Allah Kita Yang Baik
Allah Kita Yang Baik
Oleh : DR. David Yonggi Cho
Manusia di seluruh dunia sekarang ini menghadapi banyak masalah yang di sebabkan karena merasa tidak berarti, miskin, dan merana. Teriakan mereka terus terdengar karena mereka takut pada penyakit dan maut. Orang-orang ini membutuhkan berkat dari Kristus. Dalam perjalanan saya ke luar negeri seperti di Amerika, Inggris, Jerman Barat, Perancis dan negara-negara Skandinavia, dengan jelas nampak bahwa orang di mana-mana berada dalam situasi yang memerlukan pengungkapan berkat ini. Waktu berita ini dikhotbahkan, banyak perubahan yang mengagumkan terjadi dan apt kebangunan rohani mulai bernyala.
Jika kita mengerti sepenuhnya tentang berkat ini, kita dapat menafsirkan Alkitab dari kitab kejadian sampai Wahyu berdasarkan ayat-ayat yang berbicara tentang kebenaran ini. Setelah itu kebenaran Alkitab menjadi hidup dan bersinar dalam terang hidup baru, dan kebenaran itu menjadi makin jelas pada kita. Seperti seorang buta meraba seekor gajah untuk mengetahui bentuknya, maka mereka yang membaca Alkitab tanpa landasan ini tidak bisa mengerti atau menafsikan secara lengkap apa yang mereka baca. Tetapi jika kita membaca Alkitab dengan diperlangkapi dasar teologi yang kokoh ini, maka keseluruhan Firman Allah itu tidak terputus-putus dan pekerjaan Allah yang hidup itu dinyatakan dengan jelas.
Saya ingin menunjukkan kepada saudara jalan masuk ke dalam rumah berkat itu. Jalan masuk itu diberi nama “Allah Kita yang Baik”.
Oknum pertama yang harus kita jumpai ialah Allah kita yang baik. Dewasa ini banyak orang tidak yakin bahwa Allah itu baik. Mereka melihat Allah sebagai oknum adikodrati yang memenuhi mereka dengan ketakutan, yang mengancam mereka dan mengambil kebahagian mereka. Atau mereka melihatnya sebagai Allah yang tidak memperdulikan mereka.
Saya sedang memimpin sebuah kebangunan rohani di Hamburg, Jerman Barat, ketika seorang wanita setengah baya datang untuk menjumpai saya dan meminta nasihat. Ia dilahirkan dan dibesarkan sebagai anak yatim dalam lingkungan yang tak berbahagia dan ia selalu tertimpa kesedihan. Ia menikah dengan seorang dokter Jepang berwarga negara Jerman Barat. Suaminya sangat mengasihi dia. Ia mempunyai tiga anak dan tidak kekurangan apa-apa sehingga hidupnya serba ada. Ia kaya dan tinggal di sebuah rumah mewah, dan anak-anaknya sehat. Dengan kata lain keluarganya nampak bahagia. Namun ada ketakutan yang berakar di hatinya. Ia takut bahwa sewaktu-waktu Allah dapat mengambil semua yang membahagiakan dirinya. Ia berpikir bahwa ia hams menderita agar bisa beriman teguh, tetapi karena ia begitu berbahagia, suatu saat Allah mungkin mengambil suami dan anak-anaknya atau menimbulkan suatu kesulitan ekonomi bagi keluarganya untuk menguji imannya.
Ketakutan membuat ia tak tenang. Meskipun suaminya seorang psikiater, toh tak sanggup menolongnya agar bebas dari ketakutan dengan cara menganalisa jiwa. Jadi ia datang minta pertolongan dari saya. Ia berkata,”Pendeta tak lama lagi kemalangan akan menimpa saya bagaikan sebuah awan gelap. Saya lahir sebagai anak yatim dan menderita berbagai bermacam kesukaran. Hidup saya sekarang ini indah, tetapi bagaimana saya bisa menikmati kebahagiaan ini?. Apa yang harus saya lakukan, Bapak Pendeta?”.
Saya menjawab, “Ibu, anda sedang membuat kesalahan besar. Allah itu baik. Iblis datang untuk mencuri, membunuh, dan merusakkan; tetapi Yesus, Anak Allah, datang agar kita mamiliki hidup dengan berkehmpahan.”
