Tingkatan Dan Pertumbuhan Iman
TINGKATAN IMAN - PERTUMBUHAN IMAN
TINGKATAN IMAN:
Untuk pertanyaan adakah tingkatan iman? Jawabnya tentu saja ada. Secara sederhana, kita lazim mendengar ada perbedaan, sbb:
Iman bukanlah sesuatu yang mati dan statis, tetapi iman itu dinamis karena iman itu hidup. Kepada iman dapat ditambahkan segala sesuatu yang membangun, menghidupkan dan menyempurnakan. Rasul Petrus menyatakan: "Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang." (2 Petrus 1:5-7)
Iman itu bertumbuh, Tuhan Yesus memerintahkan agar kita memiliki iman (dimana iman itu datang dari sikap percaya), dijelaskan dalam ayat-ayat ini:
IMAN (PISTIS, noun) dan PERCAYA (PISTEUÔ), itu "sinonim", hanya yang satu merupakan hal yang dipunyai "noun" yang satunya lagi adalah tindakannya "percaya."
Yang berbeda disini bukan kata "iman" versus "percaya". Yang membedakannya hanyalah kadar Iman (kepercayaan)-nya: Ada iman yang besar, ada iman yang kecil. Dalam pertumbuhannya ada perbedaannya, yaitu "ada dewasa dalam iman" ada "iman yang masih kanak-kanak."
Ketika Tuhan Yesus merujuk, "Hai ibu, besar imanmu," Dia sedang merujuk "noun" yaitu sesuatu yang dipunyai ibu ini akibat dari tindakan percayanya.
Tuhan Yesus juga pernah merujuk "iman sebiji sesawi" itu juga merujuk kepada "noun" yaitu sesuatu yang dipunyai.
Perhatikan ayat ini:
"Percaya" yang adalah "verb" itu merupakan tindakan yang aktif, yaitu melakukan atau bertindak berdasarkan iman yang ada dalam hati kita, seperti dikatakan dalam alkitab, Percaya berarti ada tindakan dari iman kita.
Rasul Paulus menulis: "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."(Roma 10:17). Iman bisa timbul dalam diri seseorang saat ia mendengar firman Kristus. Banyak orang mendengarkan firman yang disampaikan Yesus, namun tidak banyak dari antara mereka yang menjadi percaya.
Iman dan Percaya itu selalu bersama-sama, dimana Iman itu dipunyai karena tindakan percaya. Kita terbiasa hidup dengan melihat, bukan hidup karena percaya. Jika kita punya iman sebesar biji sesawi saja kita bisa memindahkan gunung (Matius 17:20), apalagi menyembuhkan orang pun seharusnya tidak mustahil. Sekarang masalahnya tinggal bagaimana percayanya kita kepada Tuhan? Hal itu dijelaskan lebih lanjut lagi dalam Matius 17:16-20. Murid-murid Yesus tidak bisa menyembuhkan orang yang sakit ayan, lalu orang-orang meminta Yesus untuk menyembuhkannya. Di situ Yesus menegor mereka dan mengatakan bahwa orang-orang itu adalah angkatan yang tidak percaya dan sesat. Lalu apa penyebab murid-murid Yesus tidak bisa menyembuhkan orang itu? "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, –maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu." Disini masalahnya bukan tentang tidak memiliki iman, tetapi karena kurang percaya. Yesus mempersoalkan "tindakan."
Murid-murid Yesus tentu punya iman kepada Yesus dalam hati mereka, tapi karena mereka kurang percaya, akibatnya mereka tidak bisa menyembuhkan orang itu.
Jadi seperti yang dikatakan dalam Yakobus 2:26, penting sekali kita percaya, yaitu tidak hanya beriman tapi sampai bertindak. Kita bisa saja masih memiliki iman yang sama terhadap Tuhan, tapi kadang kadar percaya kita dapat berkurang saat menghadapi suatu masalah. Iman adalah sesuatu yang kita punyai "noun" , sedangkan percaya adalah tindakan yang kita lakukan berdasar pada iman kepada Tuhan. Tuhan tidak peduli dengan kelemahan kita, yang penting kita percaya. Dan percaya adalah suatu tindakan yang aktif.
