Lindungi Ziklag 3
Lindungi Ziklag 3
Pdt. Petrus Agung Purnomo
Mengapa
Ziklag kena sergap dan terbakar ? Di zaman itu sampai zaman sebelum peristiwa
Ziklag terbakar tidak ada jatah jarahan bagi orang yang tidak ikut berperang.
Hukumnya adalah : Hanya mereka yang ikut berperang yang boleh mendapatkan
jarahan. Mereka yang tidak ikut berperang tidak mendapatkan jarahan. Maka
ibu-ibu akan berkata kepada suami-suami mereka : “Jika kamu tidak ikut perang,
kamu tidak dapat jatah dan kita tidak makan apa-apa. Jika kamu tidak ikut
berperang maka keluarga kita akan mati.” Didorong oleh karena kebutuhan seperti
itulah akhirnya mereka melupakan satu hal yaitu Perlindungan dan Proteksi atas
apa yang mereka tinggalkan. Akibatnya Ziklag diserbu, maka sadarlah Daud bahwa
segala sesuatu itu pasti ada sebabnya. Sejak saat Ziklag terbakar Daud
menyadari satu hal, yaitu dia mengabaikan perlindungan atas orang dan barang
yang ditinggalkannya ketika mereka pergi berperang. Setelah Ziklag terbakar,
barulah hukum itu berubah.
Diantara
kita ada yang mengalami serangan-serangan setan secara frontal, baik secara
fisik, jiwa ataupun spirit. Yang mengalaminya merasa tidak berdaya, seolah-olah
Ziklag yang terbakar habis, sepertinya dihabisi oleh setan. Kita diinjak-injak
oleh persoalan-persoalan kita, rumah tangga kacau, anak sakit, bisnis ditipu
orang, persoalan datang secara bertubi-tubi dan tidak pernah selesai justru
semakin bertambah parah. Walaupun kita mengalami demikian, datanglah kepada
Tuhan karena setiap peristiwa yang kita alami memberikan dua pilihan : membuat
anda menjadi lebih baik (better) atau membuat anda menjadi pahit (bitter). Jika
kita mengatakan : “Tuhan, semua peristiwa yang aku alami pasti ada hikmahnya.
Semua yang kita alami tidak mungkin tidak ada yang kebetulan. Ini seharusnya
akan membuat kita menjadi better, maka kita akan mencari Tuhan.” Kita akan
mempelajari semuanya ini sambil meminta kepada Roh Kudus untuk menolong kita.
Dan kita berdoa : “Tuhan tunjukkan apa yang selama ini aku abaikan, sehingga
aku kena serangan, ketika serangan datang aku tidak bisa menghadapinya seperti
orang kecurian atau terbakar habis harta bendanya.”
Jika
kita berhenti mencari Tuhan, dan menjadi seperti orang Israel yang begitu pahit
hati, sehingga Daud hampir dilempari batu dan mereka marah kepada Tuhan, kita
akan menjadi orang yang mengalami kepahitan (bitter). Apakah kita menjadi
Better atau Bitter ? Pilihan ada ditangan kita semua. Mari kita memilih Better
bukan bitter.
Pada
peristiwa itu Daud sadar bahwa ada yang dia abaikan. Ada hal yang tidak begitu
dipedulikan Daud, ia hanya memikirkan untuk maju berperang. Kita ingin
benar-benar mengapa terjadi seperti itu. Ternyata Ziklag bukan sekedar tanpa
penjagaan, bukan hanya ada bagian yang diabaikan dan tidak mendapat perhatian.
Ziklag mempunyai sejarah yang sangat panjang. Sedangkan sejarah sebuah kota
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh atmosfir daripada daerah itu. Ziklag
sebenarnya merupakan daerah yang ketika Yosua masuk, adalah bagian dari
orang-orang Yehuda, orang-orang Yehuda yang pertama kali mendapat Ziklag.
Tetapi
Yehuda merupakan suku yang ajaib, suku yang dari awalnya diberkati oleh Yakub :
“49:9 Yehuda t
adalah seperti anak u
singa: v
setelah menerkam, w
engkau naik ke suatu tempat yang tinggi, hai anakku; ia meniarap dan berbaring
seperti singa jantan atau seperti singa betina; siapakah yang berani
membangunkannya? 49:10 Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari
Yehuda x
ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak
y
atasnya 1 , maka kepadanya z
akan takluk bangsa-bangsa.” (Kejadian 49:9-10). Suku Yehuda mendapat jatah yang
terlalu besar sedangkan ada suku lain yaitu Suku Simeon yang belum mendapatkan
jatah. Kemudian Yosua berkata : “Milik pusaka bani Simeon diambil dari bagian
bani Yehuda i .
Karena bagian bani Yehuda itu terlalu besar bagi mereka, maka bani Simeon
menerima milik pusaka di tengah-tengah mereka. j”
(Yosua 19:9). Jadi Suku Simeon hidup ditengah-tengah Suku Yehuda dan ada
sebagian jatah Suku Yehuda yang diambil Suku Simeon, diantaranya Ziklag. Jadi
dari awalnya Ziklag ini direlakan oleh Suku Yehuda untuk diambil Suku Simeon,
katanya : “Ambillah, ambillah.” Ziklag seperti kota yang diabaikan. Memang
selalu ada hal-hal yang kita abaikan.
