kita tetap berfokus kepada kejahatan yang ada di dalam hidup kita, karena mengetahui kita akan menjadi sesuai dengan apa yang kita lihat (lihat 2 Korintus. 3:18). Selama kita berfokus kepada si jahat, ia akan tetap memiliki kuasa atas diri kita. Sebaliknya, jika kita memandang kepada Tuhan dan melihat kemuliaan-Nya, kita akan berubah menjadi serupa dengan gambar-Nya.
Ini tidak berarti bahwa kita harus mengabaikan dosa dan kesalahan yang ada dalam hidup kita. Faktanya, Kitab Suci memerintahkan kita agar memeriksa dan menguji diri kita sendiri apakah kita masih di dalam iman (lihat 2 Korintus. 13:5). Masalahnya adalah apa yang kita lakukan setelah kejahatan itu diketemukan. Apakah kita berbalik kepada pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat atau kepada Pohon Kehidupan? Apakah kita berusaha untuk membuat diri kita lebih baik sehingga kita akan diterima oleh Allah atau apakah kita berpaling kepada salib Yesus untuk mendapatkan pengampunan dan kuasa untuk mengatasi dosa?
Strategi utama si musuh bertujuan untuk membuat kita tetap berfokus kepada kejahatan, menggabungkan diri dengan pohon pengetahuan dan menjauhkan diri dari kemuliaan Allah dan salib. Taktik ini datang dalam bentuk suatu roh agamawi, suatu roh jahat yang memalsukan kasih Allah yang sejati dan penyembahan yang sejati. Penyamaran ini bagi agama yang sejati mungkin telah menimbulkan kerugian yang lebih banyak kepada gereja dibandingkan dengan Gerakan Zaman Baru dan gabungan dari semua kultus.
SIFAT ROH AGAMAWI
Suatu roh agamawi adalah suatu roh jahat yang berusaha untuk menggantikan kuasa Roh Kudus dengan aktivitas agamawi di dalam hidup kita. Tujuan utamanya adalah supaya gereja “menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya …” (2 Timotius 3:5). Rasul Paulus mengakhiri peringatannya dengan, “Jauhilah mereka itu!” Roh agamawi seperti ini adalah “…ragi orang Farisi dan Saduki” (Matius 16:6) yang mengenai hal ini Tuhan memperingatkan kepada murid-murid-Nya agar berhati-hati.
Tuhan sering kali memakai kiasan dalam memberikan pelajaran. Roh agamawi bekerja seperti ragi di dalam roti, yang tidak menambah bahannya atau nilai gizinya kepada roti itu ia hanya mengembangkannya saja. Itulah hasil sampingan dari roh agamawi. Ia tidak menambah kehidupan atau kuasa gereja, ia hanya memberi makanan (memupuk) kesombongan manusia yang menyebabkan kejatuhan pertama dan hampir setiap kejatuhan setelah itu.
Iblis kelihatannya memahami bahkan lebih baik daripada gereja bahwa “… Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati” (Yakobus 4:6). Ia mengetahui dengan sangat baik bahwa Allah tidak akan mendiami pekerjaan apa pun yang dipenuhi dengan kesombongan, bahkan Dia sendiri menentang pekerjaan seperti itu. Jadi, strategi iblis adalah membuat kita sombong bahkan sombong untuk hal-hal yang baik, seperti berapa kali kita sudah membaca seluruh Alkitab kita, atau bersaksi, atau memberi makan orang miskin. Ia tahu bahwa jika kita melakukan kehendak Allah dengan kesombongan, pekerjaan kita tidak akan produktif dan bahkan akhirnya dapat menyebabkan kejatuhan kita.
Iblis juga tahu bahwa jika ragi sudah masuk ke dalam roti, sangat sulit sekali untuk membuangnya. Kesombongan, pada dasarnya, merupakan benteng yang paling sulit untuk dibuang atau dikoreksi. Roh agamawi menghalangi kita mendengar firman Allah dengan mendorong kita berasumsi bahwa kita sudah mengetahui maksud Allah, apa yang mau dikatakan-Nya, dan apa yang menyenangkan hati-Nya. Penipuan ini merupakan hasil dari mengira bahwa Allah adalah seperti kita. Roh agamawi mendorong rasionalisasi Kitab Suci, membuat kita percaya bahwa teguran, peringatan, dan perkataan yang sifatnya mengoreksi adalah untuk orang lain, bukan untuk diri kita.
