IBRANI
*IBRANI*
*Pdt Petrus Agung Purnomo*
Kemudian datanglah seorang pelarian dan menceritakan hal ini kepada Abram, orang Ibrani itu, yang tinggal dekat pohon- pohon tarbantin kepunyaan Mamre, orang Amori itu, saudara Eskol dan Aner, yakni teman- teman sekutu Abram. (Kej 14: 13)
Saat Tuhan pertama kali berbicara dengan Abraham diawali dengan kata pergilah (lekh-lekha), artinya orang yang dipimpin-disertai-dipakai Tuhan sejak kecil hingga besar, dan melebihi orang-orang lain. Juga berarti orang yang mau dididik Tuhan, atau punya teachable heart.
Tuhan menjamin setiap orang yang meresponi pengutusanNya untuk dibawa naik hingga lebih dari kebanyakan orang lain, dan tidak sekedar berputar-putar.
Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah. (Gal 3: 29)
Berkat yang diterima Abraham seharusnya juga menjadi jatah dan milik kita.
Abraham disebut orang Ibrani. Ibrani = עברי = ‛ibrîy (H5680) , artinya:
1. The one from beyond – seseorang yang dari seberang. Artinya bukan dari daerah setempat.
2. The one from the other side – seseorang yang berasal dari sisi lain
3. The one who cross over – seseorang yang menyeberangi
Orang Ibrani artinya saat orang melihat kita dan yang kita kerjakan, dan orang menyebut kita sebagai bukan orang biasa, tapi orang istimewa.
Warisan Abraham yang kita terima bukan sekedar harta.
Orang Ibrani adalah orang yang berani keluar dari zona nyamannya, kebiasaan dan tradisi, melakukan lebih dari orang biasa lakukan (extra ordinary)
Secara daging: dalam 3 minggu muncul sebuah pasukan Gideon yang luar biasa.
The power of going – ada kuasa saat kita melangkah/ pergi.
Saat kita tidak bergerak kemanapun, hidup nyaman dalam rutinitas yang baik, maka bahayanya: kematian rohani. Ini dialami Yesus sendiri.
Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.” (Mat 13: 57)
Orang yang tidak pernah berani keluar dari zona nyamannya, dia tidak akan mengalami mujizat. Yesus tidak dapat membuat mujizat di Nazaret karena lingkungan yang menolak Dia. Bahkan Yesus hampir dilemparkan ke dalam jurang (Luk 4: 29).
Saat bergerak keluar sesuai perintah Tuhan, maka terjadi mujizat dan kita jadi orang yang berbeda
Contoh the power of going:
Abraham tidak jadi hebat saat di Ur Kasdim dan Haran. Begitu Abraham meninggalkan Haran dan masuk tanah Kanaan, barulah dia jadi terkenal dan jadi leluhur 3 agama besar dunia.
Ishak jadi semakin kaya saat tinggal di Gerar, Filistin.
Yakub mendapat kekayaannya di rumah Laban.
Yusuf dapatkan jubah penguasa yang sebenarnya di Mesir.
Israel jadi bangsa yang besar bukan di Kanaan, tapi di Mesir.
Kitab Daniel mengisahkan nabi Daniel saat di Babel, bukan di Israel.
Kisah Ester dan Mordekhai terjadi bukan di Israel, tapi di negri pembuangan.
Nehemia adalah juru minuman raja, dia keluar dari kenyamanan maka ada kisah Nehemia.
Yunus dikenal karena kisah di Niniwe.
Daud pergi kemana-mana. Saat di rumah malah timbul masalah: melihat Batsyeba mandi.
Yesus jadi RAJA di atas segala raja ketika turun ke dunia, jadi manusia, sengsara dan bangkit.
Tuhan perintahkan kita untuk pergi, sebenarnya bertujuan membuat kita jadi besar !