Ia berkata,”Bapak Pendeta, saya belum mampu percaya demikian.”
Saya memberitahukan kepada wanita itu mengapa Allah itu Allah yang baik. Saya meminta ia agar membuka Alkitabnya. “Di kitab kejadian, kita melihat bagaimana Allah menciptakan langit dan bumi serta segala isinya. Setiap ciptaan menunjukkan sifat penciptanya. Pada hari pertama ia menjadi tepahg. Apakah Allah melihat terang itu baik?”
“Allah melihat bahwa terang itu baik.”
“Bagaimanakah waktu Allah membuat cakrawala pada hari kedua?”
“Tidak disebutkan bahwa cakrawala itu baik.”
“Karena cakrawala adalah tempat Iblis akan bercokol sebagai penguasa di udara serta memilikinya setelah peristiwa kejatuhan, Allah tidak mengatakan bahwa cakrawala itu baik. Hanya di tempat itu perbuatan baik ditiadakan. Pada hari ketiga, waktu daratan diciptakan apakah tertulis bahwa Allah melihat hal itu baik?”
“Ya, ada tertulis.”
Allah juga melihat bahwa ciptaan-Nya pada hari yang keempat dan kelima itu baik adanya, dan pada hari yang keenam ketika Allah menciptakan binatang dan manusia, Allah melihat semuanya itu sangat baik. Jika Allah bukan Allah yang baik, sudah tentu ia tidak menciptakan sesuatu yang sangat baik. Saya berkata kepada ibu itu, “Sejak semula Allah membuat hanya hal-hal yang baik. Kita mengenal sebatang pohon dari buahnya. Karena yang Allah ciptakan semuanya merupakan ‘buah-buah’ yang baik. Tidakkah kita semuanya berkesimpulan bahwa pohonnya-atau Allah-tentu juga baik?"
Ibu itu menggelengkan kepalanya dan tidak mau percaya. “Ibu, dengarlah!” kata saya lagi. “Apakah pemah seseorang melihat Allah?”
“Tidak.”
“Siapa melihat-Nya?”
“Hanya Yesus saja yang pemah melihat Allah.” (Yoh 1 : 15-18)
“Ya! Yesus telah melihat Allah. Segala sesuatu yang Yesus katakan dan lakukan adalah yang Allah lakukan dan katakan melalui diri-Nya. Nah, baiklah kita melihat kehidupan Yesus. Apakah Yesus melakukan kebajikan ataukah kejahatan? Ia melakukan pekerjaan-pekerjaan baik; Ia mengusir roh-roh jahat; Ia memberikan kedamaian bagi mereka yang gelisah dan takut; Ia membangkitkan orang mati. Dapatkah Ibu menemukan sesuatu yang salah pada pekerjaan yang Yesus lakukan? Bahkan musuh-musuh-nya pun mengakui bahwa Yesus menyelamatkan Orang lain waktu mereka memaku-nya di kayu salib.
“Karena Yesus mengerjakan begitu banyak kebaikan, bagaimana mungkin Allah yang bekerja melalui Yesus itu adalah Allah yang tidak baik? Yesus berkata, “Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anak-mu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya?” (Mat, 7.9-11).
“Ibu, dengarkanlah! Bukankah Yesus dengan jelas mengatakan di sini, Bapamu yang di sorga akan memberikan yang baik?”. Lihatlah alam semesta ini. Bagaimana Ibu melihatnya? Apakah teratur baik dan indah? Apakah Langit yang baru dan bumi yang baru akan Allah buat itu baik atau tidak? Alkitab berkata, “Lihatlah, kemah Allah ada ditengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu” (Wah, 21:3-4).
“Ada tertulis Allah bukan saja akan membaharui keadaan sekeliling kita, tetapi tubuh kita yang lemah akan diganti dengan tubuh yang kuat, yang fana menjadi baka. Bagaimana Ibu bisa percaya bahwa Allah yang semata-mata memberikan buah-buah yang baik itu adalah Allah yang baik?”.
