JAMINAN TUHAN DI MASA SUKAR
*JAMINAN TUHAN DI MASA SUKAR*
*Pdt Lukas Yoesianto*
*Mengalami Kondisi Yang Sukar (Kisah Para Rasul 27: 1-9)*
Latar belakang kisah dalam perikop ini adalah Paulus merupakan seorang tawanan. Ia dipenjara, diinterogasi dan diadili. Dalam persidangan itu Paulus mengajukan naik banding ke Kaisar dan permintaan itu dikabulkan. Selanjutnya Paulus dikirim ke Italia bersama para tawanan lainnya dengan transportasi kapal. Pada saat itu kapal sangat bergantung dengan angin. Di perjalanan, kapal yang ditumpangi Paulus dihantam angin kencang, sehingga kondisi kapal tersebut hampir-hampir tidak maju, bahkan dengan susah payah mereka berusaha mencapai pelabuhan.
Akibat dari bencana itu, banyak waktu yang terbuang. Tidak ada kemajuan, dan bahkan sangat berbahaya bagi nyawa mereka jika perjalanan ini dilanjutkan. Paulus katakan demikian, "Saudara-saudara, aku lihat, bahwa pelayaran kita akan mendatangkan kesukaran-kesukaran dan kerugian besar, bukan saja bagi muatan dan kapal, tetapi juga bagi nyawa kita." (Kis 27:10).
*Reaksi Kebanyakan Orang Saat Menghadapi Masa Sukar*
Meskipun Paulus telah memperingatkan tentang kondisi buruk yang akan mereka hadapi, perwira yang membawa Paulus dan para narapidana lainnya lebih percaya kepada jurumudi dan nahkoda ketimbang mendengarkan nasihat Paulus. Mereka tetap meneruskan perjalanan. Namun tidak berapa lama, tiba-tiba badai menghantam kapal mereka. Inilah reaksi mereka saat berada dalam kondisi yang sukar:
*1.Mereka Menyerah, Kita Harus Tetap Berkiprah*
*“Kapal itu dilandanya dan tidak tahan menghadapi angin haluan. Karena itu kami menyerah saja dan membiarkan kapal kami terombang-ambing. ….” (KPR 27:15-17).*
Reaksi kebanyakan orang saat mengahadapi kondisi yang sukar adalah menyerah. Semua awak kapal yang bersama Paulus menyerah, mereka membiarkan kapal yang mereka tumpangi terombang-ambing dan terapung-apung saja.
Kondisi yang dialami Paulus beserta awak kapal ini tidak jauh berbeda dengan kondisi kita saat ini. Ada banyak waktu kita yang terbuang akibat pandemi korona ini. Seakan hidup kita tidak ada kemajuan. Bahkan kondisi nyawa setiap orang juga terancam bahaya. Banyak orang yang menyerah, sama seperti orang-orang yang ada di dalam kapal itu. Tetapi, bagi kita janganlah kita menyerah kepada keadaan dan membiarkan hidup kita terombang-ambing. Lakukan sesuatu yang bisa dilakukan. Teruslah berkarya atau berkiprah dalam berbagai hal, jangan hanya diam.
*2. Harapan Mereka Patah, Kita Harus Tetap Tabah *
“… angin badai yang dahsyat terus-menerus mengancam kami, akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami. … Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorang pun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini.” (KPR 27:20-22).
Reaksi kebayakan orang saat mengalami kondisi yang sukar, selain menyerah, fase yang lebih buruk selanjutnya adalah putus asa. Harapan mereka telah patah. Mereka tidak lagi memiliki pengharapan. Itulah kondisi orang-orang yang tidak mengenal Allahnya. Sementara jurumudi dan seluruh awak kapal putus asa, kuatir, bimbang, Paulus tetap tenang. Paulus tidak panik dan hanyut dalam kondisi maupun percakapan mereka yang penuh dengan keputusasaan. Paulus tetap kuat meskipun mengadapi kondisi yang berat, karena Paulus menjaga persekutuannya dengan Tuhan, sehingga ia mengerti ketika ada malaikat yang datang.
Apa pun kondisi yang kita hadapi, jangan putus asa, tetaplah bertabah hati, tetaplah beriman. Percayalah akan janji perlindunganNya. Tetaplah bersekutu dengan Tuhan. Baca dan renungkanlah firmanNya, sembah dan puji Dia, terus perkatakan dan deklarasikan janji-janjiNya.
*Hidup Dalam PanggilanNya Memberikan Jaminan Dalam Hidup Kita (KPR 27:23-25)*
“Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya, berdiri di sisiku, dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; ... Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku.”
Paulus tabah mengahadapi kondisi yang sukar, bahkan ia bisa menguatkan orang lain karena Paulus tahu panggilan Allah dalam hidupnya. Sehingg ia yakin bahwa badai itu tidak akan menenggelamkannya. Ia percaya bahwa dirinya pasti selamat karena masih ada tujuan ilahi yang harus digenapi melalui hidupnya, yaitu bertemu dengan kaisar. Itulah jaminan Tuhan atas Paulus.
Jadi ketika kita berdoa, jaganlah hanya berdoa untuk makanan, tetapi berdoalah utuk jaminan Tuhan yang lebih jauh, berdoa supaya panggilan atau rencana Tuhan dalam hidup kita digenapi dan tidak gagal. Percayalah akan janji Tuhan di Roma 8:28. Entah wabah ini selesai dalam waktu 1 atau 2 bulan, atau sampai akhir tahun, berapa pun lamanya, firman ini tetap berlaku bagi kita yang mengasihi Allah dan terpanggil dalam rencanaNya.
Kalau kita pernah mendapatkan janji Tuhan pegang janji itu dan terus percayai. Seperti Tuhan menjaga hidup Paulus, seperti itu juga Tuhan menjagai kita. Percayalah bahwa wabah ini tidak akan menenggelamkan hidup kita. Wabah ini juga tidak akan membatalkan atau mengagalkan tujuan hidup yang sudah Tuhan tetapkan untuk kita genapi. Kita bukan hanya bisa melewati multi dimensi krisis ini, tetapi kita akan keluar sebagai pemenang.
Disarikan dari kotbah Pdt. Ir. Lukas Yoesianto, M. Th. di Ibadah Raya Kemah Daud Ministries Jogja pada tanggal 10 Mei 2020.
Komentar
Posting Komentar