Semua Nazaret kita hanya meruntuhkan dan membuat kita tidak percaya. Salah satu cara Tuhan mendewasakan adalah proyek “menggelar karpet merah”. Semua bergerak dengan biaya sendiri dan bukan dari gereja. Mereka berdoa, bergumul, dan beriman hingga semua dana cukup. Mereka yang pulang dari misi ini menjadi orang yang berbeda dan luar biasa.
Tuhan perintahkan kita pergi bukan untuk menyengsarakan kita, tapi Dia hendak membuat kita jadi besar. Jatah penginjilan ke bangsa-bangsa seharusnya untuk Petrus, tapi karena bergumul dengan Taurat, maka jatah Petrus Tuhan pindahkan pada Paulus.
Secara teologia Yesus berkata untuk kabarkan injil: ke Yerusalem, disaat yang sama ke Yudea, disaat yang sama ke Samaria, disaat yang sama ke ujung bumi. Jika diartikan bertahap Yerusalem lebih dulu baru ke Yudea, baru ke Samaria, dst, maka Injil sampai saat ini belum keluar dari Yerusalem.
Orang yang menolak misi ke bangsa-bangsa kebanyakan tidak pernah melakukan penginjilan.
Di Alkitab ada 2 pilihan supaya orang pergi menginjil: sukarela atau dipaksa karena aniaya. Rasul-rasul mulai pergi saat ada aniaya di Yerusalem. Kita tidak perlu alami aniaya untuk menuruti perintah Tuhan: pergilah, tapi kita pergi karena cinta pada Yesus.
Hidup kita akan berubah saat kita berani menerima tantangan Tuhan
Tuhan sering menantang kita, supaya kita tumbuh semakin ajaib, kuat dan luar biasa.
Kita harus membiasakan diri memiliki mental: “berani karena Tuhan”. Selama kita terus diyakinkan jiwa kita, bahwa kita tidak bisa, maka Tuhan tidak bisa lakukan apapun dengan kita dan tidak akan kemana-mana.
Saat kita bergerak, Tuhan akan pelihara kita, karena kita adalah orang Ibrani: a man from beyond
Saat injil diberitakan ke seluruh dunia, barulah akan tiba kesudahannya.
*Pdt Petrus Agung Purnomo*
Kemudian datanglah seorang pelarian dan menceritakan hal ini kepada Abram, orang Ibrani itu, yang tinggal dekat pohon- pohon tarbantin kepunyaan Mamre, orang Amori itu, saudara Eskol dan Aner, yakni teman- teman sekutu Abram. (Kej 14: 13)
Saat Tuhan pertama kali berbicara dengan Abraham diawali dengan kata pergilah (lekh-lekha), artinya orang yang dipimpin-disertai-dipakai Tuhan sejak kecil hingga besar, dan melebihi orang-orang lain. Juga berarti orang yang mau dididik Tuhan, atau punya teachable heart.
Tuhan menjamin setiap orang yang meresponi pengutusanNya untuk dibawa naik hingga lebih dari kebanyakan orang lain, dan tidak sekedar berputar-putar.
Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah. (Gal 3: 29)
Berkat yang diterima Abraham seharusnya juga menjadi jatah dan milik kita.
Abraham disebut orang Ibrani. Ibrani = עברי = ‛ibrîy (H5680) , artinya:
1. The one from beyond – seseorang yang dari seberang. Artinya bukan dari daerah setempat.
2. The one from the other side – seseorang yang berasal dari sisi lain
3. The one who cross over – seseorang yang menyeberangi
Orang Ibrani artinya saat orang melihat kita dan yang kita kerjakan, dan orang menyebut kita sebagai bukan orang biasa, tapi orang istimewa.
Warisan Abraham yang kita terima bukan sekedar harta.
Orang Ibrani adalah orang yang berani keluar dari zona nyamannya, kebiasaan dan tradisi, melakukan lebih dari orang biasa lakukan (extra ordinary)
Secara daging: dalam 3 minggu muncul sebuah pasukan Gideon yang luar biasa.
The power of going – ada kuasa saat kita melangkah/ pergi.
Saat kita tidak bergerak kemanapun, hidup nyaman dalam rutinitas yang baik, maka bahayanya: kematian rohani. Ini dialami Yesus sendiri.
Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.” (Mat 13: 57)
Orang yang tidak pernah berani keluar dari zona nyamannya, dia tidak akan mengalami mujizat. Yesus tidak dapat membuat mujizat di Nazaret karena lingkungan yang menolak Dia. Bahkan Yesus hampir dilemparkan ke dalam jurang (Luk 4: 29).
Saat bergerak keluar sesuai perintah Tuhan, maka terjadi mujizat dan kita jadi orang yang berbeda
Contoh the power of going:
Abraham tidak jadi hebat saat di Ur Kasdim dan Haran. Begitu Abraham meninggalkan Haran dan masuk tanah Kanaan, barulah dia jadi terkenal dan jadi leluhur 3 agama besar dunia.
Ishak jadi semakin kaya saat tinggal di Gerar, Filistin.
Yakub mendapat kekayaannya di rumah Laban.
Yusuf dapatkan jubah penguasa yang sebenarnya di Mesir.
Israel jadi bangsa yang besar bukan di Kanaan, tapi di Mesir.
Kitab Daniel mengisahkan nabi Daniel saat di Babel, bukan di Israel.
Kisah Ester dan Mordekhai terjadi bukan di Israel, tapi di negri pembuangan.
Nehemia adalah juru minuman raja, dia keluar dari kenyamanan maka ada kisah Nehemia.
Yunus dikenal karena kisah di Niniwe.
Daud pergi kemana-mana. Saat di rumah malah timbul masalah: melihat Batsyeba mandi.
Yesus jadi RAJA di atas segala raja ketika turun ke dunia, jadi manusia, sengsara dan bangkit.
Tuhan perintahkan kita untuk pergi, sebenarnya bertujuan membuat kita jadi besar !
Semua Nazaret kita hanya meruntuhkan dan membuat kita tidak percaya. Salah satu cara Tuhan mendewasakan adalah proyek “menggelar karpet merah”. Semua bergerak dengan biaya sendiri dan bukan dari gereja. Mereka berdoa, bergumul, dan beriman hingga semua dana cukup. Mereka yang pulang dari misi ini menjadi orang yang berbeda dan luar biasa.
Tuhan perintahkan kita pergi bukan untuk menyengsarakan kita, tapi Dia hendak membuat kita jadi besar. Jatah penginjilan ke bangsa-bangsa seharusnya untuk Petrus, tapi karena bergumul dengan Taurat, maka jatah Petrus Tuhan pindahkan pada Paulus.
Secara teologia Yesus berkata untuk kabarkan injil: ke Yerusalem, disaat yang sama ke Yudea, disaat yang sama ke Samaria, disaat yang sama ke ujung bumi. Jika diartikan bertahap Yerusalem lebih dulu baru ke Yudea, baru ke Samaria, dst, maka Injil sampai saat ini belum keluar dari Yerusalem.
Orang yang menolak misi ke bangsa-bangsa kebanyakan tidak pernah melakukan penginjilan.
Di Alkitab ada 2 pilihan supaya orang pergi menginjil: sukarela atau dipaksa karena aniaya. Rasul-rasul mulai pergi saat ada aniaya di Yerusalem. Kita tidak perlu alami aniaya untuk menuruti perintah Tuhan: pergilah, tapi kita pergi karena cinta pada Yesus.
Hidup kita akan berubah saat kita berani menerima tantangan Tuhan
Tuhan sering menantang kita, supaya kita tumbuh semakin ajaib, kuat dan luar biasa.
Kita harus membiasakan diri memiliki mental: “berani karena Tuhan”. Selama kita terus diyakinkan jiwa kita, bahwa kita tidak bisa, maka Tuhan tidak bisa lakukan apapun dengan kita dan tidak akan kemana-mana.
Saat kita bergerak, Tuhan akan pelihara kita, karena kita adalah orang Ibrani: a man from beyond
Saat injil diberitakan ke seluruh dunia, barulah akan tiba kesudahannya.
Komentar
Posting Komentar