Menjadi Bapa Bagi Anak-Anak Yatim
Menjadi Bapa Bagi Anak-Anak
Yatim
Selasa, 05 Juli 2016
Bahan Renungan :
68:5 (68-6) Bapa bagi anak yatim 2 d
dan Pelindung bagi para janda, e
itulah Allah di kediaman-Nya f
yang kudus; 68:6 (68-7) Allah memberi tempat tinggal g
kepada orang-orang sebatang kara, h
Ia mengeluarkan orang-orang tahanan, i
sehingga mereka bahagia, tetapi pemberontak-pemberontak tinggal di tanah j
yang gundul. (Mazmur 68 : 5 – 6)
Renungan
:
Entah
kenapa saya diingatkan oleh Roh Kudus Ayat Mengenai Bapa bagi anak yatim,
sesungguhnya sekitar Nopember 2003 saya mendapatkan nubuatan dari hambaNya
Benaya Naresh mengenai salah satunya menjadi Bapa bagi anak yatim, sesungguhnya
saya belum mengerti apa yang Tuhan maksudkan, sehingga pada saat tahun 2007
saya mendapatkan mimpi bahwa saya membuat sebuah panti asuhan tempat menampung
anak-anak yang tidak mampu, disitu saya juga mempunyai rumah makan kebun
tanaman hias dan sayur-sayuran untuk self support panti itu.
Sampai
sekarang saya bertanya apakah semua itu hanya keinginan sesaat dan ikut-ikutan
karena saya mendengar kesaksian yang luar biasa dari hambaNya. Pagi ini saya
diingatkan kata Bapa bagi anak yatim dan saya cari ayatnya di Alkitab. Saya
menemukannya, saya menggumulkannya. Disitu berkata juga menampung orang-orang
yang sebatang kara. Saya adalah anak tunggal, mama saya sudah almarhum 5 tahun
yang lalu, sebelum meninggal ia menceritakan sedikit kekecewaannya kepada
suaminya yaitu papa saya, ia mengatakan bahwa papa saya orangnya egois dan
tidak bertanggung jawab. Ia tidak pernah memikirkan bagaimana membayar
hutang-hutang mama saya dan biaya pengobatan mama saya ditanggung dan
diusahakan oleh adiknya.
Saat
ini saya sudah sekitar tujuh bulan lebih di Mesir saya, saya belum mendapatkan
step selanjutnya untuk keluar dari Mesir saya, saya melihat semua keterbatasan
saya untuk meninggalkan kota ini.
Orang-orang
menyerahkan hidup mereka kepada Tuhan dengan berbagai alasan. Ada yang dengan
harapan untuk memperoleh kesembuhan jasmani, ada pula yang mengejar kesembuhan
rohani; sebagian lagi karena mencari damai sejahtera dan pengampunan. Apapun
niat kita, Allah bertindak mencukupi kebutuhan kita. Memang, Tuhan menyatakan
diriNya kepada manusia sebagai jawaban surgawi atas kebutuhan kita. Dia adalah
'Bapa bagi mereka yang tidak berbapa dan Hakim bagi para janda.' Dia bahkan
membuat 'rumah bagi mereka yang kesepian', dan membimbing 'para tawanan keluar
menuju kesejahteraan' (Mazmur 68:5-6)
Allah
memakai kebutuhan kita untuk membawa kita kepada Dia. Akan tetapi, kesadaran
kita akan kebutuhan kita itu bisa membuat kita mempersempit pengungkapan Allah
dalam hidup kita, membatasi aktifitasNya dalam kehidupan kita - hanya sebatas
area pergumulan hidup jasmani kita. Oleh karenanya, banyak orang Kristen yang
tak pernah bangun dari tidur rohani mereka, tak bisa bangun menanggapi
panggilan Allah - yakni mencapai keserupaan dengan Kristus. Kita telah
diampuni, disembuhkan dan diberkati, akan tetapi kita mengalami kemacetan dalam
pertumbuhan rohani kita.
Secara
pribadi saya melihat banyak anak-anak yang ditelantarkan oleh orang tuanya, ada
yang karena kemiskinannya tidak bisa sekolah. Ada anak yang ditinggalkan oleh
ayahnya pulang ke rumah Bapa di Surga. Realita kehidupan banyak yang
membutuhkan uluran tangan kita. Banyak anak-anak yang tidak terbina dengan baik.
Memang sulit untuk mendidik anak-anak yang berasal dari berbagai latar belakang
keluarga. Hanya Tuhan Yesus yang sanggup mengubahkan hidup mereka.
