HAKEKAT PENYEMBAHAN (1) - By Ps. Steven Agustinus
HAKEKAT PENYEMBAHAN (1) - By Ps. Steven Agustinus
Saya
percaya dalam bulan-bulan ke depan, Tuhan akan membawa kita ke dalam
sebuah posisi rohani yang berbeda. Saudara akan alami bagaimana “Kristus
di tengah-tengah kamu” akan menjadi sebuah realita dan karunia-karunia
Roh mengalir begitu saja di tengah-tengah kita. Untuk itu saya ingin
tegaskan, pastikan dari waktu ke waktu kita terus belajar meresponi
ketika hadirat Tuhan datang, karena Tuhan akan mulai membawa kita
mengalami terobosan-terobosan besar melalui penyembahan yang kita
lakukan.
Agar
kita dapat memiliki pemahaman yang benar tentang penyembahan, saya
ingin membagikan kepada Anda seperti apa sesungguhnya hakekat
penyembahan yang sejati. Jika kita mempelajari
dari Alkitab, penyembahan yang sejati bukanlah permainan musik ataupun
lagu yang dinyanyikan. Sebaliknya, seprofesional apapun permainan musik
dalam suatu ibadah atau sebagus apapun lagu yang dinaikkan, tanpa dua
hakekat ilahi ini, apa yang kita sebut sebagai ‘penyembahan’
sesungguhnya bukanlah penyembahan.
Jika
kita melihat penyembahan yang pertama kali terjadi dalam Alkitab, kita
akan mendapati bahwa penyembahan sama sekali tidak ada sangkut pautnya
dengan musik ataupun lagu.
“Setelah
beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil
tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; Habel juga
mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya,
yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban
persembahannya itu, tetapi Kain dan korban persembahannya tidak
diindahkan-Nya...” (Kejadian 4:3-5)
Kain
dan Habel sama-sama menyembah Tuhan dengan mempersembahkan korban dan
kita tidak mendapati adanya nyanyian ataupun permainan musik terlebih
dahulu sebelum mereka masuk dalam penyembahan. Namun sesungguhnya,
inilah hakekat yang benar dari penyembahan, yaitu:
1. Kita memiliki kehidupan yang terus diselaraskan dengan kebenaran.
Tanpa
memiliki kehidupan yang terus diselaraskan dengan kebenaran, apapun
yang kita lakukan & nyanyikan akan menjadi sekedar sesuatu hal yang
biasa. Baru ketika hidup kita terus diselaraskan dengan kebenaran maka
kata-kata dari lagu apapun yang kita nyanyikan akan menjadi seperti bau
harum di hadapan Tuhan dan itulah yang menjadi penyembahan kita.
Ketika
manusia untuk pertama kalinya jatuh ke dalam dosa dan Tuhan mencari
mereka, Alkitab berkata bahwa mereka bersembunyi dan mengenakan daun
pohon ara sebagai pakaian mereka. Setelah Tuhan mengkonfrontasi setiap
kejahatan dan dosa yang dilakukan Adam dan Hawa (Kej. 3:21), Tuhan
mengganti pakaian mereka dengan membuatnya dari kulit binatang. Itu
berarti, sebelum Tuhan dapat membuat pakaian tersebut harus ada binatang
yang dikorbankan terlebih dahulu – ada penumpahan darah. Dari sini Adam
dan Hawa mempelajari suatu prinsip: Tuhan hanya akan bisa disenangkan
melalui penyembahan mereka ketika terjadi penumpahan darah. Jika kita
melihat dalam Kejadian 4, kita mendapati bahwa Kain mencoba untuk
mempersembahkan sesuatu yang berasal dari bumi ini, yang meskipun
dihasilkannya dari jerih payahnya, tetapi oleh karena apa yang Kain
persembahkan tersebut bertentangan atau tidak sesuai dengan apa yang
Tuhan sudah tetapkan, maka Tuhanpun menolak persembahan Kain. Itu
sebabnya jika kita rindu memberikan penyembahan yang sejati, kita harus
pastikan hidup kita selalu diselaraskan dengan kebenaran, sehingga
apapun yang kita lakukan akan selalu menyukakan hati Tuhan.
Karenanya
saya mendorong setiap Saudara, setiap kali Anda mendengar sebuah
prinsip firman, pastikan Anda bukan hanya sekedar mendengarkannya tapi
juga mulai menerapkannya sungguh-sungguh. Buat setiap prinsip firman
termanifestasi dalam kehidupan sehari-harimu, sampai pikiran dan
pengambilan keputusanmu terpengaruh oleh prinsip firman tersebut. Ketika
kita melakukan hal ini, apapun yang menjadi penyembahan kita pasti akan
diterima oleh Tuhan. Satu hal yang saya ingin tegaskan, penyembahan
adalah sebuah aktivitas rohani – sesuatu yang kita lakukan dengan roh
kita. Selama roh kita terus diselaraskan dengan kebenaran, maka setiap
kali roh kita mulai beraktivitas, hal tersebut akan mengundang aktivitas
ilahi dari sorga sehingga kita seperti membuat Tuhan harus bertindak
oleh karena apa yang kita lakukan sebagai sebuah penyembahan.
