PEACEMAKER
*PEACEMAKER*
*Fire Community Youth Service*
Firman Tuhan
*Elyada Adi Joesianta*
*Minggu, 04 Agustus 2019*
*Kemah Daud Ministries Jogja*
Kita adalah anak Tuhan, harusnya dunia bertanya kepada kita siapakah Bapa kita karna kita berbeda. Bapa kita yang tidak mereka miliki, karena Bapa kita adalah Bapa di surga. Dan harusnya perilaku kita menunjukkan siapa Bapa kita. Karena apa yang Tuhan Yesus lakukan, di lihat dri apa yang BapaNya lakukan. Dia adalah refleksi yang sempurna dari BapaNya begitu juga setiap kita. Dan dunia harus tau. Setiap kita memiliki sebuah kehormatan dan tanggung jawab sebagai anak-anakNya.
*Ciri khas dari anak-anak Allah : *
Matius 5:9
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”
Tugas untuk membawa damai membuat kita di kenali sebagai anak-anak Allah. Karena ciri khasnya adalah membawa damai. Kita di tugaskan untuk masuk ke zona dimana tidak ada kedamaian. Karena Bapa kita adalah Prince Of Peace, Raja Damai itu sendiri.
Kedamaian tidak akan menjadi signifikan kalau semuanya baik-baik saja. Tetapi kedamian akan menjadi signifikan dan penting ketika semuanya tidak berjalan seperti yang kita inginkan. Tetapi kita membawa sesuatu ke situasi tersebut, sehingga situasi tersebut menjadi berubah.
Setiap kita harus berani membawa damai ke tempat dimana tidak ada kedamaian. Kita di panggil untuk membawa damai kepada lingkungan di sekitar kita. Namun yang terutama, damai tersebut harus ada di dalam kita terlebih dahulu.
“Kedamaian bukanlah ketidak-adaan masalah. Tetapi kedamaian adalah keberadaan dari hadirat Tuhan Yesus.” Itulah damai yang sejati. Kedamaian bukanlah ketika kita tidak memiliki masalah. Kedamaian adalah ketika kita bisa damai di tengah-tengah sebuah masalah. Tepat seperti apa yang Tuhan Yesus lakukan ketika Dia bersama murid-muridNya sedang diguncang oleh badai di tengah laut. Tuhan Yesus tidak pernah kehilangan kedamaian, karena kedamaian ada di dalam hatiNya. Dan badai apapun tidak dapat menghilangkan kedamaian yang ada di hatiNya. Dan kalau kita memiliki Tuhan Yesus, pasti ada kedamaian di dalam hidup setiap kita.
Suka, tidak suka. Mau, tidak mau, konflik akan terus ada setiap saat di dalam hidup kita. Artinya, masalah adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari sampai kapanpun. Kita bisa hilangkan semua orang jahat di muka bumi, dan tetap akan ada konflik. Kenapa? Karena kita adalah manusia yang tidak sempurna yang di panggil untuk hidup bersama manusia tidak sempurna yang lainnya. Tetapi ketidak-sempurnaan kita bukan menjadi alasan kenapa kita tidak hidup di dalam kedamaian. Karena kita adalah orang-orang yang di sebut anak Allah yang tugasnya adalah membawa dan menghadirkan kedamaian tersebut.
Kalau kita ingin menjadi pemimpin, cara pandang kita harus berbeda. Jangan anggap masalah menjadi akhir dari sebuah cerita. Tetapi jadikanlah masalah/konflik sebagai awal sebuah pengetahuan yang baru untuk orang-orang yang kita pimpin. Konflik adalah kesempatan dimana kita dapat menyelesaikan masalah sembari memuliakan Tuhan. Konflik adalah kesempatan dimana kita dapat menghormati Dia dengan menunjukkan siapa Dia, seperti apa rupaNya, dan apa yang Dia lakukan melalui hidup kita.
1 Korintus 10:31
“Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”
Kolose 3:23
“Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”
Seharusnya sekecil apapun perbuatan kita, kita tunjukkan untuk kemuliaan Tuhan. Karena Dia ingin di muliakan tidak hanya saat di gereja, tetapi saat kita di luar gereja. Kalau kita hanya memuliakan Tuhan di gereja, kita sedang mengalami yang namanya disfungsi. Karena fungsi kita, adalah untuk menghadirkan gereja ke luar.
Cara terbaik untuk memuliakan Tuhan di dalam semua keadaan adalah bertanya kepada Tuhan bagaimana aku memuliakan Tuhan dalam situasi ini.