Jadi, iman bukan barang jadi atau benda mati, tetapi iman itu berjalan dalam proses menuju kesempurnaannya. Iman itu bertumbuh oleh firman Allah, oleh pengujian, oleh pencobaan, oleh aniaya dan penderitaan, oleh kehidupan padang gurun, oleh karena dipraktekkan dan oleh persoalan yang kita alami.
PERTUMBUHAN IMAN:
1. Iman bertumbuh oleh firman Allah
2. Iman bertumbuh oleh pengujian
3. Iman bertumbuh dalam pencobaan
4. Iman bertumbuh dalam penganiayaan dan penderitaan
5. Iman bertumbuh dalam kehidupan padang gurun
6. Iman bertumbuh karena dipraktekkan
7. Iman bertumbuh dengan persoalan
MENGAPA IMAN HARUS DITUMBUHKAN DAN DIKUATKAN?
Di depan telah dijelaskan bahwa iman itu hidup. Bukan hanya sekedar hidup, tetapi hidup yang tidak kerdil, tetapi sehat, dan subur sehingga dapat berbuah. Untuk itu iman harus ditumbuhkan dan dikuatkan.
Oleh karena iman, kita dikuatkan oleh Allah:
Tanya:
Ketika roh jahat itu masuk, artinya orang itu masih punya "ruang ketidak-percayaan" yang membuatnya imannya tidak penuh. Dari rongga-rongga yang ada ini, roh jahat bisa merasukinya. Alkitab menulis "dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis"(Yohanes 13:26b,27a) Nah, ayat itu tidak mungkin dapat disangkali bahwa Iblis dapat merasuki Yudas. Mengapa Iblis dapat merasuki Yudas Iskariot? Sebab dalam hatinya masih terdapat "ruang ketidak-percayaan" kepada Yesus Kristus, sehingga dapat dirasuki roh jahat.
Yudas Iskariot dan adalah salah satu murid Yesus yang dipanggil mengikut Yesus. Ketika dia bersedia dipanggil dan turut serta dalam pelayanan Yesus, saat itu ia pasti punya kepercayaan dengan menyambut undangan Yesus itu. Namun dalam proses ketika ia dimuridkan, masih ada rongga-rongga ketidak percayaan, dalam kehidupan bersama Yesus dia tidak mendapat pertumbuhan iman. Dan kemudian fatal akibatnya ia kerasukan Iblis dan mengkianati Sang Guru. Maka, jemaat Kristus yang berisi orang-orang percaya, juga akan dapat mengalami keadaan sebagaimana yang dialami Yudas, bisa murtad, dan bisa mengkianati ketika sudah ada ruang ketidak-percayaan kepada Kristus, apabila itu diteruskan, dia dapat dirasuki Iblis/ roh jahat dan dapat mengakibatkan hal yang paling fatal, yaitu murtad.
Oleh karena itu, milikilah iman yang penuh disertai dengan perubahan hidup dan pikiran sehingga kita berjalan dari kemenangan kepada kemenangan. Jangan membiarkan ada rongga-rongga ketidak percayaan yang menyebabkan kelemahan iman. Kita harus "menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus" (2 Korintus 10:5).
Blessings,
TINGKATAN IMAN:
Untuk pertanyaan adakah tingkatan iman? Jawabnya tentu saja ada. Secara sederhana, kita lazim mendengar ada perbedaan, sbb:
- - Iman yang lemah (Roma 14:1), dan iman yang kuat (1 Korintus 16:13).
- Iman yang kecil (Lukas 17:6), dan iman yang besar (Matius 15:28).
- Iman kanak-kanak (1 Korintus 13:11, 14:20), dan dewasa dalam iman (Ibrani 5:14).
- kurang beriman (Matius 14:31), dan beriman sepenuhnya (Matius 21:21-22).
