Kingdom Explosion 2
Minggu, 10 Februari 2013
Kingdom Explosion 2
Pdt. Petrus Agung
Jurnalis : Antonius FW
Reaksi
Hati
Ada
hal-hal yang bisa kita rencanakan dalam hidup, tapi ada juga hal-hal
yang tidak bisa kita rencanakan. Terhadap hal-hal yang bisa kita
rencanakan, kita akan bisa ber-reaksi dan mengantisipasi dengan lebih
mudah. Tetapi saat hal-hal yang tidak kita rencanakan terjadi, di
situlah muncul siapa diri kita sebenarnya.
Yang
membuat satu orang berbeda dengan yang lain adalah reaksi dan sikap
hatinya.
Manusia mencoba merencanakan banyak hal dalam hidupnya, dan sebagian berhasil. Sehingga ada yang mengatakan bahwa “Gagal merencanakan artinya merencanakan kegagalan”. Tapi sering kali hidup kita penuh kejutan: yang baik dan yang kurang baik. Reaksi hati yang salah menghasilkan akibat yang salah. Reaksi yang benar akan membawa kebaikan.
Sebab
Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai
kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan
damai sejahtera
dan bukan
rancangan kecelakaan,
untuk memberikan
kepadamu hari
depan yang penuh harapan.
(Yer 29: 11)
Rencana Tuhan adalah yang paling sempurna, walau sering tidak sesuai dengan rencana kita. Maka minta Roh Kudus mendidik hati kita, sehingga kita bisa berkata bahwa semuanya baik, walau sesuatu terjadi di luar perencanaan kita. Minimal katakan: Roma 8: 28. Segala sesuatu yang kita alami Tuhan rencanakan untuk kebaikan kita.
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Rm 8: 28)
Kesaksian bu Aning (Zipora Aning Prasetyawati), rumah Shallom
Tidak
semua orang lahir dengan kondisi menyenangkan. Bu Aning anak seorang
pendeta yang tinggal di desa. Pak Pendeta ini suka mengumpulkan
anak-anak yang tidak bisa sekolah, lalu dikumpulkan di gereja dan
akhirnya membentuk panti asuhan Maranatha dan sekolah SMP Imanuel.
Karena jumlah anak yang diasuh banyak dan resiko berat, ibu ajak pindah dan merintis ulang dari nol, dan tidak mau lagi mencari anak-anak terlantar. Tapi si ayah malah ganti mengumpulkan orang gila.
Bu
Aning saat kecil sering dikatai sebagai "anak pendeta nakal",
padahal hanya usil dan sedikit kreatif. Bu Aning berpesan agar tidak
mengata-ngatai anak-anak pendeta, tapi mendoakan.
Beberapa saat kemudian di usia bu Aning 10th, ayahnya meninggal. Di mata bu Aning, orang tuanya sangat baik, tidak pernah bertengkar, mengerti anak-anaknya. Di kuburan papanya, banyak impian bu Aning yang dihadapkan ke Tuhan, karena bu Aning merasa semua impiannya menghilang. Tuhan menjawab bahwa Dia yang akan jadi ayah bagi bu Aning, dan akan mewujudkan semua mimpinya.
Bu Aning dan keluarga harus pindah dari pastori gereja, lalu akhirnya tinggal di salah satu rumah pos PI. Kondisi ekonomi berat. Ibu dari bu Aning sangat disiplin kepada anak-anaknya, terutama soal doa pagi secara rutin. Pesan ibu: kekuatan kita di percaya dan di lutut (berdoa).
Dengan doa dan respon yang benar, bu Aning selalu terima penyediaan-penyediaan dari Tuhan:
- Saat tidak ada makanan, doa memanggil makanan: capjay datang! Kecap datang! dst, dan benar bahwa yang diminta datang.
- Ada pendeta lain yang beri 5 ayam betina dan 2 ayam jago, supaya telurnya bisa dijual. Saat tidak ada lauk, diperkatakan: bertelur 2, dan ayam-ayampun pun bertelur 2 sehingga telurnya dijual 1 biji dan yang lainnya jadi lauk.
- Suatu hari saat tidak ada lauk, salah satu ayam mematuk sesuatu. Ternyata itu ikan yang besar padahal di sekitar rumah itu tidak ada selokan atau sungai. Akhirnya ikan itu jadi lauk.
- Saat beras tinggal sedikit sekali, justru semua diberikan pada seseorang yang sangat miskin dan terlantar. Tiba-tiba ada yang beri keluarga bu Aning 1 kw beras dan 10 kg beras ketan.
- Walau tidak terlalu pandai, bu Aning bisa lolos dari berbagai tes padahal teman-teman yang lebih pandai gagal dan tidak diterima. Dan selama sekolah juga selalu dapat bea-siswa.
- Saat krisis moneter 1998, kiriman uang dari orang tua belum datang. Tiba-tiba ada penjual telur lewat dan salah satu telur jatuh tapi tidak pecah. Akhirnya telur itu jadi lauk. Ketika minyak dan beras tinggal sedikit, bu Aning dan adiknya memperkatakan firman: "minyak tidak habis", maka minyak dan beras tidak habis-habis sampai kiriman uang berikutnya datang.
