Kisah Saul dan Daud
Kisah Saul dan Daud
Erna Liem
Kisah Saul (yang minder)
Jaman dulu hiduplah seseorang bernama Saul. Pastinya, dia ganteng, gagah, extraordinary.
Dia tidak sama seperti kebanyakan orang. Kalau dia hidup di jaman kita,
mungkin sudah jadi bintang film yang bayarannya paling mahal karena
banyak banget produser/sutradara yang memintanya membintangi film-film
mereka, supaya jadi box office. Satu lagi, orangtuanya kaya raya! (Baca I
Samuel 9:1-2 untuk membuktikan gambaran tentang Saul).
Lalu satu
ketika, Saul disuruh ayahnya mencari keledainya yang hilang. Maka
pergillah dia menyusuri beberapa lokasi bersama bujangnya (body guard,
kalau jaman sekarang). Dan, bertemulah Saul dengan Nabi Samuel, yang
memang sedang disuruh Tuhan menemui Saul untuk mengurapinya jadi Raja
Israel. Wow!! Sudah ganteng, gagah, keren, kaya raya, diurapi jadi raja
pula! Komplit paketnya. Siapa yang tidak bangga dan senang? Semua. Tapi…
Ternyata ada yang janggal dengan Saul. Sekalipun dia punya semua yang diimpikan banyak orang, tapi… dia orang yang minder.
Buktinya? Waktu Nabi Samuel datang ke rumah orangtuanya untuk
mengadakan perayaan peresmiannya jadi raja Israel, Saul malah
bersembunyi di antara barang-barang! (I Samuel 10:22, Sebab itu
ditanyakan pulalah kepada TUHAN: “Apa orang itu juga datang ke mari?”
TUHAN menjawab: “Sesungguhnya ia bersembunyi di antara barang-barang.”). Hmm… ada apa ya? Kenapa harus minder?
Apapun
alasannya, yang jelas adalah ini: rendah diri itu berhubungan dengan
gambar diri Saul yang belum pulih, karena ada luka di hatinya, yang
belum sembuh. Catat kata-kata ini: gambar diri yang belum pulih. Mungkin saja Saul pernah mengalami penghinaan seperti kalimatnya yang tertulis dalam 1 Sam 9:21. Tetapi
jawab Saul: “Bukankah aku seorang suku Benyamin, suku yang terkecil di
Israel? Dan bukankah kaumku yang paling hina dari segala kaum suku
Benyamin? Mengapa bapa berkata demikian kepadaku?”
Saul merasa
minder. Dia malu terlahir dari suku terkecil di Israel. Kaumnya juga
disebutnya sendiri sebagai “paling hina” dari suku yang paling kecil.
Waduuuhh…. Ternyata kekayaan, kegantengan, bodi yang gagah, tidak
otomatis membuat seseorang percaya diri ya… Kecuali dia mengalami Tuhan
yang membuatnya pulih dari semua luka hati sehingga gambar dirinya
sehat!
Ketika Nabi
Samuel selesai mengurapi Saul, ada beberapa hal yang memang tiba-tiba
saja bisa dilakukannya. Pertama: Saul kepenuhan seperti Nabi. Kedua:
Saul dengan gagah berani mengajak semua bangsa Israel memerangi bangsa
Amon yang sedang mengepung Yabesh Gilead (1 Sam 10 dan 11). Apakah Saul
hebat? Kelihatannya begitu. Tapi sesungguhnya, semua terjadi karena Roh Allah.
Ketika mereka sampai di Gibea dari sana, maka bertemulah ia dengan serombongan nabi; Roh Allah berkuasa atasnya dan Saul turut kepenuhan seperti nabi di tengah-tengah mereka. (I Samuel 10:10). Ketika Saul mendengar kabar itu, maka berkuasalah Roh Allah atas dia, dan menyala-nyalalah amarahnya dengan sangat. (1 Samuel 11:6)
Sayangnya,
Saul tidak sadar akan hal ini. Sehingga, ketika Nabi Samuel berpesan
supaya dia menunggunya di Gilgal, Saul melakukan kesalahan fatal. Dia
tidak taat. Alasannya? Karena Saul takut ditinggalkan rakyat
Israel. Kalau Tuhan yang memilih, Tuhan juga yang menetapkan jabatannya.