3 dasar yang mendasar ketika orang berhadapan dengan konflik :
1. Respon Menghindar. Orang-orang yang suka menghindari masalah, bukan menyelesaikan masalah. Melarikan diri meninggalkan komunitas, teman bahkan gereja. Contohnya : Ketika orang tersebut menghadapi masalah, ia akan menyangkali masalahnya. Fokusnya adalah aku (Bagaimana agar aku aman dan tidak terluka). Orang yang memiliki respon menghindar adalah Peace Faker.
2. Respon Menyerang. Orang-orang yang lebih ingin memenangkan konflik/masalah, daripada menyelesaikan konflik tersebut. Orang yang memiliki respon menyerang akan berusaha sebisa mungkin supaya orang lain minta maaf kepadanya, supaya orang lain merasa bersalah. Fokusnya adalah orang lain (Bagaimana bisa membuat orang lain bisa mengakui kesalahannya dan membuat mereka meminta maaf). Orang yang memiliki respon menyerang adalah Peace Breaker.
3. Respon Membawa Damai. Orang yang memiliki respon membawa damai, akan melakukan : mengampuni, rekonsiliasi (saling memaafkan dan memperbaiki hubungan), mempertanggung jawabkan kesalahannya. Fokusnya adalah peduli terhadap kepentingan orang lain tetapi juga peduli terhadap kehendak Tuhan. Kerinduannya adalah, menyelesaikan masalah demi keuntungan bersama. Kalau kita memiliki respon membawa damai, maka kita adalah Peace Maker. Dan Peace Maker akan terlahir jika kita menghadapi masalah.
Di ampuni memang di ampuni, tetapi konsekuensi tetaplah sebuah konsekuensi. Kita bisa menghindari hukuman, karena hukuman kita sejatinya adalah neraka. Tetapi kita tidak bisa menghindari disiplin yg Tuhan brikan. Hukuman ada supaya kita kapok dan menyerah. Tetapi disiplin ada supaya kita diubahkan.
Jangan berlari dan jangan menyerang sebuah masalah, kita di panggil untuk membawa damai. Jangan biarkan masalah membutakan kita. Dan setiap kita di panggil untuk menjadi pembawa damai. Dengan kita mengizinkan Tuhan membawa damai masuk ke dalam kehidupan kita. Semakin kita dekat dengan Anugerah karya salib Kristus, kita akan semakin mudah melihat solusi yang membangun dan rekonsiliasi yang tulus.
Admin Fire Community
*Fire Community Youth Service*
Firman Tuhan
*Elyada Adi Joesianta*
*Minggu, 04 Agustus 2019*
*Kemah Daud Ministries Jogja*
Kita adalah anak Tuhan, harusnya dunia bertanya kepada kita siapakah Bapa kita karna kita berbeda. Bapa kita yang tidak mereka miliki, karena Bapa kita adalah Bapa di surga. Dan harusnya perilaku kita menunjukkan siapa Bapa kita. Karena apa yang Tuhan Yesus lakukan, di lihat dri apa yang BapaNya lakukan. Dia adalah refleksi yang sempurna dari BapaNya begitu juga setiap kita. Dan dunia harus tau. Setiap kita memiliki sebuah kehormatan dan tanggung jawab sebagai anak-anakNya.
*Ciri khas dari anak-anak Allah : *
Matius 5:9
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”
Tugas untuk membawa damai membuat kita di kenali sebagai anak-anak Allah. Karena ciri khasnya adalah membawa damai. Kita di tugaskan untuk masuk ke zona dimana tidak ada kedamaian. Karena Bapa kita adalah Prince Of Peace, Raja Damai itu sendiri.
Kedamaian tidak akan menjadi signifikan kalau semuanya baik-baik saja. Tetapi kedamian akan menjadi signifikan dan penting ketika semuanya tidak berjalan seperti yang kita inginkan. Tetapi kita membawa sesuatu ke situasi tersebut, sehingga situasi tersebut menjadi berubah.
Setiap kita harus berani membawa damai ke tempat dimana tidak ada kedamaian. Kita di panggil untuk membawa damai kepada lingkungan di sekitar kita. Namun yang terutama, damai tersebut harus ada di dalam kita terlebih dahulu.
“Kedamaian bukanlah ketidak-adaan masalah. Tetapi kedamaian adalah keberadaan dari hadirat Tuhan Yesus.” Itulah damai yang sejati. Kedamaian bukanlah ketika kita tidak memiliki masalah. Kedamaian adalah ketika kita bisa damai di tengah-tengah sebuah masalah. Tepat seperti apa yang Tuhan Yesus lakukan ketika Dia bersama murid-muridNya sedang diguncang oleh badai di tengah laut. Tuhan Yesus tidak pernah kehilangan kedamaian, karena kedamaian ada di dalam hatiNya. Dan badai apapun tidak dapat menghilangkan kedamaian yang ada di hatiNya. Dan kalau kita memiliki Tuhan Yesus, pasti ada kedamaian di dalam hidup setiap kita.
