Extra MILES
EXTRA MILES
Joshua Ivan Sudrajat
Joshua Ivan Sudrajat
Matthew 5:41 New International Version (NIV)
41 If anyone forces you to go one mile, go with them two miles.
Pagi ini Roh Kudus memberi kata Extra MILES, kemudian saya membaca sebuah Majalah Hidup Dalam Kristus.
Kekristenan adalah suatu agama di mil yang kedua. Jika kita menyebut diri kita Kristen, maka kita perlu memahami bahwa kita dituntut untuk hidup di mil kedua. Beberapa mendengar aneh, dan berkata, “apa maksud Hidup di Mil Kedua ? Bisakah Anda membantu kami memahami pikiran Anda?
Perhatikan Perbedaannya:
Mengasihi sesama adalah mil pertama – mengasihi musuh Anda adalah mil kedua
Memberkati orang-orang yang memberkati engkau adalah mil pertama, – memberkati orang yang mengutuk kamu adalah mil kedua.
Berbuat baik kepada orang-orang yang berbuat baik kepada Anda adalah mil pertama – berbuat baik kepada orang yang membenci Anda adalah mil kedua
Berdoa bagi mereka yang berdoa untuk Anda adalah mil pertama – berdoa bagi mereka yang membenci Anda adalah mil kedua
Orang-orang Farisi tinggal di mil pertama, tetapi orang Kristen hidup di mil kedua. Perhatikan kata-kata yang Yesus gunakan dalam teks ini. Dia tidak mengatakan apa-apa tentang Prajurit Romawi. Dia mengatakan, “siapapun yang memaksa engkau.”
Aplikasinya bagi kita yang hidup hari ini akan berarti, “Jika oranglain, tetangga, teman, rekan kerja” atau “anggota gereja” akan memaksa kita untuk melakukan suatu hal tertentu maka kita harus melakukan dua kali lebih banyak dari yang mereka harapkan untuk kita lakukan.
Pengertian EXTRA MILES
Mil kedua (2nd mile) adalah mil ekstra, mil di mana kita memberikan nilai yang lebih bagi pekerjaan, kewajiban atau tanggung jawab kita. Inilah yang saya sebut dengan mil excellence atau mil ekstra. Dalam mil ini kita melakukan segala sesuatu di atas rata-rata yang dilakukan orang pada umumnya. Dan, kita melakukannya tanpa paksaan atau tuntutan, melainkan dengan motivasi memberikan yang terbaik pada sesama manusia dan Tuhan.
Mil kedua (2nd Mile) adalah bagaimana kita memiliki cara-cara yang berkualitas ekstra sehingga kita mampu menjadi pembuat sejarah di generasi ini, dengan memandang dan menilai sesuatu dengan cara yang berbeda. Di mil kedua kita akan memiliki ukuran-ukuran penilaian, cara pandang dan motivasi yang sangat berbeda dari orang-orang biasa. Dalam kehidupan, kita memang biasa berjalan dalam mil pertama yang merupakan mil yang biasa kita tempuh. Namun, dunia ini menuntut kita melakukan segala sesuatu lebih dari biasanya. Mil kedua adalah titik di mana kita melakukan sesuatu lebih dari sekadar melakukan: lebih dari sekadar bekerja, lebih dari sekadar sekolah, lebih dari sekadar berkarier, lebih dari sekadar berkeluarga, lebih dari sekadar memiliki, lebih dari sekadar memberi, lebih dari sekadar percaya, lebih dari sekadar mengasihi, dan lebih dari sekadar hidup.”
Namun, mil kedua juga merupakan mil di mana kita bekerja bukan hanya untuk menyelesaikan, tetapi menikmatinya. Fokus buku ini adalah bagaimana kita dapat mencapai mil kedua bagi setiap tugas, tanggung jawab, atau pekerjaan kita dengan tetap tidak kehilangan ”kenikmatannya”. Dan, bagaimana kita melebihi batas-batas aman dan nyaman kehidupan kita serta menceburkan diri kepada hal-hal yang menantang dengan berani ambil risiko dan berani gagal dengan tanpa rasa menyesal. Pada mil kedua ini kita akan lebih produktif dan memberi hasil yang bernilai.
