IMAN ABRAHAM
IMAN ABRAHAM
Shalom
Sahabat Joshua Ivan Sudrajat dua hari berturut-turut Terlintas di Pikiran Iman Abraham
Oleh karena itu saat ini saya mencoba menuliskan Rhema Tentang Iman Abraham
Ibrani 11:8, 17 (TB) Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.
Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal,
Apa kata Tuhan mengenai iman Abraham?
Abraham, yang artinya adalah “Bapa bagi Banyak (Orang)” (father of many).
“Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya,” (Kej. 12:4). Melalui ketaatan itu, Abraham memulai perjalanan imannya mengikuti perintah Tuhan. Demikian pula, karena ketaatan Abraham ini, semua keturunan Abraham baik yang jasmani atau rohani turut menerima berkat Allah. Memahami iman Abraham memperkuat dasar iman kita sendiri sebagai salah satu keturunan rohani Abraham.
IMAN ABRAHAM TAAT KEPADA FIRMAN TUHAN
Sahabat Joshua Ivan Sudrajat kita sudah mempelajari bahwa Abraham TAAT kepada Tuhan ia pergi ke mana Saja Tuhan suruh pergi
“Karena iman Abraham taat, ketika dia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu dia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang dia tujui. Karena iman dia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ dia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu,” (Ibr. 11:8-9).
Namun, kapankah tepatnya Abraham memulai perjalanan iman? Ketika Nuh keluar dari bahtera setelah air bah surut, dia menerima janji Allah untuk beranak cucu dan memenuhi bumi. Nuh memiliki tiga anak: Sem, Ham dan Yafet.
Menurut silsilah yang tercatat dalam Lukas pasal 3, Sem memperanakkan Arpakhsad, Arpakhsad memperanakkan Kenan, Kenan memperanakkan Salmon, dan Salmon memperanakkan Eber. Salah satu anak Eber ialah Peleg. Peleg menikah lalu lahirlah Rehu, kemudian Rehu pun menikah dan lahirlah Serug. Setelah beberapa tahun, Serug menikah dan memperanakkan Nahor. Kemudian, Nahor menikah dan melahirkan Terah, ayah Abraham.
Pada usia 75 tahun, Abraham mendengar Firman Allah, “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat,” (Kej. 12:1-3).
Firman itulah yang dituruti Abraham dalam perjalanan imannya. Kalau saja saat mendengar Firman Allah itu Abraham berdalih dan tidak taat, tentu kehidupannya akan sama saja seperti kebanyakan orang. Namun, dia percaya kepada Tuhan dan taat. “Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya,” (Kej. 12:4).
Melalui ketaatan itu, Abraham memulai perjalanan imannya mengikuti perintah Tuhan. Demikian pula, karena ketaatan Abraham ini, semua keturunan Abraham baik yang jasmani atau rohani turut menerima berkat Allah. Memahami iman Abraham memperkuat dasar iman kita sendiri sebagai salah satu keturunan rohani Abraham.
Iman Abraham: taat terhadap perkataan Allah Salah satu wujud iman Abraham yang mengagumkan ialah bahwa dia taat pada setiap perkataan Allah. Tidak ada kata berdalih atau mengeluh dalam seluruh respons Abraham pada setiap perintah Tuhan.
Ketika Tuhan memerintahkan Abraham untuk berangkat dari negerinya ke negeri yang belum pernah dia ketahui, Abraham taat melakukannya (Kej. 12:4).
Selanjutnya, tidak tanggung-tanggung, Allah berfirman kepada Abraham, “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu,” (Kej. 22:2).
Tuhan memanggil Abraham untuk meninggalkan tanah airnya dan mengikuti Tuhan ke tanah yang baru yang akan Tuhan berikan kepadanya. “Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu” (Kejadian 12:1). Abraham mentaati perintah Tuhan dengan melangkah ke dalam sebuah perubahan yang sangat besar. “Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya.” Ia percaya kepada pimpinan Allah, walaupun ia tidak mengetahui ke mana ia akan pergi. “Lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.” Ketika ia tiba di tanah yang dijanjikan tersebut, ia juga harus melangkah dalam iman untuk dapat tinggal di sana sebagai orang asing. “Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing.” Kemudian tahun demi tahun ia harus tinggal dari satu perkemahan ke perkemahan lain bersama anak dan cucunya, yang juga merupakan ahli waris dari tanah tersebut: “di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu.”
Ada saatnya ketika Tuhan memanggil kita untuk taat kepada-Nya dan memasuki suatu perubahan yang besar. Hanya kepercayaan kita kepada Allah, seperti Abraham, yang dapat membuat kita tetap bertahan. Sesungguhnya, walaupun situasi di sekitar kita berubah atau tetap sama, kita harus menghadapi kehidupan ini seperti Abraham, yaitu dalam iman. Dunia ini sudah dijanjikan untuk diberikan kepada anak-anak Allah suatu saat nanti.