Jika suatu roh agamawi menjadi sebuah masalah di dalam hidup Anda, mungkin Anda sudah mulai berpikir mengenai betapa perlunya bagi seseorang yang Anda kenal untuk membaca pasal ini. Mungkin tidak terpikir oleh Anda bahwa Allah membuat artikel ini ada di tangan Anda karena Anda membutuhkannya. Sebenarnya, kita semua memerlukannya. Ini adalah satu musuh yang kita semua sedang memeranginya sampai tingkat tertentu. Sangat penting sekali bagi kita untuk babas dari penyesatan yang menghancurkan ini dan tetap merdeka. Kita tidak akan mampu menyembah Tuhan di dalam Roh dan kebenaran sampai kita dilepaskan daripadanya.
Tingkat sampai di mana kita dilepaskan dari penyesatan yang kuat ini akan mempengaruhi secara langsung tingkat di mana kita mampu untuk memberitakan Injil yang sejati dengan kuasa. Konfrontasi gereja dengan roh agamawi akan menjadi pertempuran akhir zaman yang hebat sekali. Setiap orang akan bertempur di dalam peperangan ini. Masalahnya yang menentukan hanyalah kita berada di pihak yang mana.
Kita tidak akan pernah memiliki otoritas untuk melepaskan orang lain dari kegelapan sampai diri kita sendiri terbebas daripadanya. Untuk mulai mengambil kembali wilayah yang sudah diduduki musuh yang besar ini, kita harus meminta Tuhan untuk menyinari terang-Nya kepada kita, menunjukkan bagaimana kita harus menerapkannya secara pribadi. Sebagaimana diilustrasikan oleh konfrontasi yang berkelanjutan dengan golongan Farisi, pertempuran mati-matian yang dilakukan oleh gereja sejak dari semula adalah dengan roh ini. Sebagaimana karakteristik utama dari orang Farisi adalah berfokus kesalahan orang lain sebaliknya buta terhadap kesalahan diri sendiri, roh agamawi berusaha untuk membuat hal yang sama terhadap diri kita.
PENYESATAN BESAR
Salah satu karakteristik yang paling menyesatkan mengenai roh agamawi adalah bahwa ia ditemukan di tangah-tengah aktivitas pelayanan yang giat kepada Allah. Kita cenderung mengira bahwa pelayanan yang giat kepada Allah pasti baik, namun kita perlu mempertimbangkan mengapa kita giat bagi-nya.
Paulus menulis tentang saudaranya orang-orang Yahudi dalam Roma 10:2: “sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar.” Tidak ada orang di dunia ini yang berdoa, berpuasa, membaca Alkitab, serta mengharapkan kedatangan Mesias lebih banyak, atau lebih giat akan perkara-perkara Allah daripada orang-orang Farisi. Namun, mereka adalah penentang Allah dan Mesias-Nya yang terbesar, ketika Ia datang.
Saul Tarsus termotivasi oleh aktivitas melayani Allah sementara ia menganiaya gereja-Nya. Aktivitas pelayanan kepada Allah yang sungguh-sungguh merupakan salah satu karakteristik yang paling diperlukan oleh gereja dewasa ini, yang mana banyak diikat oleh keadaan suam jemaat Laodikia yang mengerikan. Tuhan memerintahkan gereja Laodikia untuk “… giat dan bertobatlah” (Wahyu. 3:19-NASB).
Mereka yang benar-benar giat adalah orang-orang yang paling sulit untuk dihentikan, jadi stategi musuh untuk melawan mereka adalah mendorong mereka terlalu jauh. Langkah pertamanya adalah membujuk mereka untuk memberikan kemuliaan kepada kegiatan mereka sendiri. Tanpa menghiraukan betapa pentingnya karakteristik atau karunia kita, jika si musuh dapat membuat kita sombong karenanya, ia sudah berhasil menjerat kita dan kita akan dipakai olehnya untuk berbuat yang jahat.