Nenek
bu Aning pernah berpesan: jika melayani, beri pakaian bagi yang tidak
punya pakaian, beri makan bagi yang tidak bisa makan, beri tempat
tinggal bagi yang tidak punya tempat tinggal. Suatu kali bu Aning
mendapat visi untuk membuka rumah shalom.
Iman
yang didapat bu Aning dari pengalaman hidupnya itulah yang diajarkan
dan dipraktekkan kepada anak-anak rumah shalom:
- Saat anak-anak rumah shalom ingin wisata ke water blaster, mereka doa: panggil water blaster! Dan mereka dapatkan apa yang mereka rindukan.
- Demikian juga saat anak-anak rumah shalom ingin KFC, es krim, makanan eropa, makanan Jepang, dll. Semua dilakukan dengan doa pagi, peperangan rohani: memanggil hal-hal yang diinginkan/ dibutuhkan.
- Ketika rumah shalom penuh, bahkan ruang tamu digunakan untuk tidur. Lalu dapat rhema untuk berdoa jam 12 malam. Akhirnya dapat rumah kontrak di anjasmoro raya (Rumah shallom saat ini di Anjasmoro Raya 31); dan nantinya di belakang RS Mentari Bangsa.
- Saat salah satu anak beli kopi sachet, dapat hadiah 1 sachet gratis. Saat dapat sachet hadiah dibuka dapat hadiah 1 sachet lagi. Ini terjadi berulang-ulang sampai 18 kali. Pelipat-gandaan ini terhenti saat ada yang mau menikmati sendiri dan tidak mau berbagi.
Apapun yang kita lakukan: doa, pelayanan, saat teduh, semua harus dengan cinta, passion kepada Tuhan, dengan semangat dan segenap hati, bukan karena kebiasaan.
Kesaksian
respon hati yang salah:
- Saat semangat anak-anak rumah shalom untuk doa mengendor, kurang sungguh-sungguh, tanpa passion, akhirnya Tuhan marah. Peringatan dari Tuhan: petir menyambar dengan keras, dan lampu mati dan rusak.
- Saat ada anak rumah shalom yang mencuri pakai minyak wangi kakaknya, Tuhan beri tanda jempolnya bengkak. Saat bertobat, tangannya sembuh tanpa diobati.
- Ada anak yang pendiam, tiba-tiba mukanya bengkak. Ternyata respon hatinya salah. Saat bertobat dan berdoa mohon ampun, Tuhan langsung sembuhkan.
Sikap
hati kita harus benar, dan iman percaya kita kepada Tuhan harus
meningkat secara progresif hingga serupa dengan gambaran Kristus !
Tentang
persembahan: semakin banyak memberi, akan semakin banyak menerima.
Yesus adalah pusat hidup kita
Yesus
adalah pusat hidup kita. Apapun yang terjadi, Tuhan yang pegang
kendali !
Opa dari bu Aning pernah hampir dibunuh, tapi ditolong misionaris Belanda. Misionaris ini yang ajari opa bu Aning untuk memberkati yang tidak punya baju-makanan-tempat tinggal. Perkataan ini diajarkan turun-temurun. Ini adalah sebuah mandat.
Ayah bu Aning meninggal saat bu Aning masih kecil, itu adalah hal yang di luar perencanaan kita. Yang menentukan ke depan adalah reaksi hati. Saat kekurangan bu Aning belajar beriman. Reaksi ibu dari bu Aning seperti menyeret anak-anaknya untuk ber-respon secara benar: tidak marah, tidak kepahitan. Semua itu membangun pondasi bagi imannya.
Dengan pengalaman masa muda bu Aning tersebut, Tuhan pakai bu Aning untuk membangkitkan banyak anak yang saat ini bernasib hampir sama, supaya mereka kenal Tuhan Yesus dan hidup dalam anugrahNya.
Reaksi
hati seperti tes sekolah. Walau kita hadir setiap hari di kelas, tapi
jika kita tidak fokus dengan pelajaran yang diajarkan, maka kita
tidak akan bisa menjawab saat tes. Sebaliknya jika kita fokus kepada
yang diajarkan, setiap kali tes datang kita sudah siap dan memberikan
jawaban yang benar.
Kingdom
Eksplosion (bagian 2)
Alkitab
mengajarkan bahwa Tuhan memberikan:
- Penambahan : Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Mat 6: 33)
- Multiplikasi/ pelipat-gandaan: Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. (Mat 13: 8)
- Eksplosion/ ledakan: sesuatu yang terjadi dengan cepat dan berdampak besar.
1 Sam 7: 6-17, MSG
Filistin
artinya sesuatu yang berjalan dan berkubang di debu tanah, di kitab
Kejadian artinya mengacu pada ular yaitu iblis.
Supaya terjadi kingdom explosion:
- Harus ada Eleazar di tengah-tengah kita. Artinya ada Roh Kudus sang penolong kita, yang melayani Tabut Tuhan. Kita harus belajar hidup bergantung pada pimpinan Roh Kudus. Apapun yang Tuhan ajarkan kepada kita, dan kita kerjakan, itulah yang menghasilkan anugerah yang besar. Hanya Roh Kudus yang tahu isi hati Tuhan.