Suka, tidak suka. Mau, tidak mau, konflik akan terus ada setiap saat di dalam hidup kita. Artinya, masalah adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari sampai kapanpun. Kita bisa hilangkan semua orang jahat di muka bumi, dan tetap akan ada konflik. Kenapa? Karena kita adalah manusia yang tidak sempurna yang di panggil untuk hidup bersama manusia tidak sempurna yang lainnya. Tetapi ketidak-sempurnaan kita bukan menjadi alasan kenapa kita tidak hidup di dalam kedamaian. Karena kita adalah orang-orang yang di sebut anak Allah yang tugasnya adalah membawa dan menghadirkan kedamaian tersebut.
Kalau kita ingin menjadi pemimpin, cara pandang kita harus berbeda. Jangan anggap masalah menjadi akhir dari sebuah cerita. Tetapi jadikanlah masalah/konflik sebagai awal sebuah pengetahuan yang baru untuk orang-orang yang kita pimpin. Konflik adalah kesempatan dimana kita dapat menyelesaikan masalah sembari memuliakan Tuhan. Konflik adalah kesempatan dimana kita dapat menghormati Dia dengan menunjukkan siapa Dia, seperti apa rupaNya, dan apa yang Dia lakukan melalui hidup kita.
1 Korintus 10:31
“Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”
Kolose 3:23
“Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”
Seharusnya sekecil apapun perbuatan kita, kita tunjukkan untuk kemuliaan Tuhan. Karena Dia ingin di muliakan tidak hanya saat di gereja, tetapi saat kita di luar gereja. Kalau kita hanya memuliakan Tuhan di gereja, kita sedang mengalami yang namanya disfungsi. Karena fungsi kita, adalah untuk menghadirkan gereja ke luar.
Cara terbaik untuk memuliakan Tuhan di dalam semua keadaan adalah bertanya kepada Tuhan bagaimana aku memuliakan Tuhan dalam situasi ini.
3 dasar yang mendasar ketika orang berhadapan dengan konflik :
1. Respon Menghindar. Orang-orang yang suka menghindari masalah, bukan menyelesaikan masalah. Melarikan diri meninggalkan komunitas, teman bahkan gereja. Contohnya : Ketika orang tersebut menghadapi masalah, ia akan menyangkali masalahnya. Fokusnya adalah aku (Bagaimana agar aku aman dan tidak terluka). Orang yang memiliki respon menghindar adalah Peace Faker.
2. Respon Menyerang. Orang-orang yang lebih ingin memenangkan konflik/masalah, daripada menyelesaikan konflik tersebut. Orang yang memiliki respon menyerang akan berusaha sebisa mungkin supaya orang lain minta maaf kepadanya, supaya orang lain merasa bersalah. Fokusnya adalah orang lain (Bagaimana bisa membuat orang lain bisa mengakui kesalahannya dan membuat mereka meminta maaf). Orang yang memiliki respon menyerang adalah Peace Breaker.
3. Respon Membawa Damai. Orang yang memiliki respon membawa damai, akan melakukan : mengampuni, rekonsiliasi (saling memaafkan dan memperbaiki hubungan), mempertanggung jawabkan kesalahannya. Fokusnya adalah peduli terhadap kepentingan orang lain tetapi juga peduli terhadap kehendak Tuhan. Kerinduannya adalah, menyelesaikan masalah demi keuntungan bersama. Kalau kita memiliki respon membawa damai, maka kita adalah Peace Maker. Dan Peace Maker akan terlahir jika kita menghadapi masalah.
Di ampuni memang di ampuni, tetapi konsekuensi tetaplah sebuah konsekuensi. Kita bisa menghindari hukuman, karena hukuman kita sejatinya adalah neraka. Tetapi kita tidak bisa menghindari disiplin yg Tuhan brikan. Hukuman ada supaya kita kapok dan menyerah. Tetapi disiplin ada supaya kita diubahkan.
Jangan berlari dan jangan menyerang sebuah masalah, kita di panggil untuk membawa damai. Jangan biarkan masalah membutakan kita. Dan setiap kita di panggil untuk menjadi pembawa damai. Dengan kita mengizinkan Tuhan membawa damai masuk ke dalam kehidupan kita. Semakin kita dekat dengan Anugerah karya salib Kristus, kita akan semakin mudah melihat solusi yang membangun dan rekonsiliasi yang tulus.
Admin Fire Community
Komentar
Posting Komentar