SAYAP KEBENARAN
Sayap
Kebenaran
Pdt. Petrus Agung Purnomo
& Ev. Iin Tjipto Wenas
Samuel
adalah contoh orang yang dapat mewarisi yang seharusnya tidak mungkin ia
warisi. Pada saat itu yang bisa menjadi imam adalah orang Lewi sedangkan Samuel
bukanlah keturunan Lewi tetapi dia dapat mewarisi itu karena masa depan bahkan
warisan tersebut jatuh pada orang yang mempunyai sayap. Ada banyak orang
berpikir bahwa warisan jatuh jelas pada orang yang mempunyai hubungan darah
atau orang yang mungkin dekat. Belum tentu. Warisan dapat jatuh pada orang yang
mempunyai sayap. Samuel melakukan lebih dari yang pernah hakim-hakim lakukan.
Dia bukan Cuma sekedar sebagai imam. Dia Imam dan hakim bahkan sebenarnya
Alkitab memakai kata memerintah. Berarti Samuel adalah raja yang Tuhan taruh
atas Israel. Alkitab juga mengatakan dia nabi atau pengajar. Samuel mempunyai
banyak sekali sayap tetapi saya akan membahas satu sayap saja. Menurut saya ini
sayap ini yang paling kuat yang ada dalam diri Samuel. Menurut saya ini sayap
yang paling kuat yang ada didalam diri Samuel.
Pada
waktu saya berdoa Tuhan berkata : “Samuel selalu memilih untuk bereaksi dengan
benar dan itu yang membuat dia mengambil keputusan dalam setiap keadaan. Ada
orang-orang yang bereaksi yang salah dan walaupun keadaannya tepat, dia
kehilangan kesempatan itu. Ada orang-orang yang selalu bereaksi terlambat
walaupun pintu sudah terbuka dan tetap dia selalu ketinggalan. Bahkan ada
orang-orang yang tidak bisa melihat sebuah kesempatan. Sebaliknya dengan
Samuel, dia selalu bereaksi dengan benar.
12:3
Di sini aku berdiri. Berikanlah kesaksian menentang aku di hadapan TUHAN dan di
hadapan orang yang diurapi-Nya: q
Lembu siapakah yang telah kuambil? Keledai r
siapakah yang telah kuambil? Siapakah yang telah kuperas? Siapakah yang telah
kuperlakukan dengan kekerasan? Dari tangan siapakah telah kuterima sogok s
sehingga aku harus tutup mata? Aku akan mengembalikannya t
u
kepadamu." 12:4 Jawab mereka: "Engkau tidak memeras kami
dan engkau tidak memperlakukan kami dengan kekerasan dan engkau tidak menerima
apa-apa dari tangan siapapun." 12:23 Mengenai aku, jauhlah dari padaku untuk berdosa
kepada TUHAN dengan berhenti mendoakan s
kamu 5 ; aku akan mengajarkan t
kepadamu jalan yang baik dan lurus. (1 Samuel 12 : 3 – 4, 23)
Sebenarnya
Samuel mempunyai segudang alasan untuk dia berespon tidak benar. Saya bertemu
dengan banyak orang yang dari kecil ditaruh baik itu di Pesantren, maupun di
sekolah Katholik ataupun di tempat penampungan yatim piatu. Dan delapan puluh
persen dari mereka berespon marah. Saya bahkan pernah melihat dengan mata
kepala saya sendiri bagaimana seorang anak dibawa oleh ibunya dan pada waktu
anak ini ditaruh di Panti Asuhan, anak ini menangis menjerit-jerit dan anak ini
begitu marah karena dia tahu ibunya membuang dia di panti asuhan. Apakah anda
pernah berpikir ketakutan apa yang dia rasa saat itu ? Apakah anda pernah
berpikir bahwa Samuel akan berkata, “Mengapa ibu dan ayah saya sekejam itu ?
Mengapa mereka meninggalkan aku begitu saja ?” Tetapi Samuel memilih untuk
tidak sakit hati. Kalau hari itu dia memilih untuk sakit hati dan menyimpannya
maka dia tidak pernah bisa mewarisi jabatan imam. Jabatan imam dapat dia warisi
karena dia tidak memilih untuk sakit hati.
