DAMAI SEJAHTERA
DAMAI SEJAHTERA
YOHANES 14:27, Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.
Firman Tuhan menegaskan kepada kita , bahwa damai sejahtera yang di berikan Tuhan sudah lebih dari cukup untuk menjadi bagian kita, sebab damai sejahtera Tuhan sangat berbeda dengan apa yang di tawarkan oleh dunia, jadi, di tegaskan bahwa, kita tidak perlu gelisah dan gentar hati waktu menghadapi masalah seberat apapun dalam kehidupan ini.
Ada tiga hal tentang damai sejahtera yang perlu kita ketahui, yaitu?
1) Damai sejahtera secara roh.
ROMA 5:1, Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.
Dunia bisa saja sepertinya menawarkan damai sejahtera, namun tidak seperti yang mereka harapkan, misalnya saat orang menghadapi persoalan lalu mereka terjerat narkoba, pergi ke club atau diskotik semalamam , dengan harapan bahwa mereka pasti akan terlepas dari kerumitan hidup, saat mereka sadar keesokan harinya mereka masih saja di perhadapkan pada persoalan yang sama bahkan bertambah lagi satu persoalan dalam kehidupan mereka, damai sejahtera yang dunia tawarkan adalah damai sejahtera yang semu dan mereka hanya mendapatkan kehampaan hidup semata. itulah cara yang di berikan oleh dunia. Namun, sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, bagaimana dengan kita?, ada sebuah lagu yang mengatakan “ sudahkan kau miliki damai di hatimu, sudahkah kau miliki sukacita di hidupmu, hanya Yesus yang sanggup memberikan semua itu, jadikanlah Dia Raja di hidupmu”. Kehidupan damai sejahtera sebenarnya sudah tercipta sejak hubungan antara Adam dan Hawa bersama Tuhan di taman Eden, tetapi karena ada dosa maka hubungan tersebut telah terputus. Lalu bagaimana caranya agar damai sejahtera itu bisa tetap kita rasakan walaupun kita sedang mengalami persoalan? Tidak ada cara lain selain kita harus berdamai dahulu dengan Tuhan sebagai sumber damai sejahtera kita yang sejati.
FILIPI 4:7, Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.
Maka damai sejahtera yang mengalir melampaui segala sesuatu, “segala sesuatu” itu bisa berupa - persoalan rumah tangga, pekerjaan, sakit penyakit, perceraian dan lain-lain, damai sejahtera yang mengalir bagi kita berasal dari Kristus yang akan memelihara akal, pikiran dan hati kita untuk senantisa tertuju kepada Tuhan.
2) Damai sejahtera secara emosi jiwa.
KOLOSE 3:15, Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.
Memerintah dalam bahasa aslinya berarti seperti wasit yang mengontrol, mengarahkan dan memutuskan suatu pertandingan karena dia memiliki suatu otoritas yang kuat sebagai seorang wasit.
Begitu juga dalam suatu kehidupan, boleh saja kita mengalami pergumulan dan sepertinya orang- orang menjadi lebih berkuasa atas persoalan kita, misalnya: terjadinya suatu perebutan harta warisan antara saudara kandung atau orang tua yang kurang adil membagi harta warisan karena ada salah satu dari mereka adalah anak kesayangan, bisa juga karena posisi dalam pekerjaan sudah meningkat dengan baik tetapi masih saja orang-orang yang tidak suka dengan kesuksesan kita sehingga dengan berbagai macam cara mereka berusaha untuk menjatuhkan kita, yang ujung-ujungnya semua itu akan membuat emosi kita akan menjadi tidak stabil dan kita bisa mengalami stress dan depresi, maka tidak heran jika kita yang dahulunya di kenal sebagai orang yang baik, santun, penyabar tiba-tiba menjadi orang yang kasar dan cepat marah.
Oleh karena itu, hendaklah damai sejahtera yang sudah di berikan oleh Tuhan memerintah secara mutlak dalam hidup kita dan belajar untuk bersyukur atas segala hal yang terjadi dalam hidup kita, sehingga masalah apapun tidak akan membuat kita tertekan secara emosi karena kita mengetahui bahwa damai sejahtera yang dari Allah memerintah dalam hidup kita.
