PURIM 2015
PURIM
8 MARET 2015
Pdt Petrus Agung Purnomo
Kitab Ester tidak menyebut nama Tuhan, tapi mengisahkan bagaimana Tuhan bekerja melalui tangan yang tak terlihat. Purim artinya takdir, undian yang menentukan takdir seseorang.
Bagi orang kebanyakan orang, takdir adalah sesuatu yang tidak bisa diubah, takdir yang membawa kita, kita hanya menerima saja, dan tidak ada yang bisa dilakukan. Orang seperti ini merasa semuanya baik-baik saja. Jika pandangan ini benar, maka tidak ada penghakiman akhir. Padahal di Alkitab ada kisah tentang tingkatan-tingkatan surga.
Juga ada kisah talenta 5-2-1. Jika memang takdir yang menentukan, maka si tuan tidak akan meminta pertanggung-jawaban kepada si "satu talenta", dan hamba ini akan berkata bahwa takdirnya tidak berbuah. Tapi tuannya berkata hamba itu yang malas dan jahat.
Ada tanggung-jawab di pihak kita sebagai manusia. Tanpa disadari manusia sering melemparkan tanggung-jawabnya kepada Tuhan, dan tidak mau disalahkan. Akibatnya kehidupan tidak membaik karena kebodohan kita sendiri, sikap hati kita salah.
Alkitab berkata bahwa Tuhan menciptakan manusia segambar dan serupa dengan Tuhan, tujuan supaya manusia berkuasa di bumi. Ada bagian yang Tuhan percayakan pada kita.
*AHASYWEROS*
Nama "ahasyweros" artinya i will be silence and poor (aku akan mengunci mulut dan akan menjadi miskin). Tidak berarti kita harus cerewet, tapi ada saatnya anak-anak Tuhan harus menyuarakan kebenaran dan pesan Tuhan.
Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya. (Ams 18: 21)
Dalam Alkitab ada orang-orang yang seharusnya menyuarakan kebenaran, tapi justru memilih diam, ujungnya hidupnya berantakan
Kej 3: 6 – Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa karena Adam memilih diam.
Beberapa ahli bahkan mengatakan bahwa Adam bersama dengan istrinya saat diperdaya ular. Saat Hawa berbicara dengan ular: Adam diam. Saat Hawa makan buah, Adam diam. Saat Adam memakan buah barulah mata manusia terbuka.
Tuhan Maha tahu. Maka pertanyaan Tuhan kepada Adam “Adam, di mana engkau?” berarti:
Saat iblis berbicara dengan Hawa, di manakah engkau? Mengapa diam?
Saat Hawa mulai mengingini buah terlarang, di manakah engkau?
Saat Hawa mulai memetik buah itu, di manakah engkau?
Saat Hawa makan buah, di manakah engkau?
Tuhan tahu Adam ada bersama Hawa saat semua terjadi, tapi Adam memutuskan untuk diam.
Karena Adam memilih untuk diam, akibatnya sejak hari itu semua kemewahan dan kemudahan taman Eden berakhir, mereka dibuang dari taman Eden, dan harus mencari makan dengan berpeluh.
Setiap orang harusnya tahu posisinya, dan bertindak sesuai otoritas yang Tuhan berikan.
Setiap orang punya kepribadian berbeda:
Tipe koleris tidak takut konfrontasi, dan mudah mengutarakan pendapat kepada siapapun, walau belum tentu benar.
Tipe melankolis: saat melihat hal yang salah hanya diam dan meneteskan air mata. Setidaknya tunjukkan "air mata" itu pada orang yang melakukan kesalahan.
Tipe plegmatis tidak suka bentrokan, memilih menghindar
Kita tidak bisa mengubah karakter, tapi harus bisa mengambil sikap: bertindak. Kemudian ajukan masalah itu ke hadapan Tuhan. Maka Tuhan akan memberitahukan apakah anggapan kita salah dan dimana salahnya, atau kita benar dan apa yang kemudian harus dilakukan (doakan, deklarasi, dll)
Kita bisa mengubah takdir kita sendiri dengan menyampaikan kebenaran kepada orang lain.