Pada perintah ini pun Abraham taat, walaupun dia telah mendengar janji dari Tuhan bahwa dari Ishak-lah yang akan disebut keturunannya. Dia tidak berbantah atau menggugat janji Tuhan. Luar biasa! Abraham tidak pernah meragukan perkataan Allah sedikit pun; dia tahu bahwa Allah selalu merancangkan yang terbaik bagi setiap orang-orang pilihan-Nya
IMAN ABRAHAM DAN ANUGERAH TUHAN
Iman Abraham merupakan iman yang dianugrahkan Allah kepadanya. Allahlah yang berinisiatif memperkenalkan diri-Nya kepada Abraham, Allah juga berinisiatif memanggil dan memilih Abraham (Neh 9:7). Tanpa semua hal tersebut, Abraham tetap hanya akan menjadi seorang penyembah berhala di Ur (Yos 24:2-3)
Di dalam perjalanan imannya bersama Allah, ia mengalami berbagai ujian dan jatuh bangun. Ujian datang kepada Abraham dalam tiga kali kesempatan:
1. Ketika Allah menjanjikan tanah Kanaan sebagai tanah perjanjian kepada Abraham dan keturunannya, tanah tersebut sedang dimiliki oleh bangsa Kanaan. Dan selama ia hidup dan tinggal di Kanaan, ia hanya menjadi pendatang di negeri tersebut dan seumur hidupnya ia tidak pernah menjadi pemilik tanah perjanjian itu secara aktual. Bahkan ketika istrinya mati, ia membeli sebidang tanah di sana dengan uangnya sendiri (dan sampai mati pun ia hanya menjadi pendatang di negeri yang Tuhan janjikan kepadanya).
2. ketika dia pertama kali tiba di tanah perjanjian, dia bertemu dengan sebuah halangan yang menguji imannya, yaitu terjadinya bencana kelaparan di tanah Kanaan yang menyebabkannya harus mengungsi ke tanah Mesir (Kej 12:10-12). Dan ia terpaksa berbohong kepada Firaun ketika ia sampai di sana (termasuk juga kepada Abimelekh nantinya).
3. ketika Allah menjanjikan keturunannya akan menjadi banyak seperti bintang di langit dan pasir di laut, tetapi kenyataannya Sarah mandul dan sudah tua (mati haid).
Dan di dalam pengujian-pengujian tersebut, imannya mengalami beberapa kali kejatuhan. Kejatuhan iman Abraham dapat kita lihat dalam peristiwa:
1. ia menyuruh Sarah berbohong kepada Firaun dan Abimelekh bahwa ia adalah adik perempuannya. Seseorang berbohong biasanya karena ia sudah tidak punya jalan keluar yang lain, demikian jugalah Abraham (ia meragukan penyertaan Allah kepadanya).
2. ia berniat untuk mengangkat Eliezer sebagai ahli warisnya karena ia merasa bahwa ia sudah tidak mungkin memperoleh anak yang akan menjadi ahli warisnya (karena hal ini dianggap merupakan suatu hal yang sah menurut kebudayaan dan masyarakat pada zaman tersebut).
3. ia mengambil Hagar sebagai gundiknya karena Sarah mandul (atas saran Sarah juga). Cara ini sah menurut adat istidat dan kebudayaan pada masyarakat dan masa itu karena anak Hagar akan dianggap sebagai anak Abraham dan Sarah juga. Abraham merasa bahwa mungkin melalui hal ini ia bisa “membantu” Allah memenuhi janji-janji-Nya kepadanya.
Allah mengetahui kemampuan dan iman yang dimiliki Abraham. Oleh sebab itu Allah mengkonfirmasi janji-Nya kepada Abraham ketika imannya sudah mulai lemah dan jatuh. Allah mengulangi janji-janji-Nya kepada Abraham selama beberapa kali untuk menguatkan imannya (Kej 13: 14-18; 15: 4-5, 13-18; 17:1-8; 18:17-19; 22:15-18). Iman Abraham mulai melemah ketika ia mulai ragu terhadap janji-janji Allah kepadanya.
Setelah mengalami beberapa kali kejatuhan dan penguatan dari Allah, baru pada pasal 22 iman Abraham bertahan melalui uji (yaitu ketika Allah memintanya mengorbankan anaknya yang sangat dikasihihnya dan satu-satunya, Ishak).
Anugrah Allah kepada Abraham sebenarnya sangat limpah. Bahkan Allah tidak malu untuk menyebut diri-Nya sebagai Allah Abraham (Kej Mzm 47:9; Yes 29: 22; Kel 3:6, 15; 4:5; 6:3; 1Rj 18:36; 1 Taw 29: 18; 2 Taw 30:6). Allah bersedia untuk mengidentifikasikan diri-Nya dengan orang berdosa dan lemah seperti Abraham.
Sahabat Joshua Ivan Sudrajat Kita Belajar dari Iman Abraham dan Kita oleh karena Tuhan Yesus kita dimasukkan sebagai Keturunan Abraham.
Galatia 3:29 (TB) Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.
Tuhan Yesus memberkati
Jatiwangi 14 April 2023
Only By His Grace
Joshua Ivan Sudrajat
Komentar
Posting Komentar