RUMAH KESUKAAN TUHAN
RUMAH KESUKAAN TUHAN
Komponen yang paling kuat dalam tabernakel Daud dimulai jauh sebelum kemah yang sebenarnya didirikan. Hal tersebut dirnulai dalam hati Daud ketika ia masih seorang anak penggembala yang belajar bagaimana cara menyembah dan bersekutu dengan Tuhan di ladang. Hal tersebut terus berkembang dalam perjalanannya untuk mengemb alikan tabut perjanjian ke Yerusalem. Perjalanannya tersebut penting bagi kita karena perjalanan tersebut juga merupakan sebuah gambaran dan perjalanan kita untuk mengembalikan hadirat Tuhan ke gereja pada masa kita ini. Bagian berikut yang diambil dari buku saya, God’s Chasers (Pemburu Tuhan), menggambarkan motivasi-motivasi Daud sebagai pemburu Tuhan yang paling luar biasa pada zamannya:
“Ketika Daud mulai berbicara tentang hal membawa Tabut Perjanjian kembali ke Yerusalem, ia tidak tertarik pada kotak penutup emas dengan barang-barang yang ada di dalamnya. Dia tertarik pada nyala api biru yang berkobar di antara sayap kerubim di atas tabut itu. Itulah yang diinginkannya, karena ada sesuatu mengenai nyala api itu yang menegaskan bahwa Tuhan hadir. Dan ke mana pun kemuliaan atau pernyataan hadirat Tuhan berada, maka akan ada kemenangan, kuasa dan berkat. Keintiman dengan Tuhan akan membawa “berkat”, tetapi mengejar “berkat” tidak selalu membawa pada keintiman.”
Tuhan Merasakan dengan Sangat Kuat
Pengejaran Daud akan Hadirat-Nya
Entah bagaimana, Daud menangkap sesuatu tentang esensi Tuhan, sesuatu yang tampaknya tidak dimiliki oleh siapa pun. Saya tidak mengerti bagaimana semuanya ini terjadi, namun saya benar-benar mengetahui bahwa gairah Daud akan hadirat Tuhan adalah sesuatu yang sangat penting — saya hanya berharap bahwa itu bersifat menular. Semenjak siang hari yang gerah di West Monroe, Louisiana itu, saya telah mendengar sebuah petunjuk dari surga: “Jika engkau membangunnya, Aku akan datang.”
Tabut tersebut adalah kotak kayu berlapis emas yang mula-mula dibuat oleh Musa menurut perintah yang diterimanya dan Tuhan. Di atas tutupnya ada figur kerubim yang terbuat dan emas (dua figur malaikat) yang saling berhadapan satu sama lain dengan sayap yang terbentang. Ruang di antara mereka disebut “tutup pendamaian”, dan di sinilah hadir nyala api biru dan hadirat Tuhan yang nyata (dan juga kemuliaan shekinah/ hadirat Tuhan yang kelihatan). Tabut perjanjian, tempat kemurahan (mercy seat = kursi kemurahan), dan nyala api biru hadirat Tuhan selalu disembunyikan di balik tirai selubung yang tebal.
Sekarang kita mulai mendapatkan beberapa petunjuk yang memberi tahu kita mengapa Tuhan lebih menyukai rumah Daud ketimbangrumah rumah lain yang dibangun dalam nama-Nya. Musa menaati perintah Allah dan membangun sebuah kemah atau tabernakel dengan dinding-dinding kemah yang dikeilingi oleh kain linen setinggi 15 kaki di sebuah kerangka kayu di sekeliling luarnya. Sebagai perbandingan yang nyata, tidak ada selubung dan dinding-dinding seperti itu di tabernakel sementara Daud. Tidak ada yang memisahkan manusia dari nyala api biru Tuhan di rumah Daud. Sesungguhnya, satu-satunya yang mengelilingi hadirat Tuhan di tabernakel Daud adalah parapenyembah yang melayani-Nya 24 jam sehari, 7 haridalam seminggu, dan 365 hari dalam setahun selama kira-kira 36 tahun!
Mari, pujilah TUHAN, hai semua hamba TUI-IAN, yang datang melayani di rumah TUHAN pada waktu malam. Angkatlah tanganmu ke tempat kudus dan pujilahTUHAN” (Mazmur 134:1-2)
Siang dan malam para penyembah berdiri, menari, dan menyembah dalam hadirat Tuhan. Seakan-akan mereka membuat surga retap terbuka dengan tangan-tangan mereka yang terangkat tinggi. Jika Daud mau melihat dengan lebih saksama lagi, jika malaikat berbaik hati, dan jika para penyembah tetap bergerak demikian, maka ia bisa melihat nyala api biru kemuliaanTuhan memancar di antara tangan-tangan mereka yang terentang dan kaki-kaki mereka yang menari.
Daud Tertarik pada Nyala Api Biru
“Ketika Daud mulai berbicara tentang hal membawa Tabut Perjanjian kembali ke Yerusalem, ia tidak tertarik pada kotak penutup emas dengan barang-barang yang ada di dalamnya. Dia tertarik pada nyala api biru yang berkobar di antara sayap kerubim di atas tabut itu. Itulah yang diinginkannya, karena ada sesuatu mengenai nyala api itu yang menegaskan bahwa Tuhan hadir. Dan ke mana pun kemuliaan atau pernyataan hadirat Tuhan berada, maka akan ada kemenangan, kuasa dan berkat. Keintiman dengan Tuhan akan membawa “berkat”, tetapi mengejar “berkat” tidak selalu membawa pada keintiman.”