Iman bukanlah sesuatu yang mati dan statis, tetapi iman itu dinamis karena iman itu hidup. Kepada iman dapat ditambahkan segala sesuatu yang membangun, menghidupkan dan menyempurnakan. Rasul Petrus menyatakan: "Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang." (2 Petrus 1:5-7)
Iman itu bertumbuh, Tuhan Yesus memerintahkan agar kita memiliki iman (dimana iman itu datang dari sikap percaya), dijelaskan dalam ayat-ayat ini:
- * Markus 11:22-2411:22 LAI TB, Yesus menjawab mereka: "Percayalah (PISTIS, iman) kepada Allah!MILT, Dan sambil menanggapi, YESUS berkata kepada mereka, "Milikilah iman Allah !KJV, So Jesus answered and said to them, “Have faith (PISTIS) in God. TR, και αποκριθεις ιησους λεγει αυτοις εχετε πιστιν θεουTranslit, kai apokritheis ho iêsous legei autois ekhetepistin {IMAN, noun - accusative singular feminine}theou
Dalam alkitab versi King James, dikatakan "Have faith in God!" sesuai dengan kata asli yang digunakan, yaitu "PISTIS" (iman) artinya adalah "milikilah iman di dalam Allah".
Percaya dan Iman selalu bersama-sama. Yesus berbicara tentang "percaya". Bahwa setelah Tuhan Yesus menyinggung kata benda "Iman," kemudian Dia menggunakan kata kerja "Percaya" (PISTEUÔ) dalam ayat 23-24 yang justru mengindikasikan "keyakinan" sebelum sesuatu terjadi.
Dan perhatikan, kata "Percaya" (PISTEUÔ) adalah sesuatu tindakan yang AKTIF:
11:23 LAI TB, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya (PISTEUÔ), bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya.KJV, For assuredly, I say to you, whoever says to this mountain, ‘Be removed and be cast into the sea,’ and does not doubt in his heart, but believes that those things he says will be done, he will have whatever he says. TR, αμην γαρ λεγω υμιν οτι ος αν ειπη τω ορει τουτω αρθητι και βληθητι εις την θαλασσαν και μη διακριθη εν τη καρδια αυτου αλλα πιστευση οτι α λεγει γινεται εσται αυτω ο εαν ειπηTranslit, amên gar legô humin hoti hos an eipê tô orei toutô arthêti kai blêthêti eis tên thalassan kai mê diakrithê en tê kardia autou alla pisteusê {DIA PERCAYA,verb - aorist active subjunctive - third person singular}hoti ha legei ginetai estai autô ho ean eipê
11:24 LAI TB, Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah(PISTEUÔ) bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.KJV, Therefore I say to you, whatever things you ask when you pray, believe that you receive them, and you will have them.TR, δια τουτο λεγω υμιν παντα οσα αν προσευχομενοι αιτεισθε πιστευετε οτι λαμβανετε και εσται υμινTranslit, dia touto legô humin panta hosa an proseukhomenoi aiteisthe pisteuete {PERCAYALAH,verb - present active imperative - second person} hoti lambanete kai estai humin
IMAN (PISTIS, noun) dan PERCAYA (PISTEUÔ), itu "sinonim", hanya yang satu merupakan hal yang dipunyai "noun" yang satunya lagi adalah tindakannya "percaya."
Yang berbeda disini bukan kata "iman" versus "percaya". Yang membedakannya hanyalah kadar Iman (kepercayaan)-nya: Ada iman yang besar, ada iman yang kecil. Dalam pertumbuhannya ada perbedaannya, yaitu "ada dewasa dalam iman" ada "iman yang masih kanak-kanak."
Ketika Tuhan Yesus merujuk, "Hai ibu, besar imanmu," Dia sedang merujuk "noun" yaitu sesuatu yang dipunyai ibu ini akibat dari tindakan percayanya.
Tuhan Yesus juga pernah merujuk "iman sebiji sesawi" itu juga merujuk kepada "noun" yaitu sesuatu yang dipunyai.
Perhatikan ayat ini:
- "Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati."(Yakobus 2:26).
"Percaya" yang adalah "verb" itu merupakan tindakan yang aktif, yaitu melakukan atau bertindak berdasarkan iman yang ada dalam hati kita, seperti dikatakan dalam alkitab, Percaya berarti ada tindakan dari iman kita.
Rasul Paulus menulis: "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."(Roma 10:17). Iman bisa timbul dalam diri seseorang saat ia mendengar firman Kristus. Banyak orang mendengarkan firman yang disampaikan Yesus, namun tidak banyak dari antara mereka yang menjadi percaya.
