Padang Gurun
Padang Gurun
Pdt. Petrus Agung Purnomo
Setiap
Bulan Kami Enam Hamba Tuhan berdoa bersama-sama. Tuhan memberikan suatu Mimpi kepada
Ibu Iin Tjipto, Lima atau Enam Tahun Yang Lalu ia diberi Mimpi tentang : Setiap
orang Kristen yang hidup dalam Tuhan Yesus Kristus memiliki Tujuh Tingkatan.
Saya
menggambarkan seperti Piramida dengan pembagian tujuh tingkatan yang
berbeda-beda sehingga ini sebuah aspek yang harus kita perhatikan secara
keseluruhan.
Kita
akan mempelajari tingkatan yang paling dasar dulu yaitu Padang Gurun, kemudian
kita akan mempelajari tingkatan selanjutnya sampai tingkatan yang ke tujuh.
Tingkatan
yang pertama itu adalah Padang Gurun, seperti dalam penglihatan itu keadaannya
sangat gersang seperti di Padang Gurun.
Tuhan
berkata : “Ada banyak anak-anak Tuhan ketika dia menjadi orang kristen terima
Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat Pribadinya, hidupnya seperti di
Padang Gurun. Hidupnya serba kekurangan, secara rohani begitu-begitu saja,
tidak mengalami kemenangan.”
“Kalau
berdoa doanya kadang-kadang dijawab Tuhan kadang-kadang tidak dijawab Tuhan,
bahkan kalau ditanya banyak yang mana ? : Jawabnya : banyak yang tidak dijawab,
tidak ada kemenangan yang total, dan hampir-hampir tidak ada bedanya dengan
orang dunia.”
Tetapi
dalam keadaan yang gersang ini orang-orang kristen ini pun kelihatan
biasa-biasa saja. Dia merasa bahwa dirinya seharusnya berada disitu, dia
berkata : “Ya seperti ini mau apa lagi ? Orang kan lain-lain nasibku memang
seperti ini.”
Tuhan
merasa sedih sekali, karena sebenarnya bukan itu yang dia inginkan dalam
kehidupan kita. Tapi banyak orang kristen yang sebetulnya tingkatannya seperti
itu. Secara rohani tidak ada yang hebat, secara jasmani juga ada kekurangannya,
hidupnya serba tidak cukup, tiap hari isinya Cuma mengeluh, apa yang
dikerjakannya Cuma mengeluh, isinya berkeluh kesah, menggerutu, mengomel dan
kadang-kadang marah dengan Tuhan, kecewa sama orang lain, tidak ada yang
bahagia dalam hidupnya.
Dilapisan
paling bawah ini, istilahnya seperti ini : hidup tidak cukup karena semuanya
serba mepet, serba tidak ada, serba kekurangan, serba pas-pasan, serba berat.
Tiap hari kehidupannya dilewati dengan berat, kalau siang kepanasan, kalau
malam kedinginan. Tidak pernah ada cuaca yang pas buat kehidupan kita, untuk
kita bisa nikmati hidup ini. Dan Tuhan berkata : “Aku sedih karena begitu
banyak anak-anakKu yang tidak bergerak, tidak berbuat apa-apa dan tidak mau
lagi berjuang agar bisa naik keatas.”
Dalam
Level Padang Gurun ini, Apa Sebenarnya Yang Tuhan Mau ?
Matius
7 : 7-11
Hal
pengabulan doa
7:7 "Mintalah, maka akan
diberikan kepadamu; q
carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah 1 , maka pintu akan dibukakan bagimu. 7:8 Karena setiap orang yang meminta, menerima dan
setiap orang yang mencari, mendapat r
dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. 7:9 Adakah seorang dari padamu yang memberi batu
kepada anaknya, jika ia meminta roti, 7:10 atau memberi ular, jika ia meminta ikan? 7:11 Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi
pemberian yang baik s
kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik
2 kepada mereka yang meminta
kepada-Nya."