Howard Kelly—Lunas dengan Segelas Susu Besar
Suatu hari seorang anak lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan dari rumah ke rumah menemukan bahwa dikantongnya hanya tersisa beberapa sen uang saja. Saat itu dia sangat lapar. Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya, hanya untuk menutupi rasa laparnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang wanita muda membuka pintu rumah. Ia tidak jadi meminta makanan, tetapi hanya punya keberanian meminta segelas air untuk menghilangkan dahaganya. Ketika melihatnya, wanita muda itu berpikir bahwa anak lelaki tersebut pasti sangat lapar. Oleh karena itu ia membawakan segelas besar susu. Dengan lambat, anak lelaki itu meminumnya dan kemudian bertanya, “Berapa uang yang harus saya bayar untuk segelas besar susu ini?”
Wanita itu menjawab, “Kau tidak perlu membayar apa pun. Orangtua kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk sebuah kebaikan.”
Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata, “Dari dalam hatiku yang paling dalam, saya berterima kasih pada Anda.”
Belasan bahkan puluhan tahun kemudian. Wanita muda ini sudah menjadi tua. Ia mengalami sakit yang sangat kritis. Para dokter di kota kecil tempat ia tinggal sudah tidak sanggup menanganinya. Mereka akhirnya mengirimnya ke kota besar, di mana terdapat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut. Dr. Howard Kelly dipanggil untuk memeriksanya. Saat ia mendengar nama kota asal si wanita tua tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata dokter Kelly. Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui ruang rumah sakit, menuju kamar si wanita tua tersebut. Dengan jubah dokternya, ia menemui wanita tua itu dan langsung mengenalinya dengan pasti pada sekali pandang. Ia kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya yang terbaik guna menyelamatkan hidup wanita tua itu. Dan, mulai hari itu ia selalu memberikan perhatian khusus pada penanganan wanita tua itu.
Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya wanita tua ini disembuhkan. Dr. Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya untuk minta persetujuan. Dr. Kelly melihatnya dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan, dan kemudian mengirimkannya ke kamar pasien. Wanita tua itu takut membuka tagihan tersebut. Ia sangat yakin tidak akan mampu membayar tagihan pengobatan sekalipun harus mencicil seumur hidupnya. Akhirnya ia memberanikan diri membaca tagihan dan tulisan di pojok atas lembar tagihan tersebut menarik perhatiannya. Begini isi tulisan itu: “Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu. Tertanda, Dr. Howard Kelly.” Air mata kebahagiaan membanjiri mata wanita tua ini. Ia teringat peristiwa beberapa tahun lalu dan kemudian berdoa, “Tuhan, terima kasih. Cinta-Mu telah memenuhi seluruh bumi melalui hati dan tangan manusia.” Inilah upah pemberian yang lebih dari sekadar memberi.
Saya percaya bahwa kebaikan-kebaikan tidak pernah berutang pada kita. Kebaikan-kebaikan yang kita lakukan akan kembali pada kita karena Tuhan tidak pernah berutang pada kita. Sekecil apa pun kebaikan yang kita lakukan, cepat atau lambat, akan dikembalikan pada kita, bahkan dengan harga yang lebih mahal. Ingatlah setiap kebaikan-kebaikan yang kita perbuat itu seperti memiutangi Tuhan. Jadi, cepat atau lambat semua akan dibayar-Nya melalui ”cek surga”, bisa dalam bentuk harta/uang, kedudukan, pengakuan, pujian, kenangan, atau ”pahala”. Pepatah China mengatakan bahwa kebaikan mendatangkan kebaikan. Jadi mulailah membiasakan diri melakukan perbuatan-perbuatan baik setiap hari, sekecil apa pun itu.
”… Tetapi siapa menabur kebenaran, mendapat pahala yang tetap. Tetapi orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana.”
Komentar
Posting Komentar