Iman dan Percaya itu selalu bersama-sama, dimana Iman itu dipunyai karena tindakan percaya. Kita terbiasa hidup dengan melihat, bukan hidup karena percaya. Jika kita punya iman sebesar biji sesawi saja kita bisa memindahkan gunung (Matius 17:20), apalagi menyembuhkan orang pun seharusnya tidak mustahil. Sekarang masalahnya tinggal bagaimana percayanya kita kepada Tuhan? Hal itu dijelaskan lebih lanjut lagi dalam Matius 17:16-20. Murid-murid Yesus tidak bisa menyembuhkan orang yang sakit ayan, lalu orang-orang meminta Yesus untuk menyembuhkannya. Di situ Yesus menegor mereka dan mengatakan bahwa orang-orang itu adalah angkatan yang tidak percaya dan sesat. Lalu apa penyebab murid-murid Yesus tidak bisa menyembuhkan orang itu? "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, –maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu." Disini masalahnya bukan tentang tidak memiliki iman, tetapi karena kurang percaya. Yesus mempersoalkan "tindakan."
Murid-murid Yesus tentu punya iman kepada Yesus dalam hati mereka, tapi karena mereka kurang percaya, akibatnya mereka tidak bisa menyembuhkan orang itu.
Jadi seperti yang dikatakan dalam Yakobus 2:26, penting sekali kita percaya, yaitu tidak hanya beriman tapi sampai bertindak. Kita bisa saja masih memiliki iman yang sama terhadap Tuhan, tapi kadang kadar percaya kita dapat berkurang saat menghadapi suatu masalah. Iman adalah sesuatu yang kita punyai "noun" , sedangkan percaya adalah tindakan yang kita lakukan berdasar pada iman kepada Tuhan. Tuhan tidak peduli dengan kelemahan kita, yang penting kita percaya. Dan percaya adalah suatu tindakan yang aktif.
Jadi, iman bukan barang jadi atau benda mati, tetapi iman itu berjalan dalam proses menuju kesempurnaannya. Iman itu bertumbuh oleh firman Allah, oleh pengujian, oleh pencobaan, oleh aniaya dan penderitaan, oleh kehidupan padang gurun, oleh karena dipraktekkan dan oleh persoalan yang kita alami.
PERTUMBUHAN IMAN:
1. Iman bertumbuh oleh firman Allah
- Firman Allah katakan bahwa iman itu timbul dari pendengaran, yaitu pendengaran akan firman Allah (Roma 10:17). Jadi supaya iman bertumbuh dan bertambah teguh, kita memerlukan setiap hari firman Tuhan untuk dibaca, direnungkan dan dipraktekkan; supaya kita mendapat kekuatan Allah. Sebab hanya kekuatan Allah yang mampu mengalahkan dunia (Roma 1:16-17; I Yohanes 5:4-5 ).
Kepada Timotius rasul Paulus menulis, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik"(2 Timotius 3:12,16,17).
Sejalan dengan perjalanan hidup dalam dunia yang semakin jahat, maka dibutuhkan iman yang bertumbuh sampai mencapai kedewasaan penuh.Karena beriman kepada Yesus Kristus sebagai TUHAN dan Juruselamat bukan saja tindakan sesaat ketika kita menghadapi persoalan, tetapi juga merupakan sikap yang berkesinambungan yang harus bertumbuh dan dikuatkan (Yoh 1:12 ).
2. Iman bertumbuh oleh pengujian
- Pengujian iman adalah tindakan Allah untuk meningkatkan iman seseorang menjadi lebih berkualitas. Oleh karena iman itu hidup, maka setiap orang percaya harus juga siap menghadapi ujian-ujian yang diperlukan bagi pertumbuhannya untuk dapat memperoleh buah yang matang. Perhatikan bagaimanaAyub (Ayub 1-42); Abraham (Kejadian 22); Daniel(Daniel 6); Sadrakh, Mesdakh dan Abednego (Daniel 3) dll.
3. Iman bertumbuh dalam pencobaan
- Pengujian berbeda dengan pencobaan. Pencobaan yang berasal dari Iblis bertujuan untuk menipu dan membinasakan manusia (Kejadian 3:1-5; Yohanes 10:10). Tetapi pencobaan yang dari Tuhan dipakai-Nya untuk merendahkan hati dan untuk mengetahui isi hati kita (Ulangan 8:2). Reaksi-reaksi negatif yang muncul dari pencobaan akan dipangkas oleh Tuhan. Setelah itu Tuhan akan memulihkan kita dengan penghiburan dan memberi hati yang baru, yaitu hati yang taat (Yehezkiel 11:19,20).