Biar
bagaimanapun, Samuel saat itu bertumbuh besar bersama Hofni dan Pinehas.
Bayangkan kalau dia tumbuh besar dengan orang-orang yang mengambil apa yang
terbaik. Bayangkan jika kita tumbuh besar dengan contoh dan teladan hanya untuk makan dan minum,
memakai apa saja, melakukan apapun dengan kekerasan dan berpikir bahwa semua
domba persembahan bait Allah adalah milik bapaknya. Sebenarnya Samuel bisa
meniru sedikit banyak. Samuel bisa ikut makan dan ikut mengambil persembahan
Bait Allah. Itu sebabnya mengapa Samuel berani berkata, “Siapa yang pernah aku
peras dan siapa yang pernah memberi sogokan kepadaku ? Pernahkah aku melakukan
dengan kekerasan ?” Samuel mau berkata meskipun aku tumbuh besar dengan
orang-orang yang melakukan cara seperti itu tetapi aku memilih berbeda dan
tidak melakukannya.
Banyak
orang yang berkata kepada saya saat mereka harus melihat contoh papa dan mama
yang suka berkelahi. Mereka berkata : Saya juga akan berbuat yang sama. Ada
banyak orang yang berkata semua korupsi. Mengapa saya juga tidak korupsi ?
Orang berkata, “Kalau bos saya malas, saya juga boleh dong malas.” Tetapi
Samuel berkata “Aku memilih untuk berbeda.” Saya selalu berkata kepada
anak-anak saya, Mahanaim bukan punya saya. Bahkan jika anda tahu, saya tidak
pernah menaruh nama saya di Account Mahanaim. Saya tidak punya hak untuk
mengambil dari Account Mahanaim. Untuk mengambil pun tidak, karena nama saya
tidak ada disitu.
Saya
masih ingat ada beberapa orang berkata, “Bu, saya transfer buat ibu ke account
Mahanaim.” Saya senyum karena jika orang transfer ke account Mahanaim itu
berarti lenyap tak berbekas dan tidak akan sampai ke saya. Itu akan masuk ke
Mahanaim dan saya tidak mengambilnya atau menyentuhnya berapapun itu. Saya
bahkan tidak pernah tahu jumlah uang yang ada disana dan bukan hanya itu,
bahkan account pribadi saya, baik kartu atm dan nomor PIN nya saya beri ke
Bendahara Mahanaim dan saya berkata : “Kapan saja kalau butuh, ambil saja.”
Mengapa ? Karena saya melihat berapa banyak orang jatuh didalam keuangan. Saya
melihat begitu banyak orang dengan mudahnya merasa memiliki. Itu sebabnya semua
aset Mahanaim, tidak ada satupun yang memakai nama saya pribadi. Beberapa
memakai nama orang lain dan ada yang memakai nama Pak Petrus Agung padahal
beliau ada di Semarang. Itu saya lakukan karena saya mau, saya dan keluarga
saya tahu bahwa itu semua punya Tuhan.
Beberapa
hari yang lalu, saya datang naik mobil tapi yang menyetir bukan supir saya dan
bukan dengan mobil yang biasa saya pakai. Yang mengendarai adalah anak saya,
lalu seorang satpam di Mahanaim datang dan menemui dia dan berkata “Maaf
dilarang parkir disini, tolong parkir dipojok sana saja.” Sebenarnya saat itu
anak saya mau membuka kaca mobil, dia mau berkata begini : “Ini mobil M1 dan
harusnya parkir disini.” Lalu saya berkata, “Tidak perlu, kamu cari parkir
saja, mama turun disini.” Mengapa ? Saya belajar untuk mendidik diri saya
sendiri bahwa Mahanaim bukan punya saya dan tidak ada hak untuk saya menuntut
perlakuan yang spesial. Jika saya diberikan dan dipercayakan Mahanaim oleh
Tuhan, saya bersyukur. Jika saya ditaruh diatas hari ini, saya tahu itu karena
anugerah Tuhan yang besar dan itu bukan karena saya mengambilnya dengan tangan
saya dan pilihan ada didalam diri kita. Apakah kita lebih memilih jadi seperti
Hofni dan Pinehas atau kita mau berkata, “Aku memilih yang berbeda.”