Tuhan Merasakan dengan Sangat Kuat
Pengejaran Daud akan Hadirat-Nya
Entah bagaimana, Daud menangkap sesuatu tentang esensi Tuhan, sesuatu yang tampaknya tidak dimiliki oleh siapa pun. Saya tidak mengerti bagaimana semuanya ini terjadi, namun saya benar-benar mengetahui bahwa gairah Daud akan hadirat Tuhan adalah sesuatu yang sangat penting — saya hanya berharap bahwa itu bersifat menular. Semenjak siang hari yang gerah di West Monroe, Louisiana itu, saya telah mendengar sebuah petunjuk dari surga: “Jika engkau membangunnya, Aku akan datang.”
Ingatlah bahwa Daud adalah satu-satunya pria yang digambarkan seperti ini dalam Alkitab: “Aku telah mendapat Daud anak Isai, seorang jang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendakKu.’ (Kis. 13:22b. Didukung oleh teks asli perjanjian baru dan teks ibrani untuk 1Samuel 13:14) Saya yakin bahwa ada dua arti dan frase tersebut, “berkenan di hati-Ku.” Interpretasi standarnya adalah bahwa Daud adalah seorang yang “serupa” hati Tuhan atau “yang hatinya serupa” dengan hati Tuhan.
Saya juga meyakini bahwa Daud adalah seorang pria yang secara terus-menerus “mencari” hati Tuhan. Ia adalah seorang pemburu Tuhan, seorang pengejar hadirat Tuhan yang nyata. Kesungguhannya untuk membawà tabut perjanjian ke Yerusalem adalah sebuah bukti nyata tentanggairahnya akan Hadirat Tuhan.Interpretasi kedua ini didukung oleh deskripsi Daud yang tiada taranya tentang perjalanan rohaninya yang intim bersama Tuhan
dalam Kitab Mazmur.
dalam Kitab Mazmur.
Saya tidak akan terlalu detail, namun ada banyak kesarnaan antara tabernakel Daud, kabah yang dibangun oleh Salomo, dan tabernakel Musa.7 Tabernakel Musa dan kabah Salomo memiliki ciri utama tiga area ini: halaman luar, Tempat Kudus, dan Tempat Mahakudus. Sebuah selubung yang sangat besar (semacam korden tebal pada zaman kita) terbentang melintas di tabernakel untuk memisahkan Tempat Kudus dan Tempat Mahakudus di mana tabut perjanjian diletakkan.
Tuhan tidak pernah menyukai selubung itu. Ia harus mengenakannya, namun Ia tidak menyukainya. Ketika Yesus mati di kayu salib di Kalvari, Tuhan merobek selubung tersebut mulai dari atas hingga ke bawah di kabah Herodes di Yerusalem. Ia merobeknya sedemikian rupa sehingga tirai tersebut tidak pernah mungkin dijahit kembali. Ia membenci tirai Selubung itu sebagaimana seorang narapidana memberi pintu sel penjaranya! Tirai selubung tersebut mewakili dinding, batas yang memisahkan-Nya dan umat manusia. Sampai pada hari itu di Kalvari, Tuhan harus bersembunyi di balik tirai untuk mempertahankan hidup manusia yang telah jatuh ke dalam dosa yang datang untuk menyembah-Nya dalam kekudusan-Nya.
Aku Lelah Dipisahkan dan Anak-anak-Ku
Mungkin hal yang hilang adalah kunci kemurahan ini: Tabernakel Daud adalah satu-satunya dan tabernakel-tabernakel ini yang tidak memiliki tirai selubung. Kunci ini bisa mulai membongkar kepingan-kepingan hikmat yang paling penting sepanjang masa: Tuhan benar-benar tidak ingin dipisahkan dari kita. Bahkan, Ia akan melakukan segala sesuatu yang mungkin untuk menghancurkan berbagai hal yang memisahkan dan menyembunyikan diri-Nya dan kita. Ia membenci dosa karena dosa memisahkan. Tuhan bertindak begitu jauh untuk merobek “selubung” tubuh Anak-Nya di Kalvari. Pada saat yang sama, tangan-tangan yang tidak kelihatan merobek selubung di Bukit Sion, seolah-olah berkata, “Aku tidak akan pernah menginginkan selubung ini dijahit kembali! Aku lelah dipisahkan dari anak-anak-Ku.”Allah tidak hanya menginginkan jam-jam kunjungan bersama anak-anak-Nja. Ia ingin berada bersama anak-anakNya selamanya!Ia “telah...merubuhkan tembok pemisah.”(Efesus 2:14b).
Pada masa itu, jika Raja Daud terbangun di tengah malam karena tidak bisa tidur, ia bisa mendengar mazmur, pujian, dan gemerincing cymbal (sejenis alat musik berupa dua piring kuningan yang diadu, gembreng) yang berasal dari tabernakel. Ia bisa melihat ke lereng bukit yang berdekatan dengan tempat tinggalnya dan melihat bayangan kaki-kaki yang menari di sekeliling tabut perjanjian, yang diterangi oleh kerlap-kerlip nyalalilin dan lampu-lampu.
Mungkin pada saat seperti inilah ia menulis:
Mari, pujilah TUHAN, hai semua hamba TUI-IAN, yang datang melayani di rumah TUHAN pada waktu malam. Angkatlah tanganmu ke tempat kudus dan pujilahTUHAN” (Mazmur 134:1-2)
Komentar
Posting Komentar