Tuhan hanya mengalami sedikit kesulitan dengan roh-roh jahat ketika Ia hidup di muka bumi ini. Roh-roh jahat tersebut cepat mengenali otoritas-Nya dan memohon belas kasihan. Justru, yang menjadi musuh-Nya yang paling besar adalah komunitas religius yang konservatif yang paling giat. Mereka yang paling giat untuk firman Allah justru yang menyalibkan Firman itu sendiri ketika Ia menjadi daging dan hidup di antara mereka. Hal yang sama sekarang pun masih berlaku.
Semua kultus digabungkan dengan semua agama-agama palsu tidak menimbulkan kerugian terhadap gerakan Allah sebesar yang dilakukan oleh para penentangnya, atau infiltrasi dari roh agamawi di dalam gereja. Kultus dan agama palsu mudah dikenali, tetapi roh agamawi mungkin telah merintangi atau menyelewengkan setiap kebangunan rohani atau gerakan sampai sekarang ini, namun masih mendapatkan tempat kehormatan di kebanyakan gereja sebagaimana yang kelihatan.
Adalah manifestasi dari roh agamawi bahwa ia akan duduk di bait Allah, menyatakan dirinya sebagai Allah (2 Tesalonika. 2:4). Bait Allah sudah tidak lagi dibuat dari tangan manusia, dan yang dimaksudkan ini bukanlah sebuah bangunan yang ada di Yerusalem. Manusia yang berdosa ini duduk di dalam gereja. Sayangnya, gerejalah yang memberikannya izin untuk melakukan hal tersebut.
KEDUA DASAR
Seperti kebanyakan benteng musuh, roh agamawi membangun pekerjaannya atas dua dasar: ketakutan dan kesombongan. Roh agamawi mendapatkan peluangnya ketika kita melayani Tuhan demi untuk mendapatkan penghargaan, bukannya menerima penghargaan melalui salib Yesus.
Karena itu, roh agamawi mendasarkan hubungan dengan Allah atas disiplin pribadi ketimbang korban pendamaian Kristus. Motivasi untuk melakukan hal ini dapat di sebabkan karena takut atau karena sombong, atau gabungan keduanya.
Ketakutan dan kesombongan merupakan dua penyebab dasar kejatuhan dan kelepasan kita daripadanya biasanya merupakan suatu proses yang panjang, karena itu Tuhan memberi waktu kepada Izebel “waktu untuk bertobat” (lihat Wahyu 2:20-21). Izebel, istri Raja Ahab yang disebutkan dalam Alkitab, adalah seorang wanita yang paling religius, namun ia menganut agama yang palsu. Tuhan memberikan kepadanya waktu untuk bertobat, karena akar dari roh ini sedemikian dalam sehingga diperlukan waktu untuk benar-benar bertobat dan dilepaskan daripadanya. Namun, meskipun Tuhan memberikan waktu kepada Izebel untuk bertobat, Ia menegur jemaat Tiatira karena mentolerir Izebel (lihat ayat 20). Kita dapat sabar terhadap orang yang memiliki roh-roh agamawi, tetapi kita tidak boleh mentolerir pelayanan mereka di tengah-tengah kita sementara kita sedang menunggu! Jika roh ini tidak dikonfrontasikan dengan cepat, ia kemungkinan dapat menimbulkan kerugian yang jauh lebih besar kepada gereja, pelayanan kita, keluarga kita, dan hidup kita, daripada serangan-serangan mana pun yang kita alami.
DASAR PERASAAN BERSALAH
Eli, imam yang membesarkan nabi Samuel, merupakan suatu contoh yang alkitabiah dari seseorang yang melayani dengan roh agamawi yang dasarnya adalah kesalahan. Eli demikian giat melayani Tuhan sehingga ketika ia mendengar Tabut Perjanjian telah direbut oleh orang Filistin, ia jatuh dan mati. Ia menghabiskan hidupnya dengan berusaha melayani Tuhan sebagai iman besar, namun firman profetik pertama-tama yang Tuhan berikan kepada Samuel merupakan salah satu teguran yang paling menakutkan yang ada di dalam Alkitab dan itu ditunjukan kepada Eli!