*PENUHI CAWAN KITA*
Est 4: 11-16
Ester sudah 30 hari tidak dipanggil menghadap raja. Jika memaksakan diri menghadap tanpa dipanggil, resikonya dihukum mati. Bagi Ester semua pintu terasa tertutup baginya. Mordekhai seperti tidak mau tahu kondisi Ester, dan memaksa Ester bertindak. Kondisi Ester terjepit: di depan semua pintu tertutup, di belakang ada tekanan dari Mordekhai.
Kepribadian kita menentukan respon kita di kondisi seperti ini
Ada yang terduduk dan tidak berbuat apa-apa
Ada yang nekat dan menabrak masalah
Ada yang berusaha menenangkan pintu yang tertutup dan orang-orang yang menekan
Ada yang berbalik memarahi orang yang menekan
Sering kita menghadapi pintu dan tembok tertutup, sementara di belakang tekanan luar biasa.
Apa yang jasmani tidak bisa ditembus, bisa diterobos dengan cara Ilahi. Kita perlu membayar suatu harga untuk membuka yang tertutup. Ester memutuskan maju, tapi sadar kekuatannya tidak cukup. Maka Ester minta semua orang Yahudi berpuasa untuk Ester, bukan untuk Tuhan. Bahkan dayang-dayang Ester ikut berpuasa.
Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangkupun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati. (Est 4: 16)
Segala sesuatu ada takarannya: doa, air mata, dosa, kedurjanaan.
Contoh:
Keturunan Abraham harus tinggal di Mesir sekian ratus tahun hingga takaran kedurjanaan orang Amori terpenuhi, dan hukuman Tuhan bisa turun.
Elia harus berdoa 7x
Orang Israel yang bersungut-sungut 10x tidak bisa masuk Kanaan
Keep on asking and it will be given you; keep on seeking and you will find; keep on knocking [reverently] and [the door] will be opened to you (Mat 7:7, AMP)
Semakin banyak orang yang ikut membayar suatu harga, semakin cepat cawan tertentu itu penuh. Kita harus punya teman-teman yang tulus, dan mendoakan sungguh-sungguh, bukan sekedar mencari berita untuk gosip.
Semakin tua usia atau posisi semakin tinggi, seseorang semakin berat untuk minta didoakan. Tapi jika kita punya kerendahan hati, kita bisa minta orang lain mendoakan kita.
*KITA HARUS TAHU POSISI KITA*
"So, if the king agrees, let him pronounce a royal ruling and have it recorded in the laws of the Persians and Medes so that it cannot be revoked, that Vashti is permanently banned from King Xerxes' presence. And then let the king give her royal position to a woman who knows her place. (Est 1: 19, MSG)
Frase "lebih baik daripada nya" dalam terjemahan lain dikatakan "tahu posisinya". Wasti tidak tahu tempatnya, maka harus digantikan seseorang yang tahu tempatnya.
Setiap kali kita masuk tempat tertentu, kita harus tahu posisi kita, dan tahu cara bersikap.
Contoh orang yang tidak tahu tempatnya:
Saat di Singapura, p Agung dan anak-anak makan fine dining. Tiba-tiba ada 2 pria dengan baju santai, mabuk dan bersuara keras, padahal lampu sedang diredupkan dan suasananya romantis.
Kita harus tahu panggilan kita, lalu berdiri di posisi itu, dan berfungsi dengan baik
Suami, istri, anak, dll harus tahu posisinya dan berfungsi, bertindak dengan hikmat Tuhan.
Ayah bukan algojo bagi anak-anaknya, karena itu akan melukai hati dan fisik anaknya, dan menanam bibit sakit hati dan dendam. Sikap seperti ini membuat hati Tuhan berduka.
Tetapi orang tua yang over-protektif juga tidak baik.
Orang yang tahu posisinya akan bertindak dengan hikmat Tuhan.
Contoh orang yang tidak tahu posisinya:
Beberapa waktu lalu sebuah kapal fery Korea tenggelam. Kapten kapal termasuk rombongan pertama yang minta diselamatkan. Padahal seharusnya dia yang bertanggung-jawab dan diselamatkan paling akhir.
Saat semua orang bisa tahu panggilan Tuhan, dan berfungsi di posisi yang Tuhan tentukan, maka hasilnya akan luar biasa.