4. Iman bertumbuh dalam penganiayaan dan penderitaan
- Tuhan Yesus mengalami penderitaan sejak bayi (Matius 2:12-15). Di sepanjang hidup dan pelayanan-Nya tidak pernah sepi dari penderitaan dan aniaya. Murid-murid-Nya dan Gereja mula-mula juga mengalami hal yang sama. Kaisar Nero menjadi pemicu aniaya terhadap Gereja Tuhan tanpa alasan (tahun 64 M). Tetapi meskipun demikian tidak ada seorang pun murid Tuhan Yesus yang murtad karena aniaya dan penderitaan. Gereja-Nya pun tidak pernah surut, tetapi sebaliknya semakin bertambah besar dan kuat. Hingga pada saatnya dunia tidak mampu lagi membendung perkembangan dan pertumbuhan Gereja dan akhirnya pada zaman Konstantinus Agung (tahun 312 M) Gereja resmi dijadikan agama negara yang satu-satunya.
Kepada Timotius rasul Paulus menulis, "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya" (2 Timotius 3:12). Mengapa demikian? Karena penderitaan bukan saja merupakan akibat dari ibadah kita, tetapi juga merupakan sebuah panggilan dan karunia (Filemon 1:29). Terhadap dunia, penderitaan yang kita alami disebabkan oleh adanya roh kemuliaan yang ada di dalam kita (1 Petrus 4:14); tetapi terhadap diri kita sendiri setiap penderitaan yang kita alami bernilai sebagai karunia panggilan dan sebagai alat pendidikan dan untuk menumbuhkan iman kita.
5. Iman bertumbuh dalam kehidupan padang gurun
- Padang gurun adalah istilah yang sering kita pakai untuk menggambarkan situasi dan keberadaan sulit yang sedang kita alami. Padang gurun adalah waktu-waktu yang sangat penting untuk menguji hati dan iman kita, apakah kita tetap melekat kepada TUHAN. Padang gurun juga merupakan perjalanan yang harus dialami oleh setiap orang percaya, sebab di sanalah karakter kita dibentuk. Kita dilatih bagaimana menghadapi persoalan dengan sikap-sikap yang baru sebagai manusia baru yang telah datang.
- • Firman Tuhan dan mengalami padang gurun akan membawa pertumbuhan iman yang berkemenangan. Namun hal ini belum cukup, sebab TUHAN menghendaki kita memiliki iman yang sempurna (Yakobus 2:22). Jadi, iman diperlukan dalam perjalanan padang gurun kita masing-masing untuk pembentukan karakter kita dan demi pertumbuhan iman kita.
• Di samping itu perjalanan di padang gurun adalah pembuktian akan adanya watak asli yang kita miliki selama ini. Dan semuanya akan memancar keluar sebagai reaksi atas setiap masalah yang sedang kita hadapi, kemudian akan berganti dengan karakter yang baru.
6. Iman bertumbuh karena dipraktekkan
- Surat Yakobus menulis bahwa iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati (Yakobus 2:17.) Iman yang mati jelas tidak bertumbuh. Karena itu iman yang demikian tidak berguna.
Perbuatan-perbuatan dimaksudkan adalah perbuatan yang sejalan dengan iman yang kita miliki. Perbuatan bagi pelayanan kita kepada TUHAN dan kegiatan melayani sesama (Roma 12:11; 1 Petrus 4:10 ). Tindakan rela melayani TUHAN dan melayani sesama merupakan tindakan aktif yang menempatkan hidup kita sebagai hamba kebenaran. Menyadari bahwa hidup kita telah ditebus dengan darah yang mahal, yaitu darah Anak Domba Allah, sepatutnyalah kita tidak lagi menyerahkan anggota-anggota tubuh kita menjadi senjata kelaliman melainkan untuk menjadi senjata-senjata kebenaran (Roma 6 :13).