"Sebab telah Kuberitahukan kepadanya, bahwa aku akan menghukum keluarganya untuk selamanya karena dosa yang telah diketahuinya, yakni bahwa anak-anaknya telah menghujat Allah, tetapi ia tidak memarahi mereka!
Sebab itu aku telah bersumpah kepada keluarga Eli, bahwa dosa keluarga Eli takkan dihapuskan dengan korban sembelihan atau dengan korban sajian untuk selamanya."
1Samuel 3:13-14.
Kegiatan Eli kepada Tuhan didasarkan atas korban dan persembahan yang ditunjukan untuk menutupi kelalaiannya untuk bertanggung jawab sebagai seorang ayah. Perasaan bersalah dapat mendorong kita untuk melayani Tuhan lebih giat dan pengorbanan serta persembahan kita menjadi suatu usaha untuk menutupi kegagalan kita. Ini merupakan suatu penghinaan terhadap salib, satu-satunya yang dapat memperdamaikan kesalahan kita. Kegiatan yang seperti ini tidak akan pernah dapat diterima oleh Tuhan, walaupun kita dapat mempersembahkan korban selamanya.
Kita perlu memperhatikan di sini bahwa Tuhan tidak pernah berkata bahwa dosa Eli tidak dapat diampuni. Ia berkata bahwa usaha Eli untuk menutupi dosa dengan pengorbanan dan persembahan tidak akan pernah berhasil. Ada banyak pria maupun wanita yang seperti itu, sangat giat melayani Tuhan sebagai usaha untuk menutupi dosa, kegagalan, atau kelalaiannya untuk bertanggung jawab di bidang kehidupan mereka yang lain. Namun, semua pengorbanan di dunia ini tidak akan dapat menutupi (memperdamaikan) bahkan terhadap kegagalan kita yang paling kecil sekalipun. Bahkan, berusaha untuk melakukan hal tersebut merupakan suatu hujatan kepada salib Kristus, yang merupakan satu-satunya korban yang dapat diterima oleh Bapa untuk menutupi dosa.
Berusaha untuk mendapatkan persetujuan Allah untuk pengorbanan kita membuka pintu yang lebar bagi roh agamawi, karena kebaktian yang demikian tidak didasarkan atas darah Yesus, tetapi atas suatu usaha untuk membuat pendamaian dosa dari diri kita sendiri. Hal ini tidak berarti bahwa kita tidak perlu berbuat sesuatu untuk menyenangkan hati Tuhan, maksudnya motivasi kita untuk menyenangkan Tuhan adalah supaya Ia bersukacita, bukan untuk menghargai kita. Yang satu berpusatkan pada Allah, yang lainnya berpusatkan pada diri kita sendiri. Dan, yang berpusat pada diri sendiri ini merupakan jenis yang paling merusak suatu usaha untuk menghindari salib.
Juga penting untuk diperhatikan bahwa salah satu dosa anak-anak Eli adalah “…mereka memandang rendah korban untuk TUHAN”. (1 Samuel 2:17). Korban dan persembahan yang dibawa kepada Tuhan mereka ambil untuk kepentingan diri mereka sendiri. Mereka yang dicengkeram oleh bentuk roh agamawi yang seperti ini sering menjadi orang yang paling giat untuk memberitakan salib, tetapi di sinilah letaknya pemutarbalikan itu. Pemutarbalikan itu menekankan bahwa salib mereka adalah lebih daripada salib Kristus. Kesenangan mereka yang sesungguhnya adalah lebih pada penghinaan diri daripada dalam salib Kristus yang adalah satu-satunya yang dapat membenarkan kita dan diterima oleh Allah.