*PROSEDUR PURIM*
Prosedur
Est 1: 12-13 – Raja sedang mabuk. Saat memanggil istrinya, dan istrinya tidak mau datang, dia marah. Tapi walau marah, si raja masih mengerti prosedur, dengan bertanya pada para penasehat dan ahli hukum. Raja bisa lakukan apapun karena posisinya, tapi tidak dilakukan.
Then the king said to the wise men who understood the times ( for this was the king's manner toward all who knew law and justice, (Est 1: 13, NKJV)
Jika reaksi kita salah saat ada masalah dan pergumulan, urusan bisa jadi bertambah parah.
Arahan p Yusak pada p Agung:
Saat menghadapi sesuatu dan menemui jalan buntu, tanya Tuhan: mengapa gagal? Biasanya Tuhan bicara sesuatu. Jika Tuhan sudah 2 kali berkata jangan, maka jangan dilanjutkan. Karena Tuhan hanya berbicara kepada kita tentang sesuatu yang serius 2 atau maksimal 3 kali. Jika kita masih memaksakan hal yang sama, maka ujungnya akan gagal.
Contoh:
Kisah nabi-nabi yang meminta ijin pada Elisa untuk mencari mayat Elia. Ujungnya mereka gagal.
Paulus ingin ke Asia, tapi 2 kali dicegah Roh Tuhan. Paulus tidak mencoba yang ketiga kali. Setelah mendapat mimpi tentang Makedonia barulah Paulus menyeberang ke Asia.
Seringkali saat gagal dalam suatu hal, emosi begitu melingkupi kita, dan membuat kita ingin mencoba lagi dan membalas kekalahan. Tapi kita seharusnya tidak bertindak berdasarkan emosi, melainkan berdasarkan hukum Tuhan.
Kesaksian
P Agung pernah dimintai bantuan keuangan oleh seseorang, lalu dibantu karena rasa belas-kasihan. Ternyata bulan di kedua dan ketiga orang ini meminta lagi. Di bulan ke-4 orang itu minta bantuan dengan jumlah yang lebih besar. P Agung hari itu lupa mengirim dana, lalu siangnya tertidur dan mendapat mimpi. Di dalam mimpi orang itu datang dan meminta p Agung menimbun sumur orang itu. Ternyata sumur itu sangat dalam, dan tak berdasar. Di dalam mimpi ada suara: berapapun p Agung membantu, tidak akan menolong apapun.
Saat terbangun p Agung memutuskan menghentikan bantuan keuangan, karena p Agung bisa salah di hadapan Tuhan, karena mempergunakan harta kepercayaan Tuhan untuk sesuatu yang sia-sia.
Jangan pernah bergerak dan bertindak karena emosi, tapi ikuti prosedur hukum Tuhan
*PERHATIKAN KEPENTINGAN YANG LEBIH BESAR LAGI*
Pikirkan kepentingan yang lebih besar
Est 1: 14-22
Memucan spoke up in the council of the king and princes: "It's not only the king Queen Vashti has insulted, it's all of us, leaders and people alike in every last one of King Xerxes' provinces. The word's going to get out: 'Did you hear the latest about Queen Vashti? King Xerxes ordered her to be brought before him and she wouldn't do it! ' When the women hear it, they'll start treating their husbands with contempt. The day the wives of the Persian and Mede officials get wind of the queen's insolence, they'll be out of control. Is that what we want, a country of angry women who don't know their place?
(Est 1: 16-18, MSG)
Memukan meminta raja tidak memutuskan hanya berdasar kepentingan dan emosi pribadi, tapi harus melihat kepentingan yang lebih besar.
Apapun yang kita putuskan, harus melihat kepentingan yang lebih besar: kepentingan kerajaan Surga
Kesaksian
Sementara sudah 15 gereja dibantu renovasinya, dan hampir selesai. Kepentingan kita melakukan hal ini: demi kepentingan kerajaan Tuhan, karena mereka juga rekan sekerja kita. Saat kita merajut jala bersama, akan lebih banyak jiwa-jiwa dibawa kepada Tuhan.
Joshua Ivan Sudrajat
Komentar
Posting Komentar