BERKAT SUKU NAFTALI
BERKAT SUKU NAFTALI
KENYANG DENGAN PERKENANAN TUHAN
Shalom
Sahabat Joshua Ivan Sudrajat, Sore hari ini Roh Kudus menggerakkan saya untuk menyelidiki Firman Tuhan tentang Suku Naftali
Naftali, putra keenam Israel pertama kali muncul dalam Kejadian 30: 8. Naftali adalah anak Yakub ke-6 dari istrinya yang bernama Bilha. Nama Naftali (נַפְתָּלִי) memiliki arti "yang bergulat".
Rahel yang mandul menyerahkan Bilha, yang adalah budaknya untuk tidur dengan Yakub. Hal ini bertentangan dengan kakak perempuannya, Lea yang sudah melahirkan empat anak lelaki bagi Yakub.
Rahel sangat bersuka cita ketika Naftali lahir, dan ia mengatakan, "Aku telah sangat hebat bergulat dengan kakakku, dan akupun menang." (Kejadian 30:8).
Berkat Yakub atas Naftali
Dalam Kejadian 49, Yakub memberikan berkat sekaligus nubuatan dalam bentuk metafora untuk masing-masing anaknya yang sekaligus menggambarkan karakter mereka. Untuk Naftali, Yakub berkata, “Naftali adalah seperti rusa betina yang terlepas; ia akan melahirkan anak-anak indah,” (Kejadian 49:21).
Kyle M. Yates mengatakan dalam Tafsiran Alkitab Wycliff bahwa nubuatan Yakub terhadap Naftali memiliki arti sebagai berikut: Rusa betina yang terlepas memiliki arti hewan liar, cepat, namun cantik yang menyenangi kebebasan.
Naftali akan menikmati alam ciptaan Allah dan ia akan melahirkan anak-anak indah. Namun, masih ada beberapa interpretasi lain dari para teolog mengenai nubuatan Yakub atas Naftali.
Keturunan Naftali
Alkitab tidak mencatat nama istri Naftali, namun dalam 1 Tawarikh 7:13 dituliskan bahwa nama anak-anaknya ialah Yahziel, Guni, Yezer dan Salum. Dari merekalah keturunan Naftali lahir dan bertambah banyak di Mesir sehingga menjadi Suku Naftali
Ketika Musa melakukan sensus pertama, sebelum masuk tanah Kanaan (Bilangan 1- 4), dituliskan bahwa jumlah pria Bani Naftali yang sanggup berperang yang usianya di atas dua puluh tahun berjumlah lima puluh tiga ribu empat ratus orang (Bilangan 1:43).
Sementara pada waktu masuk di tanah Kanaan, jumlah pria Bani Naftali yang sanggup berperang yang usianya di atas dua puluh tahun berjumlah empat puluh lima ribu empat ratus orang (Bil. 26:50).
Berkat Musa untuk Suku Naftali
Ulangan 33 berisi berkat Musa untuk semua suku Israel. Mulanya Musa memberkati putra-putra Yakub dari kedua istrinya, sesudah itu dia memberkati putra-putra dari gundik-gundik Yakub.
Tentang Naftali Musa berkata: "Naftali kenyang dengan perkenanan dan penuh dengan berkat TUHAN; milikilah tasik dan wilayah sebelah selatan," (Ulangan 33:23)
Perkenanan Tuhan atas Naftali, putra Bilha yang lebih muda ditunjukkan dalam kesuburan dan keindahan luar biasa dari warisannya, khususnya di wilayah selatan dari pantai Kineret.
Suku Naftali di Tanah Kanaan
Suku Naftali menerima daerah kepunyaan mereka menurut undian yang keenam pada zaman Yosua. Daerah mereka mulai dari Helef, dari pohon tarbantin di Zaananim, Adami-Nekeb dan Yabneel, sampai ke Lakum, dan berakhir di sungai Yordan. Daerah Naftali juga bersinggungan dengan wilayah Zebulon, Asyer dan Yehuda (Yosua 19:32-39).
Suku Naftali di Tanah Kanaan
Suku Naftali menerima daerah kepunyaan mereka menurut undian yang keenam pada zaman Yosua. Daerah mereka mulai dari Helef, dari pohon tarbantin di Zaananim, Adami-Nekeb dan Yabneel, sampai ke Lakum, dan berakhir di sungai Yordan. Daerah Naftali juga bersinggungan dengan wilayah Zebulon, Asyer dan Yehuda (Yosua 19:32-39).
Wilayah Naftali mencakup banyak gunung dengan padang penggembalaan dan lembah-lembah yg baik untuk ditanami. Daerah ini merupakan salah satu wilayah dimana Salomo memperoleh perbekalan (1 Raj 4:15).
Di barat laut Danau Galilea, di pesisir pantainya, terletak dataran Genesaret yg subur. Air berlimpah-limpah disediakan oleh sumber-sumber yang banyak sekali.
Sementara, Naftali bagian utara cukup menderita selama peperangan para raja. Wilayah itu dirusak oleh Ben-Hadad I, raja Aram (1 Raj. 15:20). Selang beberapa waktu kemudian wilayah tersebut dikuasai oleh Tiglat-Pileser, raja Asyur. Penduduknya yang mendiami wilayah barat Yordan yang pertama ditawan dalam pembuangan (2 Raj. 15:29).