DASAR KESOMBONGAN
Idealisme merupakan salah satu yang paling menyesatkan dan menghancurkan dari roh agamawi. Idealisme berasal dari manusia dan merupakan suatu bentuk humanisme. Meskipun idealisme tampil dalam wujud mencari hanya standar-standar yang paling tinggi dan memelihara kemuliaan Allah, idealisme mungkin merupakan musuh yang paling mematikan dari pewahyuan dan kasih karunia yang sejati. Idealisme itu mematikan karena ia tidak mengizinkan pertumbuhan di dalam kasih karunia dan hikmat, bahkan ia menyerang dan menghancurkan dasar dari mereka yang mencari kemuliaan Allah, namun belum mendapatkannya.
Idealisme memaksakan kepada orang lain standar-standar yang dipersyaratkan Allah atau yang diberikan sebagai kasih karunia pada waktu itu. Misalnya, orang yang dikendalikan oleh roh agamawi ini dapat menyalahkan mereka yang tidak bisa berdoa dua jam sehari seperti yang mereka lakukan. Kebenarannya adalah, mungkin Allah menghendaki kita untuk berdoa sebanyak itu, tetapi bagaimana kita mencapainya merupakan hal yang penting. Kasih karunia Allah mungkin pertama-tama memanggil kita untuk berdoa hanya 10 menit setiap hari. Kemudian, ketika kita menjadi demikian diberkati oleh hadiratNya, kita tidak ingin berhenti setelah 10 menit, sebaliknya meluangkan semakin banyak waktu denganNya sampai kita berdoa selama satu bahkan dua jam. Ketika kita akhirnya berdoa dua jam sehari, hal tersebut disebabkan karena kita suka berdoa dan mengasihi hadirat Tuhan, bukan karena takut atau kesombongan.
Seseorang yang memiliki roh agamawi yang berdasarkan idealisme, biasanya akan mencari gereja yang sempurna, dan akan menolak menjadi anggota dari yang kurang dari itu. Mereka yang dipimpin oleh Roh Kudus mungkin juga memiliki pengharapan yang tinggi bagi suatu gereja, namun masih mampu untuk melayani sampai suatu tingkat pelayanan yang terendah, untuk menolong pekerjaan-pekerjaan tersebut bertumbuh dalam visi dan kedewasaan. Roh Kudus disebut “Penghiburan (Penolong – NASB)” (Yohanes 14:26), dan mereka yang benar-benar dipimpin oleh Roh Kudus, akan selalu mencari jalan untuk menolong, bukan menjauhi dan mengkritik.
Jika suatu roh agamawi didasarkan atas kesombongan, hal tersebut dibuktikan dengan perfeksionisme (menuntut segala sesuatu serba sempurna, Red.). Orang yang perfeksionis melihat segala sesuatu sebagai hitam atau putih. Hal ini akan berkembang menjadi ekstrem-ekstrem, yang menuntut agar setiap orang dan setiap pengajaran dihakimi sebagai 100 persen benar atau 100 persen salah. Ini merupakan sebuah standar yang hanya dapat dipenuhi oleh Yesus. Standar ini akan memimpin kepada sesuatu penipu yang serius jika kita memaksakannya kepada diri kita sendiri atau orang lain. Kasih karunia yang sejati memberikan suatu kebenaran yang memerdekakan orang, menunjukkan kepada mereka jalan keluar dari dosa mereka, dan mengajak mereka untuk meningkatkan taraf kedewasaan rohani ke tingkat yang lebih tinggi.
Orang yang memiliki suatu roh agamawi biasanya dapat menunjukkan masalahnya dengan tepat, tetapi jarang memiliki solusinya, kecuali untuk merubuhkan apa yang sudah dibangun. Ini merupakan strategi musuh untuk meniadakan kemajuan dari apa yang sudah dihasilkan dan untuk menaburkan kekecewaan yang akan membatasi kemajuan di masa mendatang. Ini hanya menghasilkan sesuatu mentalitas, jika kita tidak dapat mendaki sampai ke puncak gunung, kita tidak perlu mendakinya sama sekali, tetapi lebih baik “mati”. Ini merupakan kematian yang tidak dikehendaki Allah dan ini merupakan pemutar balikkan imbuan kepada kita agar memikul salib kita setiap hari.