Ayat
ini sebenarnya kalau kita membaca secara hurufiahnya, seharusnya kalimatnya
kita baca begini : Minta dan terus mintalah ! Bukan minta sekali, tetapi minta
dan terus mintalah ; cari dan terus carilah ; ketok dan terus ketoklah ; itu
bukan satu kali tindakan, tapi sesuatu yang tanpa henti dan terus menerus
dikerjakan dalam kehidupan kita.
Hanya
orang yang sudah lelah dengan keadaan padang gurun maka dia akan terus minta,
dia akan terus cari, dia akan terus ketok sampai dia dapatkan dan pintu
dibukakan bagi dia, baru kemudian dia berkata “Amin Tuhan” dan dia Lepas.
Kesaksian
Pdt. Petrus Agung Purnomo : Saya lahir dari keluarga yang sangat sederhana,
usia 17 tahun saya menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi
saya, saya lahir baru. Tiga bulan kemudian Tuhan memanggil saya sebagai Hamba
Tuhan. Ketika saya cerita hal itu, orang yang pertama menentang adalah ayah
saya sendiri. Beliau aktif di gereja sejak usia muda dan mengerti bagaimana
kehidupan pendeta, tapi justru itulah yang membuatnya berkata : “Jangan Jadi
Pendeta ! Aku tahu sengsaranya jadi pendeta, gajinya pas-pasan, dimaki-maki
majelisnya terus, kotbahnya tidak pernah bagus buat majelis, kalau mau kenaikan
gaji harus dirapatkan dulu, diomongkan, dinilai layak dan tidak layak, itu
adalah pekerjaan paling hina” Dan saya bilang, “Papi kan di gereja?” dan beliau
menjawab : “Justru karena aku di gereja, makanya aku tahu. Jangan sampai anakku
jadi pendeta, hidupnya sengsara seperti begini” Karena memang dalam hidupnya,
beliau membela pendeta-pendeta yang hidupnya berat. Mungkin karena itulah
sekarang ini anaknya jadi pendeta.
Tapi
alasan orang tua saya jelas : “Kamu tidak akan bahagia, nak. Hidupmu akan
susah, kamu akan kekurangan terus. Untuk apa hidup seperti itu ? kamu bisnis
dan menghasilkan uang, dan dengan uang itu kamu boleh melayani, tidak
mengharapkan gaji dari siapa-siapa, bahkan kamu dapat memberkati banyak orang
dengan uangmu.” Pendapat ini masuk akal bukan ? Itu menurut manusia.
Tapi
memang demikian kenyataan keadaan pada waktu itu. Saya bertemu dengan
teman-teman hamba Tuhan yang saya kenal, dan kehidupan mereka kekurangan,
kurang lebihnya seperti yang dikatakan ayah saya. Jadi saya paham kekuatiran
ayah saya, supaya hidup saya kelak tidak seperti itu.
Tapi
panggilan Tuhan dalam hidup saya sangat kuat. “Jadi HambaKu, nak ! Jadi
HambaKu, nak !”
Ketika
saya lahir baru, saya mulai suka membaca buku-buku rohani, tapi saya tidak
punya uang untuk membeli buku-buku itu. Makanya saya pergi ke Toko Buku Rohani
satu-satunya yang ada pada waktu itu di Semarang.
Saya
masuk ke toko buku itu ; saya mengintip beberapa halaman dan saya baca.
Berkali-kali saya ditegur oleh penjaga toko buku itu : “Maaf ya, ini bukan
perpustakaan lho” katanya. Jadi kalau saya selesai baca selembar, saya pindah
lagi ke rak lain, baca selembar lagi dan saya pulang. Dan minggu depan saya
lanjutkan ke halaman ke dua, jika sudah dibeli orang ya saya tidak bisa
melanjutkannya lagi.
Saya
punya kerinduan mau belajar dan mengenal Tuhan lebih lagi, sampai kemudian saya
membaca buku Kenneth Hagin tentang Iman. Saya tidak mengerti soal Iman.
