Pujian dan Penyembahan Jadi Kekuatan
Pujian dan Penyembahan Jadi
Kekuatan
Ev. Iin Tjipto Wenas
“Pada
Waktu itu orang Israel menyanyikan nyanyian ini : “Berbual-buallah, hai sumur !
Mari kita bernyanyi-nyanyi berbalas-balasan karena sumur yang digali oleh
raja-raja,” (Bilangan 21 : 17)
Kekuatan
kita adalah melalui memperkatakan Firman Tuhan melalui Pujian dan Penyembahan.
Semua orang hebat didalam Alkitab tahu bagaimana memuji dan menyembah Tuhan.
Mulai dari Daud, ia adalah seorang yang mempunyai gaya hidup menyembah Tuhan,
di Padang Rumput ketika ia sedang menggembalakan domba-domba ia menaikkan
pujian penyembahan dengan kecapinya. Tokoh-tokoh Alkitab mempunyai kehidupan
pujian penyembahan seperti Musa, Paulus, Yosua, mereka semua adalah orang-orang
yang tahu bagaimana memuji, bagaimana menyembah, bagaimana berteriak. Itu mulai
dari menyanyi dengan keras, menyembah, tapi itu setelah digali, temukan setiap
orang potensinya kemudian tempatkan pada tempatnya dan digali.
Dalam
sebuah kebaktian sekitar lima puluh persen dari kita hanya menikmati lagu
pujian dan penyembahan tetapi tidak ikut menyanyi. Kalau seluruhnya menyanyi
maka suara yang di panggung atau mimbar tidak kedengaran lagi suaranya. Ada
kuasa didalam puji-pujian. Pujian dan Penyembahan itu harus terdengar. Saya
pelajari ayat ini ajaib sekali, dikatakan hanya raja yang mempunyai kemampuan
menggali sumur dengan tepat. Kata menggali dengan tepat itu seperti permata,
seperti menemukan bintang-bintang. Jadi misalnya kita lihat seseorang, kita
berkata “Orang ini berbakat, dia akan aku gali sampai orang ini jadi.” Misalnya
jadi seorang Marketing Yang Terhebat, Lalu kita melihat yang lain kita berkata
: “Aku akan gali bakat memasak dia, aku didik dia dan aku lihat dia akan
Menjadi seorang Chef yang terbaik di Indonesia. Kemudian kita lihat yang lain,
kita berkata “Aku lihat orang ini sangat hebat, aku gali, aku didik, aku lihat
dia jadi CEO paling bagus di seluruh Indonesia.” Ini namanya kekuatan menggali
dan kekuatan itu seharusnya dimiliki raja-raja.
Kalau
kita punya anak dan ditanya “Anakmu ini bakatnya apa ?” Kita jawab “Tidak
Tahu.” Lalu ditanya lagi, “Mau jadi apa ?” Kita jawab “Tidak tahu.” Itu bukan
orang tua yang baik. Kalau dengan diri sendiri kita tidak tahu mau jadi apa
maka kita tidak pernah bisa menjadi somebody. Orang tua yang pandai akan tahu
anaknya seperti apa, bagaimana dia bisa menggali dan menjadikan itu sebagai
kekuatan. Kalau kita bisa lihat itu disekeliling kita, kita akan banyak punya
murid, kita akan punya banyak permata-permata yang bisa dipoles sampai jadi.
Tapi banyak orang tidak bisa melihat, dia tidak bisa melihat kekuatan anaknya,
muridnya, dombanya. Tidak bisa melihat orang-orang disekitarnya, membuat
orang-orang disekitarnya juga susah untuk jadi. Bagaimana kita bisa lihat orang
lain kalau kita tidak bisa lihat diri sendiri. Saya tahu persis kekuatan saya,
saya juga tahu kelemahan saya sehingga membuat saya bisa menggali diri saya dan
orang lain. Temukan setiap orang, tempatkan pada tempatnya dan mulailah
menggali.
Sumber :
Buku Kedalaman – Ev. Iin Tjipto Wenas
Komentar
Posting Komentar