- Ketika musuh datang menyerang, yang dihadapi pertama bukan serangan itu, tapi membereskan antara kita dengan Tuhan. Bahkan Samuel seolah-olah tidak perduli dengan serangan lawan. Samuel sadar bahwa yang terpenting adalah beres dengan Tuhan, karena Tuhanlah yang menentukan kemenangan.
Jika
kita beres dengan Tuhan, urusan di luar kita juga akan beres.
Jika
kita tidak beres dengan Tuhan, urusan di luar juga tidak akan beres.
Yakub pulang dari rumah Laban sebagai orang yang sangat kaya, membawa semua istri, anak, ternak dan harta. Tapi Yakub sadar bahwa Esau masih ingin membunuhnya, terbukti dengan kedatangan Esau menyambut dengan membawa 400 orang pasukan. Malam sebelum pertemuan dengan Esau, Yakub bergumul dengan Tuhan semalaman. Karena pergumulan itu Tuhan mengubah nama Yakub (tukang jegal/ tipu) menjadi Israel (pangeran Allah).
Jika
pergumulan kita dengan Tuhan tidak tuntas, maka kita akan harus
bergumul dengan orang lain.
Pergumulan
Yakub yang sebenarnya adalah Esau, tapi lawannya diselesaikan saat
Yakub bergulat dengan Tuhan. Akibatnya saat bertemu Esau, kebencian
dan kemarahan Esau sudah hilang, sebab Esau bukan berhadapan dangan
Yakub si penipu, melainkan dengan Israel sang pangeran Allah.
Tuhan
ajari kita untuk belajar bergumul, berdoa, dan selesaikan semua
dengan Tuhan. Karena itu akan menentukan seberapa kita akan selesai
dengan dunia.
While
Samuel was offering the sacrifice, the Philistines came within range
to fight Israel. Just then GOD thundered, a huge thunderclap
exploding among the Philistines. They panicked--mass
confusion!--and ran helter-skelter from Israel. (1 Sam 7: 10, MSG)
Saat
Filistin menyerang, normalnya Israel menyiapkan pasukan dan strategi.
Tapi yang Samuel lakukan adalah mempersembahkan korban kepada Tuhan,
dan ini butuh waktu. Akibatnya orang Filistin bisa mendekat hingga
masuk dalam jarak serang, artinya dalam jarak jangkauan tombak dan
panah. Saat itulah Tuhan mengguntur/ meledak di tengah-tengah orang
Filistin. Saat itu belum ada mesiu atau bom, sehingga ledakan itu
membuat mereka shock dan panik, sehingga terjadi kekacauan masal di
tengah-tengah orang. Setelah itu orang Filistin jera dan tidak berani
melintasi perbatasan.
Ledakan
rohani bukan karena kekuatan dan kesanggupan kita, tapi karena ada
orang yang tahu bagaimana cara membereskan
semuanya
di hadapan Tuhan.
Kepanikan, frustasi, kemarahan, ketakutan, semua tidak menolong apapun.
Jangan
pernah hadapi dunia dan persoalan sebelum menghadap Tuhan!
Orang yang menghadap Tuhan lebih dulu, Tuhan yang akan menghadapi persoalan dan musuhnya.
Orang yang menghadap Tuhan lebih dulu, Tuhan yang akan menghadapi persoalan dan musuhnya.
Maka
dari itu Yesus harus jadi pusat kehidupan kita
12
murid di perintahkan Tuhan ke kampung-kampung dan kota-kota lain.
Begitu mereka pergi, Yesus yang mendatangi, menolong, melayani,
khotbah di kota-kota mereka.
Kesaksian
di kota Makasar:
Ada
KKR di Makasar dan didatangi salah satu pemimpin ormas, dia marah
karena tidak diundang. Akhirnya orang ini membawa orang-tuanya yang
sakit, dan walau tidak ada doa kesembuhan orang-tuanya sembuh. Ada
orang lain lagi yang setelah acara beberapa kali mimpi didatangi
Tuhan Yesus, dan akhirnya terima Tuhan Yesus.
P
Agung tidak merasa mendoakan mereka secara pribadi, tapi hanya
membereskan bagiannya sendiri yang Tuhan mau. Saat beres, Tuhan yang
akan hasilkan sesuatu yang dahsyat.
Beda
persembahan Samuel dengan Saul: Saul membakar korban bakaran karena
ketakutan, tapi Samuel membakar korban karena itu harus dikerjakan di
hadapan Tuhan.
Jangan
kerjakan apapun karena ketakutan, tapi kerjakan karena iman, dan
percaya bahwa Tuhan akan tolong kita.
Banyak
orang hidup bukan dikendalikan imannya ke Yesus, tapi dikendalikan
dan dihitung dengan uang. Hampir semua mata uang bergambar orang
mati. Artinya jika hidup kita dikendalikan dan bergantung pada uang,
artinya hidup kita dikendalikan dan diarahkan oleh orang mati. Jika
dibiarkan, ini akan mematikan iman kita.
Komentar
Posting Komentar