3) Damai sejahtera dengan sesama.
ROMA 12:18, Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!
Firman Tuhan telah menegaskan bahwa jika sedapat mungkin adanya perdamaian tergantung dari pada kita, maka sudah seharusnya kitalah yang terlebih dahulu untuk mengusahakan, karena bukankah kita yang telah menerima dan mengetahui bahwa sumber damai itu adalah Tuhan sendiri. Mari belajar untuk berdamai dengan pasangan hidup kita, karena tidak ada gunanya jika dalam suatu rumah tangga selalu saja terjadi pertengkaran karena sudah pasti tidak ada damai dalam rumah tangga tersebut, atau anak-anak yang memberontak kepada orang tuanya karena mungkin orang tua bersikap keras, kaku dan otoriter sehingga anak tidak betah untuk tinggal dalam rumah. Oleh sebab itu, mari, kita belajar untuk menerapkan damai Allah dalam hidup kita terlebih dahulu setelah itu kita terapkan pada keluarga kita baru kita bisa menerapkannya pada sesama kita yang ada di market place.
Apakah tujuan dari damai sejahtera yang Tuhan berikan kepada kita?
1) Supaya mempunyai kekuatan hati dan pikiran yang terus terpelihara dalam tubuh sehingga kuat menghadapi tekanan.
2) Supaya mempunyai kekuatan untuk menghadapi masalah yang sedang terjadi dalam keluarga, teman, bisnis atau sakit penyakit.
3) Supaya timbul kepekaan adanya kehadiran Tuhan Yesus Kristus dalam hidup, karena memiliki hubungan yang benar dengan Bapa yang di sorga. Jika saat ini, ada dosa atau mulai malas untuk menjalin persekutuan dengan Tuhan secara pribadi, sekaranglah saatnya untuk kembali membangun hubungan intim dengan Tuhan.
4) Kemampuan untuk tetap bisa berjalan dalam kebenaran sampai titik terakhir dalam hidup sekalipun ada banyak tekanan.
1 RAJA-RAJA 17:7-24, Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu. Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia: "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan." Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: "Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum. "Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: "Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti." Perempuan itu menjawab: "Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati." Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi." Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia. Sesudah itu anak dari perempuan pemilik rumah itu jatuh sakit dan sakitnya itu sangat keras sampai tidak ada nafasnya lagi. Kata perempuan itu kepada Elia: "Apakah maksudmu datang ke mari, ya abdi Allah? Singgahkah engkau kepadaku untuk mengingatkan kesalahanku dan untuk menyebabkan anakku mati?" Kata Elia kepadanya: "Berikanlah anakmu itu kepadaku." Elia mengambilnya dari pangkuan perempuan itu dan membawanya naik ke kamarnya di atas, dan membaringkan anak itu di tempat tidurnya. Sesudah itu ia berseru kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, Allahku! Apakah Engkau menimpakan kemalangan ini atas janda ini juga, yang menerima aku sebagai penumpang, dengan membunuh anaknya?" Lalu ia mengunjurkan badannya di atas anak itu tiga kali, dan berseru kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa anak ini ke dalam tubuhnya. TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali. Elia mengambil anak itu; ia membawanya turun dari kamar atas ke dalam rumah dan memberikannya kepada ibunya. Kata Elia: "Ini anakmu, ia sudah hidup!" Kemudian kata perempuan itu kepada Elia: "Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan firman TUHAN yang kauucapkan itu adalah benar."