Bagaimana saya bisa mengerti, karena membaca buku selembar disini dan selembar
disana. Tapi minimal saya menangkap : Iman itu penting ! Dan kalau saya
mengerti tentang Iman, saya tidak mungkin hidup kekurangan.
Mungkin
anda meminta pendeta untuk mendoakan. Jika kondisinya seperti itu artinya anda
tidak menggedor pintunya Surga, karena Tuhan berkata : “Minta dan terus
mintalah, cari dan terus carilah, ketok dan terus ketoklah !” Sampai engkau
diberi, sampai engkau mendapatkan dan sampai dibuka pintu buat saudara.
Semangat
jiwa yang seperti itulah yang membedakan orang yang satu dengan yang lainnya.
Karena begini : Dilevel awal anda tidak mempunyai kemampuan untuk
menggelinding, sebab gambarannya masih seperti kotak, jadi tidak bisa
gelinding, hanya setelah dibentuk menjadi bulat anda baru bisa menggelinding.
Seperti roda yang bentuknya kotak tidak akan bisa mengelinding. Lebih baik naik
kuda daripada naik mobil dengan roda kotak. Pemahaman ini akan terus meningkat,
sampai di sebuah titik nantinya anda akan mengerti.
Kebanyakan
orang nggelinding wae itu adalah dengan sikap yang tidak peduli, lebih apatis,
pasif dan membiarkan diri kita berkata : “Ya sudahlah, terserah”. Bukan seperti
itu sebenarnya.
Sebenarnya
nggelinding wae yang dikatakan Pak Yusak Tjipto itu adalah level rohani
tertentu, dimana seseorang mencapai tingkat percaya kepada Tuhan sampai tidak
memiliki rasa kekuatiran lagi terhadap sesuatu.
Dan
jika anda terus kuatir dan tidak melakukan apa-apa, itu bukanlah nggelinding.
Bahkan anda tidak bisa bergerak, Kekuatiran yang anda miliki itu sebenarnya
membuat hidup anda macet.
Untuk
mengganti keadaan seperti itu, langkah awal yang harus anda lakukan untuk naik
dari level pertama ke level kedua adalah anda harus mengikuti apa yang Tuhan
perintahkan.
Tapi
seberapa banyak orang yang mau mengejar dan berkata : “Aku mau ubah hidupku
bersama dengan Tuhan,” Dan Tuhan berkata kepada saya :”Tidak banyak nak.”
Ketika
anda menikmati kesaksian dari hamba-hamba Tuhan di tingkat tertentu, anda
berkata : “Enak ya jadi pendeta.” Sebenarnya mereka hanya menceritakan enaknya
saja, disisi tidak enaknya jarang mereka menceritakannya. Apakah ini menipu ?
Tidak, mereka hanya menceritakan sebagian saja.
Jadi
apakah kehidupan para Hamba Tuhan itu hanya seperti dongeng ? Tentu tidak, ada
sisi lain yaitu sisi bayar harganya, ini jelas ada. Anda harus memahami hal
ini. Kalau anda punya Iman, saya percaya hidup anda pasti berubah.
Saya
mendatangi satu persatu hamba Tuhan yang saya kenal, dan hanya satu yang saya
tanyakan : “Iman itu apa ?” Saya ingin tahu dari ungkapan mereka tentang Iman,
tapi bukan arti dari iman yang ada di kitab Ibrani 11. Saya ingin mereka cerita
apa yang mereka tahu tentang iman. Dan ternyata tidak ada satu pun yang bisa
menjawab tentang Iman itu.
Hingga
suatu hari saya bertemu dengan seorang pendeta, dan saya bertanya lagi soal
iman. Pendeta ini tinggal diluar kota dan untuk sampai sana saya harus naik
bus, sedangkan waktu itu saya tidak punya motor, saya hanya memiliki sepeda,
padahal gerejanya itu didesa, agak jauh berjalan kaki dari tempat stasiun bus
berhenti.