Seharusnya Saul berpikir seperti itu. Jadi, larangan Nabi Samuel untuk
membakar korban bakaran, seharusnya tidak Saul lakukan hanya untuk
alasan “takut ditinggalkan”.
Seringkali,
luka di hati dan gambar diri yang buruk membuat kita takut untuk
alasan-alasan yang sepele (dibandingkan manfaat yang akan kita dapat
dari ketaatan kepada Tuhan). Contoh: takut ditinggalkan teman se-gank,
karena kita merasa/berpikir tidak ada lagi yang mau berteman dengan
kita. Takut dibenci bos, takut dipecat atasan, karena tidak mau
melakukan penipuan terhadap klien. Dll. Seperti itulah yang Saul
lakukan. Nabi Samuel begitu marah karena ketidaktaatan Saul untuk alasan
yang sepele. Tuhan pun lalu memilih Daud menggantikan Saul.
Kata
Samuel kepada Saul: “Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti
perintah TUHAN, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; sebab sedianya
TUHAN mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya. Tetapi
sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah memilih seorang yang
berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas
umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN
kepadamu. (1 Samuel 13:13-14)
Tuhan juga menyesal karena telah memilih Saul, seperti tertulis dalam 1 Samuel 15:11 “Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku.”
Itu kisah Saul yang tragis. Yuk kita simak kisah Daud!
Kisah Daud (yang Pede)
Di jaman
yang sama dengan Saul, ada seorang yang jauh lebih muda. Daud namanya.
Apakah orangtuanya kaya raya seperti orangtua Saul? Tidak. Apakah Daud
segagah Saul? Tidak. Banyak perbedaan antara Daud dan Saul dalam hal
fisik dan harta, tapi ada juga persamaannya. Daud juga mengalami penghinaan.
Bahkan lebih daripada Saul. Daud dihina oleh kakaknya sendiri. Daud
juga tidak diperhitungkan oleh ayahnya. Daud dihina di depan banyak
tentara yang gagah perkasa oleh Goliat. Buktinya?
Ketika
Eliab, kakaknya yang tertua, mendengar perkataan Daud kepada orang-orang
itu, bangkitlah amarah Eliab kepada Daud sambil berkata: “Mengapa
engkau datang? Dan pada siapakah kautinggalkan kambing domba yang dua
tiga ekor itu di padang gurun? Aku kenal sifat pemberanimu dan kejahatan
hatimu: engkau datang ke mari dengan maksud melihat pertempuran.”
(I Samuel 17:28). Daud diremehkan oleh kakaknya, dianggap cuma mau
nonton pertempuran. Kalau diterjemahkan dengan bahasa sekarang, “Ngapain
loe kesini? Kagak mampu apa-apa juga loe. Paling-paling cuma mau nonton
kan?!”
Lalu
Samuel berkata kepada Isai: “Inikah anakmu semuanya?” Jawabnya: “Masih
tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba.” Kata
Samuel kepada Isai: “Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk
makan, sebelum ia datang ke mari.” (I Samuel 16:11). Padahal, jelas-jelas Nabi Samuel memberitahu Isai, ayah Daud untuk mengajak semua anaknya!
(baca I Samuel 16:5) Tapi ternyata ayahnya tidak mengajak Daud. Dia
dibiarkan tetap menggembalakan kambing domba, yang padahal cuma 2-3
ekor.
Ketika
orang Filistin itu menujukan pandangnya ke arah Daud serta melihat dia,
dihinanya Daud itu karena ia masih muda, kemerah-merahan dan elok
parasnya. (I Samuel 17:42). Goliat merasa di atas angin, karena
yang berani mendekati untuk berperang dengannya cuma seorang anak muda.