Samuel
mempunyai hak untuk bersikap tidak hormat dan respek kepada Imam Eli. Saat dia
mungkin baru berusia 12 tahun, tiba-tiba Tuhan cerita tentang keburukan Eli
kepada anak berumur 12 tahun karena tidak ada seorangpun saat itu di Israel
yang punya waktu dan hati untuk berbicara dan mendengarkan Tuhan. Tetapi ajaib,
Samuel tidak memilih untuk menjadi sombong. Samuel tidak langsung bersikap,
“Eh, saya beda ya, bahkan Tuhan tidak suka sama kamu.” Samuel memilih untuk
tetap memanggil Bapak dan tetap menghormati Eli seperti seorang raja. Samuel
menempatkan dirinya sebagai budak dan dia melayani Imam Eli sampai akhir hidup
Eli. Samuel memilih yang benar dalam setiap keadaan dan dia tidak pernah
menjadi familiar dengan Eli. Betapa mudahnya kita untuk menjadi familiar dan
seringkali dengan mudah kita berkata : “Oh hamba Tuhan itu, saya tahu
kelemahannya.” Seringkali dengan mudahnya kita mulai membantah dan berkata, “Ya
dia sudah tua, dia mulai pikun, dia mulai tidak mengerti ini waktunya kegerakan.”
Tetapi apa yang dilakukan Samuel ? Dia tidak pernah satu kalipun membantah Eli.
Dia tidak pernah memilih untuk familiar setelah semua yang dia buat, setelah
dia memimpin orang Israel puluhan tahun, membawa orang Israel dalam peperangan
dan kemenangan, dalam pemulihan dengan Tuhan.
Samuel
sebenarnya bisa memilih untuk marah dan kecewa, tetapi di Alkitab dia justru
berkata : “Mengenai aku, jauhlah dari padaku untuk bisa berdosa kepada Tuhan.
Walaupun dengan berhenti berdoa, dengan berhenti mengajar tetap tidak ada yang
bisa menghentikan dia.” Kekecewaan dan penolakan tidak akan pernah menghentikan
dia untuk berdoa dan untuk mengajar. Itu tidak pernah selesai. Tuhan sendiri
yang menyuruh Samuel untuk mengurapi Saul tetapi Saul memberontak dan Marah
kepada Samuel. Jika anda membaca di Alkitab, tidak sekalipun dia menyalahkan
Tuhan. Samuel tidak berkata : “Tuhan bukankah Engkau memilih Saul ? Jadi
sebenarnya itu salah Engkau dong Tuhan.” Tetapi justru Samuel menghajar,
mendidik dan meratapi Saul dan seolah-olah dia mau berkata dihadapan Tuhan, “Aku
ikut bertanggung jawab untuk raja yang jatuh ini.” Orang yang seperti ini
adalah orang yang mempunyai sayap yang besar. Sayapnya berkata untuk memilih
yang benar dan bereaksi yang benar. Orang-orang seperti ini akan mengubah
setiap kegagalan menjadi kemenangan, orang-orang seperti ini akan mengubah
kutuk menjadi berkat, orang-orang seperti ini akan mengubah setiap air mata
menjadi sorak-sorai, orang seperti ini akan terus melewati setiap rintangan sebesar
apapun.
Saya
sudah bertemu banyak dengan orang yang seperti ini, salah satunya bercerita
kepada saya, dia sudah tua dan dia selalu bekerja dengan setia. Dia tidak
pernah menerima suap ataupun melakukan yang merugikan perusahaan. Sehingga
ekonomi dia yang paling minus diantara karyawan yang lain. Tiba-tiba
perusahaannya memperlakukan dia dengan tidak adil, diusianya yang ke 55 tahun,
dia tiba-tiba dikeluarkan dari perusahaan tersebut tanpa diberi uang pesangon
bahkan dia difitnah dengan sesuatu yang sangat kejam dan akhirnya dia diusir
dengan sangat tidak hormat padahal orang lain yang berbuat. Sebenarnya dia bisa
punya segudang alasan untuk marah dan sakit hati karena dia sudah mengabdi
sudah lebih dari 30 tahun disitu dan tiba-tiba dia difitnahkan yang jahat.