7. Iman bertumbuh dengan persoalan
- Orang percaya tidak pernah lepas dari persoalan (Mazmur 34:20). Kalau cara menghadapi persoalan itu dengan sikap dan cara yang lama, pasti kita akan kalah. Sebaliknya jika kita menghadapinya dengan sikap yang baru, pasti kemenangan akan kita peroleh.
Reaksi kita atas persoalan bisa keluar melalui perkataan, tetapi bisa juga dengan tindakan. Dan reaksi yang kita lakukan itu akan menunjukkan siapa jati diri kita sebelumnya. Sebagaimana firman Tuhan katakan, bahwa pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik, tetapi pohon yang tidak baik akan menghasilkan buah yang tidak baik pula (Lukas 6:43-45).
Pertumbuhan iman dimaksudkan bukan saja untuk kita beroleh penggenapan janji Allah, tetapi dengan iman juga akan membimbing kita untuk tetap melekatkan hati kita kepada TUHAN. Hidup berharap dan bergantung kepada TUHAN itulah yang akan membentuk hidup kita sebagai manusia rohani.
MENGAPA IMAN HARUS DITUMBUHKAN DAN DIKUATKAN?
Di depan telah dijelaskan bahwa iman itu hidup. Bukan hanya sekedar hidup, tetapi hidup yang tidak kerdil, tetapi sehat, dan subur sehingga dapat berbuah. Untuk itu iman harus ditumbuhkan dan dikuatkan.
- 1. Supaya Iblis tidak memperdaya kita, mengingat kita memiliki kelemahan di dalam daging dan jiwa kita yang memungkinkan dapat dicobainya.
2. Untuk menantikan penggenapan janji Allah dan ketaatan untuk berpegang pada perintah TUHAN (Ulangan 8:1-3, 17-18 ).
3. Supaya tidak jatuh pada kesesatan di tengah dunia yang semakin jahat (2 Tesalonika 2:1-12; 2 Timotius 3:1-9 ).
4. Supaya berkemenangan sampai pada akhirnya, yaitu kehidupan kekal. (2 Timotius 4:7-8; Wahyu 2:7,11,17,26-28; 3:5,12,21 ).
Oleh karena iman, kita dikuatkan oleh Allah:
- "Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanm sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir" (1 Petrus 1:5).
Tanya:
Samuel Tendean wrote:Tanya: Apakah orang yang beriman masih bisa dirasuki roh jahat? thks, Gbu
Ketika roh jahat itu masuk, artinya orang itu masih punya "ruang ketidak-percayaan" yang membuatnya imannya tidak penuh. Dari rongga-rongga yang ada ini, roh jahat bisa merasukinya. Alkitab menulis "dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis"(Yohanes 13:26b,27a) Nah, ayat itu tidak mungkin dapat disangkali bahwa Iblis dapat merasuki Yudas. Mengapa Iblis dapat merasuki Yudas Iskariot? Sebab dalam hatinya masih terdapat "ruang ketidak-percayaan" kepada Yesus Kristus, sehingga dapat dirasuki roh jahat.
Yudas Iskariot dan adalah salah satu murid Yesus yang dipanggil mengikut Yesus. Ketika dia bersedia dipanggil dan turut serta dalam pelayanan Yesus, saat itu ia pasti punya kepercayaan dengan menyambut undangan Yesus itu. Namun dalam proses ketika ia dimuridkan, masih ada rongga-rongga ketidak percayaan, dalam kehidupan bersama Yesus dia tidak mendapat pertumbuhan iman. Dan kemudian fatal akibatnya ia kerasukan Iblis dan mengkianati Sang Guru. Maka, jemaat Kristus yang berisi orang-orang percaya, juga akan dapat mengalami keadaan sebagaimana yang dialami Yudas, bisa murtad, dan bisa mengkianati ketika sudah ada ruang ketidak-percayaan kepada Kristus, apabila itu diteruskan, dia dapat dirasuki Iblis/ roh jahat dan dapat mengakibatkan hal yang paling fatal, yaitu murtad.
Oleh karena itu, milikilah iman yang penuh disertai dengan perubahan hidup dan pikiran sehingga kita berjalan dari kemenangan kepada kemenangan. Jangan membiarkan ada rongga-rongga ketidak percayaan yang menyebabkan kelemahan iman. Kita harus "menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus" (2 Korintus 10:5).
Blessings,
Komentar
Posting Komentar