Orang-orang yang perfeksionis mengharuskan dan mencoba untuk hidup dengan standar-standar yang mencekik kedewasaan dan pertumbuhan yang sejati. Kasih Karunia Allah akan memimpin kita ke puncak gunung langkah demi langkah. Tuhan tidak menyalahkan kita karena kita tersandung beberapa kali sewaktu berusaha untuk mendaki. Dengan ramah Ia mengangkat kita dengan membesarkan hati kita bahwa kita dapat mencapainya. Kita harus memiliki sebuah visi untuk mencapai puncak, dan jangan sampai menyalahkan diri sendiri karena belum berada di sana, selama kita masih mendaki.
Yakobus berkata, “…kita semua bersalah (tersandung) dalam banyak hal …” (Yakubus 3:2). Jika kita harus menunggu sampai kita sempurna sebelum kita dapat melayani, tidak ada orang yang pernah memenuhi persyaratan untuk melayani. Meskipun ketaatan dan pengertian yang sempurna selalu menjadi tujuan kita, hal tersebut tidak akan pernah tercapai, kecuali hanya kita tinggal secara sempurna di dalam Dia yang sempurna.
Karena “sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar” (1 Korintus 13:12), atau sebagian, kita harus selalu terbuka untuk menerima ketepatan yang lebih besar dalam kepercayaan dan pengajaran kita. Salah satu penipuan yang terbesar adalah menganggap bahwa pengertian kita sudah lengkap, atau 100 persen sempurna baik dalam persepsi maupun tindakan kita. Mereka yang memiliki roh agamawi biasanya mengklaim untuk terbuka dalam menerima pengertian yang lebih lanjut, namun kebanyakan waktu mereka dipakai untuk menyakinkan semua orang lain supaya terbuka dengan apa yang mereka ajarkan, sedangkan mereka sendiri tetap saja tertutup terhadap orang lain.
Yesus memberkati Petrus dan menyerahkan kunci-kunci kerajaan sorga kepadanya sebelum ia menghardikannya dengan menyebutnya “Iblis” (lihat Matius 16:23). Tepat setelah mendapatkan berkat yang paling besar ini, si musuh menipunya, namun Tuhan tidak mengambil kembali kunci-kunci tersebut dari Petrus! Sebenarnya, Yesus mengetahui ketika Ia memberikan kunci-kunci tersebut kepada Petrus bahwa Petrus akan menyangkal mengenal-Nya.
Bertahun-tahun kemudian setelah Petrus menggunakan kunci-kunci tersebut untuk membuka pintu iman bagi orang-orang Yahudi maupun non-Yahudi, Paulus, “yang paling hina dari semua rasul”, menegurnya secara terbuka karena kemunafikannya (lihat 1 Korintus 15:9; Galatia 2:11-14). Namun demikian, kepada Petrus dijanjikan bahwa ia akan duduk di salah satu 12 takhta yang akan menghakimi 12 suku Israel (lihat Matius 19:28). Tuhan telah membuktikan bahwa Ia akan mempersiapkan dan memakai manusia jauh sebelum orang itu bersedia, dan jika Ia memanggil kita, Ia sudah mengetahui semua kesalahan yang akan kita buat.
Kelihatannya gaya kepemimpinan Tuhan adalah menyediakan suatu tempat di mana para pengikut-Nya dapat membuat kesalahan dan belajar daripada kesalahan-kesalahan tersebut. Jika kita menuntut kepada anak-anak kita kedewasaan yang sempurna sementara mereka masih anak-anak, hal tersebut akan mencekik pertumbuhan dan kedewasaan mereka. Hal yang sama terjadi di dalam gereja. Kita harus mengoreksi kesalahan-kesalahan, karena begitulah caranya kita belajar, tetapi harus ada koreksi yang mendorong dan memerdekakan, bukan orang yang menyalahkan dan menghancurkan prakarsa.