Saya
berkata : “Tolong ajari saya tentang iman itu apa, saya akan ke rumah bapak
seminggu dua kali, sampai saya mengerti tentang iman itu dan sampai saya punya
iman itu, supaya saya mempunyai sepeda motor sendiri.” Saya sangat membutuhkan
itu. Saya butuh iman yang nyata, saya tidak butuh teori iman. Saya butuh iman
yang real, yang nyata. Sebab dalam Alkitab Tuhan Yesus itu luar biasa, Dia
sampai menjanjikan kita bisa memindahkan gunung.
Dan
waktu itu saya berkata :”Pak ajari saya. Saya ingin punya sepeda motor sendiri,
saya ingin punya iman untuk saya punya sepeda motor.”
Saya
ingin mengerti yang ada di dalam Alkitab ini sampai saya punya iman ! Sampai
saya punya sepeda motor sendiri.
Tetapi
kebanyakan orang seringkali melakukan lain. “Pinjam uangnya untuk membeli
sepeda motor.” Hal seperti itu gawat. Seberapa anda ini berjuang dengan hidupmu
tapi memakai cara Tuhan.
Kemudian
beliau berkata dengan sangat sopan,dan rendah hati : “Saya sendiri tidak punya
sepeda motor, bagaimana saya mengajari kamu tentang iman ? Seandainya saya
punya iman itu, saya pasti sudah memiliki sepeda motor, tetapi saya tidak
memiliki, jadi bagaimana saya bisa mengajari kamu soal iman ?” Saya kaget
mendengar jawabannya. Kami bersalaman berjabat tangan dan saya berkata : “Kita
ini sama miskinnya ya pak ? Sama-sama miskin bisa saling rukun luar biasa.”
Sejak
saat itu saya berhenti bertanya kepada hamba Tuhan. Kemudian saya kembali ke
toko buku itu, dan saya menemukan buku dengan judul yang aneh : “Dimensi Ke
Empat” tulisan Dr. Cho. Sejujurnya saya tidak pernah membaca buku itu dari awal
sampai akhir, hanya mengintip dengan pertolongan Roh Kudus, saya hanya melihat
satu ayat Firman Tuhan.
Dr
Cho menjelaskan bahwa kata firman itu berasal dari kata Rhema. Dan Saya
mengerti arti kata rhema itu dari buku karangan Kenneth Hagin.
Rhema
adalah firman Allah yang sedang dikatakan-Nya. Firman rhema
adalah suatu firman pilihan Allah, yang spesifik, yang dihidupkan. Sering kali
rhema datang dari firman logos (yang tertulis), atau dari karunia-karunia Roh
yang lain, tetapi rhema tidak pernah berlawanan dengan Firman yang tertulis.
Sebuah firman rhema adalah firman dari Allah kepada kita yang di khususkan
untuk saat ini.
Saya
sangat kaget. Tiba-tiba didalam roh saya melompat ! Dan saya tahu artinya iman
! Sejak saat itu semua berubah. Saya bisa jelaskan kepada anda. Jika anda
berkata : “Saya Imani, Saya Imani” hal itu tidak bisa karena itu bukan berasal
dari rhema.
Tuhan
mengajarkan kepada saya : Apabila punya keinginan maka hadapkan ke Tuhan, nanti
Tuhan bicara apa, itu yang jadi iman. Seperti ada sesuatu yang masuk dengan
kuat sampai ada ledakan didalam, dan itu jadi kenyataan.
Jika
anda bertanya bagaimana rasanya ? Anda harus mengalaminya sendiri. Kira-kira
kalimatnya seperti itu tadi. Tapi itu semua adalah bagian dan proses dari saat
Dia berkata : “Cari dan terus cari, ketok dan terus ketok, sampai akhirnya
dapat !”
Apakah
sekarang saya punya pergumulan sepeda motor ? Tidak Saya baru mendapatkan
undian sepeda motor dari satu bank, nggilinding wae. Saya berikan pada gereja
agar dapat digunakan untuk pelayanan. Tapi dulu saya berjuang untuk mendapatkan
sepeda motor. Saya cari pendeta yang bisa mengajari untuk bisa punya iman untuk
mendapat sepeda motor. Hari ini saya melayani Tuhan dan bersukacita karena
anugerahNya, tiba-tiba bank itu memberi saya motor.