Walau
begitu, Roh Allah tetapi berkomitmen pada transformasi pribadi kita. Saat kita
sudah secara rohani terbangun dan menyadari visi keserupaan dengan Kristus,
maka wujud perhatian Allah akan tertuju pada kita melalui cara-cara yang sangat
unik dan kuat. Ada dua hal yang akan terjadi: pertama, kita akan dibantu
pewahyuan saat mempelajari Kitab Suci; Allah akan berbicara kepada kita lewat
cara-cara yang lebih mendalam saat kita memahami arti keberadaan kita.
Realitas
kedua yang akan terungkap adalah: hidup kita akan mulai menghadapi
tantangan-tantangan yang semakin lama semakin besar. Anda lihat, kita selama
ini mengira bahwa sekadar memiliki hasrat yang tulus untuk menjadi serupa
dengan Yesus adalah suatu pencapaian yang penting, hal ini memang ada benarnya.
Akan tetapi, hal tersebut baru merupakan titik awal saja. Jika kita serius mau
menjalani transformasi atau perubahan itu, maka Allah juga akan menanggapinya
dengan serius. Dia akan menaruh kita dalam situasi-situasi yang dirancang untuk
mematikan watak lama kita, dan seringkali memaksa kita untuk meniru Kristus
agar kita bisa bertahan melewati peperangan tersebut.
Coba
Anda pikirkan tentang para pahlawan yang Anda temukan dalam Alkitab:
masing-masing menghadapi konflik yang besar sebelum mereka bisa mencapai
tingkatan rohani tertentu, dan mereka ini sering mengalami konflik yang lebih
besar sebelum mencapai tataran puncak. Coba Anda renungkan hal-hal yang harus
diatasi oleh Daud sebelum dia menjadi raja. Allah tidak main-main di dalam
menguji watak kita. TujuanNya adalah mewujudkan hidup Yesus di dalam diri kita.
Pikirkanlah
hal-hal yang harus dihadapi oleh Yesus di sungai Yordan. Pertama, dia dipenuhi
oleh Roh Kudus. Kita akan berpikir bahwa setelah dipenuhi oleh Roh Kudus, maka
Kristus akan segera menjalankan pelayanannya. Akan tetapi, dia justru dipimpin
oleh Roh Kudus ke padang gurun. Mengapa? Alkitab berkata, "Untuk dicobai
oleh iblis." Selama 40 hari Yesus berpuasa dan berdoa. Di akhir masa puasa
ini, kita mungkin mengira akan terjadi suatu terobosan rohani yang luar biasa,
namun yang terjadi justru sebaliknya. Sosok supranatural yang pertama menemui
Yesus setelah masa puasanya berakhir bukanlah Allah, tetapi iblis.
Tiga
kali karakter Yesus dicobai oleh Iblis secara langsung. Kebanyakan dari kita
sudah akrab dengan kisah tentang Kristus di padang gurun (Mat 4:1-11),
namun ingatlah: Yesus menghadapi cobaan itu setelah berpuasa selama 40 hari.
Dalam keadaan tubuh yang lemah, ujian itu akan terasa sangat berat dan intens.
Itulah pokok penting yang ingin saya sampaikan. Jika kita serius mau menjalani
transformasi pribadi, maka kita akan dapati bahwa begitu kita berhasil melewati
satu ujian, kita akan masuk ke ujian berikut yang lebih sukar. Dalam ujian yang
lebih sukar itulah pencarian kita untuk menjadi serupa dengan Kristus menemukan
jawabannya.
Mungkin
Anda sedang menghadapi konflik yang tampaknya tidak bisa Anda pahami. Anda
bertanya-tanya, "Mengapa aku harus menghadpi konflik ini? Apa salahku
sehingga harus menghadapi masalah ini?" Sangat mungkin alasan bagi
meningkatnya peperangan yang Anda hadapi adalah karena Anda pernah berdoa
dengan tulus, "Bapa, aku ingin menjadi serupa dengan Yesus." Dan
Allah menanggapi permohonan Anda dengan serius !
Kerinduan
saya adalah Tiga buah Nubuatan yang pernah disampaikan oleh hambaNya Benaya
Naresh dapat digenapi dalam hidup saya. Tuhan saya tidak bisa sampai kepada
tujuan yang sudah Engkau tetapkan dalam hidup saya. Hanya Roh Kudus yang
memampukan saya untuk menggenapkan setiap rencanaMu dalam hidupku. Tuhan Yesus
mampukan saya, Amin.
By
His Grace
Joshua
Ivan Sudrajat S
Komentar
Posting Komentar