Tetapi saya ingat reaksi dia saat itu, dia bertemu saya dan dia berkata begini
: “Ini salah saya, kalau saya tidak bisa memilih orang-orang yang benar dan
menempatkannya ditempat yang benar. Biar bagaimanapun memang salah saya, karena
saya tidak bisa melatih yang muda-muda.” Tetapi yang konyol, orang yang
bersalah yang sudah melarikan uang dan menipu tetap ada diperusahaan itu.
Sedangkan dia yang tidak bersalah, tetap bersedia mengambil itu sebagai
tanggung jawab. Dia keluar tanpa apapun dan tidak ada kepahitan.
Dia
berkata kepada saya, “Saya rasa ini waktunya untuk saya jalan sama TUHAN. Saya
rasa ini waktunya untuk saya melihat mujizat besar dari Tuhan.” Lalu dia
berkata : “Ibu, tolong doakan saya. Ibu kan sudah menangani Mahanaim
bertahun-tahun dengan iman dan dia berkata inilah waktunya saya akan berjalan
dengan iman tanpa kepastian tapi satu yang pasti Yesus itu setia.” Sejujurnya
saya kagum, karena sebenarnya saya berbeda dengan dia. Dia ini diperlakukan
jahat oleh orang lain sedangkan saya akan berpikir bahwa pekerjaan itu adalah
destiny jadi jika saya menjadi dia saya pasti akan sakit hati. Sampai saya
berpikir kok bisa ya dia bersikap seperti itu ? Ada orang yang sama sekali
tidak sakit hati tetapi justru melihat itu sebagai sebuah kesempatan untuk dia
bisa berjalan dengan iman. Lalu saya mendoakan dia.
Sejujurnya
saya lebih kuatir dari dia karena saya berpikir di usia 55 tahun dia mempunyai
empat anak dan hidup pas-pasan juga tidak bisa kotbah lalu mau apa ? Karena
saya berpikir orang ini tidak biasa berada dibawah. Tapi saya melihat sesuatu
yang ajaib. Sebulan kemudian saya bertemu dengan dia karena dipanggil ke
rumahnya untuk acara syukuran dan singkat cerita dia berkata sekali waktu dia
makan di Food Court dan dia bertemu dengan orang Jepang langganan dari
perusahaannya lalu mereka berbincang-bincang sehingga orang Jepang ini tahu
bahwa dia sudah keluar dari perusahaan tempat ia bekerja. Lalu orang Jepang ini
berkata, “Selama Sepuluh Tahun saya berurusan dengan kamu, saya tidak pernah
temui orang sejujur kamu yang tidak mau menerima uang sogokan dengan cara
apapun. Saya senang kamu keluar karena saya tahu kamu tidak bisa dibajak, jadi
saya sungkan untuk membajak kamu. Saya ingin mendirikan sebuah pabrik dan hanya
orang seperti kamu yang layak untuk menjadi pengelolanya.”
Akhirnya
saat itu juga dia dipercayakan pabrik oleh orang jepang itu dengan memakai atas
nama dia. Karena orang Jepang ini berkata, “Saya tidak mau repot, yang saya
butuhkan hanya satu orang yang bisa saya percayai untuk mengelola semuanya
karena saya hanya mau hasilnya.” Yang lebih ajaib lagi saat itu juga dia
langsung dibelikan rumah baru dan mobil baru. Kemudian mereka berkata “Tidak
mungkin seorang direktur punya semuanya dalam waktu singkat dengan rumah dan
mobil seperti ini, nanti pajak dan semua pasti akan curiga.” Tapi dia berkata :
“Bu Tuhan kita itu memang Tuhan yang luar biasa.” Saya berdoa setiap kita
bereaksi yang benar saat kita menghadapi apapun juga, maka sayap kebenaran itu
yang akan membuat anda sampai ke tujuan.
Sumber
: Buku The Future Belongs To Those Who Can Fly
Jurnalis
: Joshua Ivan Sudrajat S
Komentar
Posting Komentar