KOMBINASI YANG MEMATIKAN
Salah satu bentuk roh agamawi yang paling kuat dan paling menyesatkan adalah yang dibangun di atas dasar ketakutan serta kesombongan. Mereka yang diikat dengan cara ini mengalami kesedihan dan penyesalan yang berlarut-larut atas kegagalan mereka, namun pertobatan yang palsu ini hanya berakibat lebih kepada penghinaan diri sendiri dan usaha-usaha lebih lanjut untuk melakukan pengorbanan yang akan menenangkan Tuhan. Mereka yang terikat oleh roh agamawi ini sering kali memprotes pihak lain, di mana mereka demikian percaya bahwa mereka lebih hebat daripada orang-orang Kristen lainnya atau kelompok lainnya sehingga mereka menjadi tidak bisa diajar dan tidak mampu menerima koreksi. Dasar tempat mereka berdiri pada suatu waktu tertentu akan lebih banyak ditentukan oleh tekanan-tekanan eksternal keyakinan yang sejati.
Roh agamawi yang seperti itu sangat licik sehingga ia akan memutar hampir setiap usaha untuk mengkonfrontasikannya. Jika Anda menghadapi orang yang sombong, ketakutan dan perasaan tidak amannya akan bangkit untuk menarik simpati. Jika Anda berkonfrontasi dengan ketakutan, maka ia akan mengubahnya menjadi kesombongan rohani dengan menyamar sebagai iman. Jenis roh ini akan mendorong orang-orang atau jemaat kepada ekstrem yang sedemikian rupa sehingga tidak mungkin dapat bersatu.
KARUNIA MEMBEDAKAN ROH YANG PALSU
Suatu roh agamawi biasanya akan memberikan suatu karunia membedakan roh yang palsu yang dimotivasikan oleh kecurigaan dan ketakutan. Karunia yang palsu itu tumbuh dengan subur dengan melihat apa yang salah dengan orang lain ketimbang melihat apa yang sedang Allah kerjakan supaya kita dapat menolong mereka. Dengan memakai jenis karunia membedakan roh yang palsu ini, roh agamawi dapat menimbulkan beberapa kerugian yang paling besar kepada gereja. Pelayanannya hampir selalu akan meninggalkan lebih banyak kerugian dan perpecahan daripada kesembuhan, rekonsiliasi, dan membangun. Hikmatnya berakar dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, dan meskipun ia mengungkapkan kebenaran dengan tepat, pelayanan tersebut dilakukan oleh suatu roh yang membunuh.
Kecurigaan mempunyai akar yang sama dengan penolakan, mempertahankan kekuasaan, atau perasaan tidak aman secara umum. Karunia membedakan roh yang sejati hanya dapat berfungsi melalui kasih. Setiap motivasi yang lain selain daripada kasih akan menyimpangkan persepsi rohani. Jika seseorang menyerah kepada suatu penghakiman atau kritik mengenai orang atau kelompok lain, kita harus mengabaikannya kecuali jika kita mengetahui bahwa orang tersebut memiliki kasih yang sejati terhadap orang atau kelompok tersebut, dan telah memiliki “investasi” jasa terhadap mereka.
KESIMPULAN
Sebagaimana Anda mungkin sudah dapat menarik kesimpulan bahwa semua benteng rohani si jahat memiliki karakteristik yang sama. Taktik dan fungsi mereka sering kali tumpang tindih menjadi suatu sarang laba-laba yang menangkap dan menawan mangsanya.
Dari semua benteng penyesatan yang dibangun oleh si musuh di dalam diri manusia, roh agamawi merupakan yang paling menyesatkan dan paling mematikan, karena ia merupakan tiruan dari kebenaran dan kebaikan.
Meskipun roh ini menampilkan tiruan dari kebenaran, ia dapat dikenali dari cara bagaimana ia melihat kepada diri kita, berusaha untuk mengukur diri kita dengan standar-standar, membandingkan diri kita dengan orang lain, dan tentu saja menyimpangkan kita dari kemuliaan Allah yang mengubah kita. Karena itu, roh-roh agamawi merupakan buah yang paling kuat dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Sisi “baik” dari pohon ini adalah sama mematikan dengan sisi jahatnya roh agamawi selalu menghasilkan buah kematian rohani.
Komentar
Posting Komentar