Kalau
anda perhatikan itu semua adalah bagian dari sebuah perjuangan. Jangan puas
dengan keadaanmu di bawah ! Kalau anda belum lelah dengan keadaanmu sekarang
maka anda tidak mau mencari kekayaan. Sebenarnya saya tidak mau mencari
kekayaan. Kenapa saya mengejar iman itu ? Karena saya ingin jadi hamba Tuhan.
Tapi tantangannya muncul dari orang tua saya sendiri yang berkata : “Hamba
Tuhan tidak mungkin diberkati hidupnya !” Sampai saya bertanya : “Apa betul
begitu Tuhan ?”
Lalu
saya membaca buku-buku itu, karena buku itu ditulis oleh orang-orang yang
berkemenangan dalam hidup mereka, yang tinggal dibelahan dunia yang lain,
bahkan waktu itu saya tidak pernah menyangka bahwa akhirnya saya bisa bertemu
dengan mereka secara pribadi. Saya mengintip buku mereka selama
berminggu-minggu untuk mendapatkan satu sampai dua halaman, tiap hari ini semua
itu tidak sia-sia karena itu jadi dasar yang sangat kuat sampai dengan hari
ini.
Dan
saya berkata : “Kalau saya tahu yang namanya iman itu pasti semua beres.” Dan
tiba-tiba itu saya dapatkan. Anda tahu hal itu besar apa yang pertama kali saya
dapatkan ? Ternyata bukan sepeda motor. Perjuangan itu bukan Cuma satu atau dua
hari kemudian langsung kita dapatkan. Tidak. Perjuangan itu lama, terus dan
terus berkata : “Aku Percaya, Aku Percaya.” Tuhan mengajari saya dengan cara
yang aneh.
Suatu
hari saya bertemu dengan seorang Hamba Tuhan. Dia ini mau terbang dari Semarang
ke Jakarta, dan saya membawakan kopernya. Terus kami antri di loket. Ketika dia
membuka dompetnya, entah dia punya maksud show off atau pamer atau mungkin
tidak sengaja, isi dompetnya terlihat oleh saya. Sangat jelas sekali karena
memang posisinya seperti ditunjukkan kepada saya. Dan saya melihat uangnya
banyak sekali. Saya sempat berpikir kalau-kalau dia ingin sedikit memberi
sesuatu kepada saya siapa tahu ?
Dalam
hati saya terlintas : “Ini pendeta kok tidak melarat ya ?” Sebab zaman itu
orang naik pesawat itu adalah suatu kemewahan. Dalam hati : “Naik Pesawat,
duitnya banyak.” Tidak lantas membuat saya berkata : “Pendeta duitnya banyak.”
Tapi saya berkata dalam hati : “Dia diberkati, mengapa saya tidak ?” Saya pasti
bisa diberkati. Dia ini hamba Tuhan dan dia tidak melarat. Saya ini juga hamba
Tuhan, mengapa saya harus melarat ? Saya punya Tuhan yang sama yang sanggup
memberkati saya.
Maukah
anda mencarinya ? Atau anda nyaman dan berkata : Lumayan di padang gurun, dari pada di Mesir dipukuli, lebih baik merdeka
di padang gurun. Tapi kalau anda berkata :”Saya capek Tuhan dengan hidup ini.
Doakan saya dan impartasikan kepada saya.” Itu adalah cara yang paling mudah,
tapi engkau diberi PR oleh gurumu tapi orang tuamu membuatkan PRnya sehingga
saat ujian tidak bisa. Bukannya tidak mau mendoakan tapi sudah waktunya kita
belajar dan dewasa. Dalam pergumulanmu dengan Tuhan, Anda akan mendapatkan
kunci-kunci Kerajaan Surga dan itu akan membawa perubahan hidup yang radikal. Amin
Jatiwangi,
13 April 2016
By
His Grace
Joshua
Ivan Sudrajat S
Komentar
Posting Komentar