Setelah itu barulah Ibu tersebut mengangguk-anggukkan kepalanya sambil berkata “Mendengar apa yang Pendeta katakan maka sekarang saya mengerti bahwa Allah itu Allah yang baik”.
“Iblislah yang selalu membisikkan kepada Ibu bahwa Allah akan mengambil kebahagiaan Ibu,” kata saya kepadanya.
Di Perjanjian Lama, Ayub juga pernah mengalami ketakutan seperti yang telah ia katakan, “Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku” (Ayub 3:25). Ayub kehilangan semua miliknya-sepuluh orang anaknya, 700 ekor domba, 3.000 ekor unta, 500 pasang lembu, 500 ekor keledai betina serta hamba-hambanya pria dan wanita.
Alkitab dengan jelas menulis, “Di dalam kasih tidak ada ketakutan, kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih” (1 Yoh, 4:18).
Waktu Ayub pulih imannya, dengan mengaku bahwa ia akan memelihara imannya meskipun Allah menghancurkan dia. Allah memberkati dia dua kali lipat daripada yang ia miliki sebelumnya.
Iman bagaikan persneling di mobil. Jika memasukkan persneling maju, maka mobil itu bergerak maju, tetapi jika memasukkan persneling mundur maka mobil mundur dengan kekuatan yang sama. Demikian juga jika saudara percaya Allah itu baik, maka sukses akan saudara peroleh; jika saudara tidak percaya bahwa Allah itu baik maka saudara akan mengalami ketakutan, putus asa serta kegelisahan. Iman saudara bisa positifatau negatif. Terserah saudara. Iman positif menghasilkan iman positif, iman negatif menghasilkan iman negatif.
Saudara harus menanggalkan semua iman negatif dan dengan teguh percalah bahwa Allah, yang mengutus Tuhan Yesus untuk disalibkan ganti saudara adalah baik. Sebagaimana tertulis, "Ia yang tidak menyayangkan anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Roma 8:32).
Allah, yang mengasihi kita dengan kasih-Nya yang tak terduga luas dan dalam-Nya itu, adalah benar-benar Allah yang baik.
Ketika kita mengatakan Allah itu baik, Iblis merasa sakit. Di banyak mimbar dewasa ini, Allah digambarkan secara keliru. Ada pengkhotbah yang hanya memberitakan-Nya sebagai Allah yang seolah-olah sedang menunggu orang berdosa membuat kesalahan agar ia bisa menghakimi mereka dengan hukuman yang mengerikan. Orang Kristen yang paling tragis adalah orang Kristen yang tidak mempunyai harapan. Orang Kristen yang memilild kepercayaan demikian adalah seperti putra sulung di dalam perumpamaan anak yang terhilang, yang kesannya mengenai Bapa adalah bahwa Bapa tidak pernah memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatnya (Luk, 15:29).
Ada tertulis di dalam Alkitab. “Jadilah kepadamu menurut imanmu” (Mat.9:29).
Allah yang baik dan kaya tidak akan mendatangi orang yang tidak percaya kepada kebaikan-Nya. Meskipun anak bungsu itu pergi jauh dari rumah bapanya dan menghabiskan segala harta dengan berfoya-foya, ia kembali kepada bapanya dengan keyakinan bahwa bapanya akan menyambut kedatangannya. Bapanya mengenakan jubah yang terbaik padanya, memakaikan cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya lalu menyuruh menyembelihkan lembu tambun untuk berpesta menghormati dia.
Dua anak itu mempunyai bapa yang sama, namun yang seorang tidak menerima seekor anak kambing pun, sedangkan anak yang lainnya memiliki seluruh kekayaan bapanya. Apa yang menyebabkan kedua anak itu berbeda? Pandangan serta pengharapan masing-masing anak itu terhadap bapanya berbeda!
Orang-orang yang percaya bahwa Allah itu Allah yang baik dan memiliki akal budi yang positif. Seperti tertulis, “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28).
Karena mereka percaya kepada Allah yang baik maka hal-hal yang baik akan terjadi. Meskipun kadang-kadang mereka menjumpai hal-hal yang tidak menyenangkan, toh mereka bisa menerimanya karena mereka tahu bahwa Allah juga akan mendatangkan kebaikan dari hal itu.
Komentar
Posting Komentar