Tetapi,
entah bagaimana suku Simeon pun tidak sepenuhnya menguasai kota itu. Karena
tidak ada kabar, tidak ada apa-apa, maka kota itu tetap dipegang oleh
orang-orang Filistin. Bukannya termasuk dalam wilayah suku atau bani Simeon
tetapi justru termasuk wilayah orang Filistin. Ketika Daud dikejar-kejar oleh
Saul dia berkata : “Sudahlah, aku mengungsi ke Tanah Filistin saja.” Dan dia
lari ke daerah orang Filistin dan Saul tidak mengejar dia lagi. Didaerah
Filistin itulah Daud dan tentaranya berbicara kepada penguasa daerah itu. Dia
berkata : “Cobalah berikan kepadaku sebuah tempat supaya aku bisa tinggal. Aku
minta tanah datar saja. Jika dipegunungan nanti disangka aku membuat benteng.”
Lalu oleh orang Filistin, Kota Ziklag diberikan kepada Daud. Jadi Ziklag
menjadi sebuah kota yang tidak ada yang mau menerima. Seakan-akan menjadi piala
bergilir. Diberikan kepada Yehuda tidak diurus, diberikan kepada Simeon tidak
diurus, ketika diambil orang Filistin diminta oleh Daud, Ziklag juga diberikan.
Kota ini atmosfirnya adalah diabaikan dan tidak diurus, tidak ditangani dengan
baik dibiarkan begitu saja.
Pada
akhirnya Ziklag mengundang serangan orang Amalek. Mengapa Amalek menyerang
Ziklag ? Salah satunya karena balas dendam, Ketika Daud tinggal diantara orang
Filistin, jika Daud berperang ia tidak pernah mengambil tawanan, tetapi
membantai semua lawannya sampai habis. Diantara yang dibasmi adalah orang
Amalek. Kota Ziklag diliputi atmosfir tertolak. Diberikan kepada siapapun
sepertinya tidak ada gunanya. Seolah-olah bangsa-bangsa berkata : “Kami tidak
butuh kota ini” Dan inilah menjadi penyebab rasa tidak dibutuhkan yang terasa
kuat dikota itu. Sehingga pada waktu Daud mendapatkan tempat itu tidak ada
kepentingan yang kuat yang mendesak dan berkata : ”Aku mau mempertahankan kota
ini.”
Semua
ini ada hikmahnya. Tidak ada kebetulan. Semua peristiwa pasti ada hikmahnya.
Keadaan anggota pasukan yang mengalami pukulan serangan yang berat dari musuh
membuat kita ingat, jika kita berhenti dan tidak mengawal mandat dan berkat
yang sudah diterima, akan terjadi kerugian yang luar biasa. Biarkan Tuhan memulihkan setiap orang yang
tertunduk letih, lelah dan lesu. Biarlah Tuhan membangkitkan kembali hati
orang-orang yang sudah mulai tawar. Itulah kenyataan sebuah peperangan, selalu
ada korban, selalu ada yang sakit, selalu ada yang kena serangan. Kita juga
melihat dalam hidup kita setiap hari, berapa banyak orang-orang yang melayani
Tuhan, pada akhirnya mereka menjadi kepahitan. Mereka adalah orang-orang yang
kena panah api setan dan membiarkan panah-panah itu terus menancap dihidupnya
dan menyebarkan racun yang semakin mengerikan.
Ketika
Raja Yoas maju berperang, ia datang kepada Elisa yang sedang sakit dan hampir
mati. Elisa berkata kepadanya : “Ambillah busur dan anak-anak panah !” Yoas
menarik busurnya dan hendak memanah sembarangan. Tetapi Elisa mencegahnya, serta
berkata “Bukalah jendela yang sebelah timur !” Dan ketika dibukanya, berkatalah
Elisa : “Itulah anak panah kemenangan dari Tuhan, anak panah kemenangan
terhadap Aram. Engkau akan mengalahkan Aram di Afek sampai habis lenyap.” (2
Raja 13:15-17).
Sesudah
itu berkatalah Elisa : “Ambillah anak-anak panah itu ! Pukulkanlah itu ke tanah
!” Lalu Raja Israel memukulkannya tiga kali ke tanah, dan kemudian ia berhenti.
Apa hubungannya musuh dengan anak panah dan tanah ? Kita mungkin berpikir Elisa
itu hanya orang tua yang sudah pikun, sekarat dan hampir meninggal serta
mengajari kita begitu. Itu salah besar. Yoas hanya memukulkan anak panah itu
tiga kali. Entah apa yang ada didalam pikirannya, tetapi gusarlah nabi
kepadanya serta berkata : “Seharusnya engkau memukul lima atau enam kali !
Dengan demikian engkau akan memukul Aram sampai habis lenyap. Tetapi sekarang
hanya tiga kali saja engkau akan memukul Aram, dan itu tidak cukup untuk
menghabisi musuh.” (2 Raja 13:18-19)
Ada
banyak orang yang Tuhan perintahkan hal yang sederhana tetapi tidak mau
melakukannya, dan kehilangan berkat yang maksimal dari Tuhan. Seringkali yang
Tuhan perintahkan itu hanya hal yang kecil saja. Jika kita berani melakukan
apapun yang Tuhan perintahkan dalam hidup kita, maka apapun bentuk gerakannya
kita akan menerima dengan iman. Jika pemimpin pasukan kita mendapatkan dari
Tuhan suruh bergerak apapun, ikutilah gerakannya dan kerjakan dengan segenap
hati. Jika mereka tidak mendapatkan apa-apa kita harus bertanya kepada Tuhan sendiri
apa yang harus dilakukan dan lakukanlah persis seperti yang Tuhan kehendaki.
Amin
Jatiwangi,
9 Mei 2016
By
His Grace
Jurnalis
: Joshua Ivan Sudrajat S
Komentar
Posting Komentar