Suku Naftali dalam Sejarah
Barak adalah seorang panglima pemimpin tentara pada zaman hakim Debora, namanya adalah sosok yang paling di kenal dalam suku Naftali. Dalam Nyanyian Debora, suku Naftali, bersama suku Zebulon, dipuji keberaniannya dalam perang melawan Sisera (Hakim-hakim 5:18).
Selain itu orang-orang dari suku Naftali adalah salah satu suku yang datang memenuhi panggilan Gideon untuk berperang melawan Midian (Hak. 4:6; 5:15).
Ketika Kerajaan Israel pecah pada zaman raja Rehabeam, suku Naftali bergabung dengan Kerajaan Israel Utara bersama 9 suku lain. Sewaktu kerajaan utara dikalahkan oleh Asyur dan semua penduduknya dibuang ke tempat lain, suku ini ikut tersebar dan terhitung sebagai 10 suku terhilang dari Israel.
Matius 4:13-17 mencatat pekerjaan Yesus memberitakan kabar baik dimulai dari daerah suku Zebulon dan suku Naftali. Ayat ini menggenapi nubuat nabi Yesaya 9:1-2. Ayat-ayat ini dirujuk karena Yesus Kristus memulai tahun pertama pelayanannya di Galilea, sebagaimana dicatat pada Matius pasal 4:12-16.
Kenyang Akan Perkenanan Tuhan
“Tentang Naftali ia berkata: “Naftali kenyang dengan perkenanan dan penuh dengan berkat TUHAN; milikilah tasik dan wilayah sebelah selatan.” (Ulangan 33:23)
Berkat Musa kepada Naftali menjadi pelajaran penting bagi kita sebab kita harus kenyang dengan perkenanan Tuhan dan inilah yang terbaik dalam hidup. Orang hidup biasanya mencari perkenanan manusia bahkan mengandalkan manusia. Paulus dengan tegas mengatakan bahwa kita harus mencari kesukaan Allah (Gal. 1:10).
Orang yang mencoba berkenan kepada manusia biasanya menaruh harap dan bergantung sepenuhnya kepada manusia, yang begini akan menerima kutukan dari Allah (Yer. 17:5). Manusia tidak boleh kenyang akan pesta pora duniawi (Luk. 21:34). Menjadi sahabat dunia merupakan musuh Allah (Yak.4:4), sehingga tidak mungkin berkenan kepada Allah (Rom. 8:8).
Hal ini menimbulkan Allah yang pendendam (Nah. 1:2), sehingga orang akan mengalami hal yang menyesakkan atau merana (Rat. 1:5). Salomo menuliskan Orang yang baik kenyang dengan apa yang ada padanya (Ams. 14:14).
Banyak orang kenyang akan penderitaan, kalau hal ini terjadi pada seseorang dan orang itu tidak berharap kepada Tuhan, maka akan berakar dengan akar pahit sampai mati dan sorga tidak akan pernah dihuni oleh orang-orang yang sakit hati.
Alkitab menceritakan bahwa orang yang berkenan kepada Allah juga mengalami penderitaan. Ayub berkata: Kalau aku bersalah, celakalah aku! dan kalau aku benar, aku takkan berani mengangkat kepalaku, karena kenyang dengan penghinaan, dan karena melihat sengsaraku (ay. 10:15).
Pemazmur mengatakan: jiwa kami sudah cukup kenyang dengan olok- olok orang-orang yang merasa aman, dengan penghinaan orang-orang yang sombong (Maz. 123:4) Ayub dan Pemazmur adalah orang-orang yang dekat dengan Tuhan sekalipun mereka kenyang akan penderitaan namun mereka melekat kepada Tuhan dan penderitaan itu ringan dibanding perkenanan-Nya.
Untuk menikmati perkenanan Tuhan orang harus puas dengan makanan rohani.
Orang yang haus dan lapar akan kebenaran akan dipuaskan (Mat. 5:6). Hati yang haus akan Firman Tuhan akan mengutamakan manna sorgawi dari pada makanan jasmani (Mat. 4:4). Ketika seseorang menikmati kebenaran jangan hanya menjilat melainkan harus dikunyah dan kemudian ditelan.
Sebagaimana makanan kemasan yang ada kadaluarsanya demikian Firman Tuhan ada kadaluarsanya bila sudah diangkat oleh Tuhan. Amos mengatakan: Sesungguhnya, waktu akan datang,” demikianlah firman Tuhan ALLAH, “Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan firman TUHAN. (ay. 8:11)
Makanan yang Yesus makan adalah mengerjakan pekerjaan Bapa. Makanan ini adalah sebuah pekerjaan rohani. (Yoh. 4:32-34). Ketika kita melakukan kehendak Bapa sampai selesai itu berarti kita memberikan makanan untuk rohani kita.
Kita akan dipuaskan dengan perkenanan-Nya jika kita melakukan kebenaran. Orang percaya akan menikmati perkenanan Tuhan bila menyadari dirinya adalah orang pilihan dan selalu berdiam di dalam Rumah Tuhan sehingga Tuhan memuaskan dengan segala kebaikan-Nya.
Ditulis oleh Joshua Ivan Sudrajat
Komentar
Posting Komentar