Kalau kita membaca kisah di atas maka kita akan mengetahui pergumulan yang sedang di alami oleh janda di Sarfat tersebut, di mana pada saat itu terjadi musim kemarau yang sangat panjang dan ia hanya memiliki segenggam tepung dan sedikit minyak setelah itu mereka akan segera mati, tetapi dengan kedatangan Nabi Elia, ia masih bersedia untuk membuatkan sepotong roti dan ia tahu bahwa setelah itu ia dan anaknya akan mengalami kematian, namun ia berusaha untuk taat kepada nabi Tuhan. Memang saat ia taat ia mengalami mujizat tetapi tidak sampai di situ saja, beberapa waktu kemudian ia mendapati anaknya sedang jatuh sakit sangat keras dan di dapati tidak ada nafasnya lagi. Lalu ia datang melapor ke Nabi Elia dan mengharapkan terjadi suatu mujizat, sebab pikirnya lebih baik waktu musim kemarau dan terjadi kelaparan hebat mereka berdua mati dari pada saat ini mereka luput dari kematian karena kelaparan tetapi ia harus merelakan kehilangan seorang anaknya, lalu Nabi Eliapun melakukan suatu mujizat di depan mata janda tersebut dan anaknya hidup kembali.
Abraham juga pernah menantikan penggenapi janji Tuhan terjadi dalam hidupnya, Allah telah menjanjikan bahwa ia akan mempunyai seorang anak yang akan meneruskan garis keturunannya. Padahal saat ia berjumpa dengan Allah, Abraham berumur 75 tahun dan Sara isterinya berumur 65 tahun. Untuk penggenapan janji Allah terjadi atas hidup mereka, Abraham harus menunggu lagi selama 25 tahun yaitu Ishak, tidak cukup sampai di sana, sekali waktu Allah meminta kepada Abraham untuk menyerahkan Ishak sebagai korban persembahan kepada Allah. Jika di pikir secara manusia maka hal tersebut adalah suatu perkara yang sangat mustahil, tetapi Abraham belajar untuk taat sekalipun sangat bertentangan dengan hatinya, ia tidak marah kepada Tuhan dan meninggalkan Tuhan, sehingga waktu Abraham hendak mengorbankan anaknya, maka Allah telah menyediakan korban sebagai pengganti anaknya.
Bagaimana dengan kita apakah kita juga akan bersikap seperti janda di Sarfat dan Abraham? Jika Tuhan meminta sesuatu kepada kita untuk di korbankan atau di persembahkan kepada Tuhan?, mungkin Tuhan tidak meminta nyawa anak kita untuk di persembahkan, tetapi bisa saja berupa hal-hal yang lain, seperti kekayaan atau sesuatu yang kita tahu pasti jika kita mengorbankannya akan ada perasaan sakit secara daging, apakah kita akan bersedia mengorbankannya bagi Tuhan?, jika sudah kita lakukan dan tidak ada perasaan sakit secara daging maka kita termasuk orang yang sudah teruji imannya untuk melepaskan segala sesuatu yang akan menghalangi kita untuk menyukakan hati Tuhan sehingga kita tidak kehilangan damai sejahtera.
YESAYA 26:3, Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.
Orang-orang yang belum mengenal Tuhan sangat membutuhkan pertolongan salah satunya karena mereka tidak pernah merasakan damai sejahtera seperti yang Yesus berikan kepada kita, yaitu damai sejahtera secara roh, karena Yesus adalah sumber damai sejahtera, saat kita telah berdamai dengan Tuhan maka damai sejahtera Allah mengalir atas roh kita dan saat damai dari Allah memenuhi roh kita maka secara jiwa kitapun bisa mengontrol emosi kita atas setiap tantangan, persoalan, pergumulan dan tekanan yang datang dalam hidup sebab kita tahu bahwa masalah selalu ada di dalam hidup kita, tetapi tidak akan membuat kita kehilangan damai sejahtera yang di berikan Allah dan kita akan bisa berdamai dengan sesama kita, dan semua itu harus di mulai dari diri masing-masing karena kita mengetahui bahwa damai sejahtera dari Allah sudah lebih dari cukup dan dari hidup kita akan mengalir ucapan syukur atas segala hal yang terjadi dalam hidup kita karena iman kita sudah teruji dan damai sejahtera Allah senantiasa memerintah hidup kita dari sekarang sampai selama-lamanya.
Komentar
Posting Komentar