Jadi dengan seenaknya dia menghina Daud.
Apakah
dengan kehidupan yang serba “pahit” seperti itu maka Daud jauh dari
Tuhan? Tidak. Dia orang yang berkenan di hati Tuhan. Dalam terjemahan
Inggris dituliskan “the man of my own heart”. Mengapa? Karena proses
kehidupan yang memang pahit itu tidak membuat Daud tinggal dalam luka
hati dan gambar diri yang buruk. Daud tidak mencari kesembuhan lewat
harta (karena memang dia tidak punya). Daud juga tidak mencari
kesembuhan atas luka hatinya lewat teman, atau mengandalkan manusia,
karena Daud pun tidak punya teman kecuali 2-3 ekor kambing domba.
Kehidupannya sehari-hari adalah menggembalakan kambing domba, demi
menaati perintah ayahnya. Dan selama menggembalakan itulah Daud bertemu
dan dekat dengan Tuhan. Dia senang menyanyikan pujian untuk Tuhan.
Buktinya? Daud bisa bermain alat musik kecapi, dan menulis begitu banyak
mazmur untuk Tuhan.
CARILAH KESEMBUHAN
Nah, poin pentingnya adalah ini: carilah kesembuhan
atas luka dalam hati kita, dan milikilah gambar diri yang sehat. Bukan
lewat banting tulang mencari harta supaya dipandang orang. Bukan lewat
kekayaan maka kita bisa pulih dari rasa minder. Bukan lewat
penampilan/barang-barang bermerek mahal yang menempel di badan, bukan
lewat make-up mahal, bukan lewat kecantikan atau kegantengan, lewat
bentuk tubuh ideal (dengan cara fitness, body building, dll), atau
bahkan lewat kuasa gelap. Ada lho banyak orang yang minder walaupun
cantik, jadi datang ke dukun untuk minta jimat supaya bisa percaya diri.
Ya! Percaya
diri bukan didapat dari hal-hal seperti itu. Bukan juga dari pergaulan
yang buruk, bukan dari rokok, bukan dari narkoba, bukan dari free sex,bukan
dari kebut-kebutan di jalanan. Bukan. Tapi cuma dari Tuhan! Dan sayang
sekali… Saul tidak mencari Tuhan untuk menyembuhkan luka hati dan
memulihkan gambar dirinya.
Teman-teman INSIDE, apakah kita mau mencari kesembuhan untuk setiap luka hati kita? Mendekatlah kepada Tuhan. Cuma kasihNya yang bisa menyembuhkan kita. Cuma kuasaNya yang bisa memulihkan gambar diri kita.
Setiap kita bisa mencapai puncak pelayanan/dipandang hebat dalam
kegiatan-kegiatan rohani, tapi sesungguhnya itu adalah karena Roh Allah!
Urapan Tuhan akan membawa kita ke tempat yang tinggi (dilihat dan
dikagumi banyak orang), tapi hanya kesembuhan sempurna dari TUHAN atas
luka hati dan gambar diri kita yang akan membuat kita bertahan di sana!
Jadilah seperti Daud, orang yang berkenan kepada Tuhan karena selalu taat. Tapi ingat ini: Itu semua akan kita dapatkan, setelah kita mengalami kesembuhan dari Tuhan!
Caranya? carilah kesembuhan lewat doa, punya waktu khusus untuk bersaat
teduh, punya komunitas yang sehat, membaca artikel-artikel yang
“sehat”/membangun/positif, lakukan konseling bila perlu, berdoa minta
mentor dari Tuhan, atau apa saja yang akan membuat kita hidup dalam
anugrah Tuhan, dan bukan sebaliknya. Tidak ada kata terlambat.
Lakukanlah sekarang! God bless you! (Erna Liem-INSIDE)
Komentar
Posting Komentar