Demikian
pula sebaliknya jika kita tidak terus menyelaraskan hidup kita dengan
kebenaran; oleh karena roh kita masih terus tercemar dengan berbagai
macam dosa dan kenajisan, maka ketika kita melakukan sesuatu yang
disebut sebagai penyembahan, roh-roh lainlah yang
akan mulai datang. Sesungguhnya, setiap kali kita ada dalam sebuah
penyembahan, kita akan selalu ‘diperlengkapi’ – entah oleh Tuhan atau
oleh setan – tergantung bagaimana kita terus menata hidup kita. Selama
kita terus menata kehidupan kita selaras dengan kebenaran-Nya, kita
dapat mengetahui dengan pasti bahwa Tuhan sedang terus bekerja dalam
hidup kita dan Ia akan membawa kita naik dari satu kemuliaan kepada
kemuliaan yang lebih lagi.
Wahyu 2:12-16 berkata: “…Aku
tahu di mana engkau diam, yaitu di sana, di tempat takhta Iblis; dan
engkau berpegang kepada nama-Ku, dan engkau tidak menyangkal imanmu
kepada-Ku, juga tidak pada zaman Antipas, saksi-Ku, yang setia
kepada-Ku, yang dibunuh di hadapan kamu, di mana Iblis diam. Tetapi Aku
mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa
orang yang menganut ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak
untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala
dan berbuat zinah. Demikian juga ada padamu orang-orang yang berpegang
kepada ajaran pengikut Nikolaus. Sebab itu bertobatlah! Jika tidak
demikian, Aku akan segera datang kepadamu dan Aku akan memerangi mereka
dengan pedang yang di mulut-Ku ini.” Mazmur 22:4 juga berkata: “Tuhan bertahta di atas pujian umat-Nya.”
Apabila kita mendapati dalam Wahyu 2 bahwa ada umat Tuhan yang
dikatakan masih mengikuti ajaran Bileam – masih mengijinkan orang
berbuat zinah, melakukan penyembahan berhala (berhati degil, keras
kepala, dan keserakahan), dll – maka ketika umat Tuhan macam ini
berkumpul bersama-sama untuk menyembah, yang mereka ciptakan
sesungguhnya bukanlah tahta Tuhan tetapi tahta iblis.
Karenanya
saya menantang setiap Saudara untuk terus waspada – apapun yang ada
dalam hidupmu harus ditundukkan dan diselaraskan dengan kebenaran, agar
setiap kali kita melakukan aktivitas penyembahan kita, berbagai dimensi
sorga lah yang akan berdatangan dalam hidup kita. Dengan kita terus
menyelaraskan diri dengan prinsip kebenaran-Nya, kehadiran Tuhan akan
semakin kuat dalam hidup kita. Dengan demikian, setiap kali kita
berkumpul bersama-sama untuk menyembah Tuhan, penyembahan yang kita
naikkan membuat Gereja memiliki sebuah posisi rohani yang berbeda – kita
siap untuk menghajar seluruh kekuatan neraka yang ada di sebuah kota.
Tuhan memberi kita otoritas pemerintahan, sehingga apapun yang kita
doakan pasti akan terjadi. Saya mendorong Anda untuk terus belajar
mempraktekkan setiap prinsip firman yang sudah engkau terima, karena
setiap prinsip firman tersebut bertujuan untuk menolong Anda mengalami
perubahan paradigma, membentuk kehidupanmu dan memunculkan engkau
sebagai pribadi yang berbeda. Perubahan paradigma akan membuat kebenaran
yang Anda pahami termeterai kuat dalam hidupmu, sehingga firman
kebenaran yang ada tidak akan pernah copot lagi dari hidupmu; sekali
engkau berubah, engkau tidak akan pernah lagi kembali kepada kehidupanmu
yang lama.
2. Kita perlu memiliki pengenalan akan Tuhan yang sehat dan seimbang.
Sesederhana
apapun pengenalan akan Tuhan yang Anda miliki, pastikan engkau mengenal
Dia sebagaimana Dia adanya, dalam pengenalan yang sehat dan seimbang.
Sebab jika kita melakukan penyembahan tanpa pengenalan akan Tuhan yang
sehat dan seimbang, semua yang kita lakukan tidak akan membawa kita
masuk kepada dimensi pewahyuan yang lebih mendalam. Padahal, ketika kita
menyembah, yang Tuhan inginkan adalah agar Dia dapat mewahyukan
Diri-Nya kepada kita.
Ketika
Abraham harus mempersembahkan Ishak – yang bagi Abraham adalah
penyembahan terberat yang harus dibuatnya – Abraham melakukannya dengan
sebuah ketaatan (Kej. 22:1-3). Abraham telah memiliki sebuah pewahyuan
tentang ketaatan mutlak kepada Tuhan, dan pada saat yang sama, Ibrani 11
jug memberitahukan kita bahwa Abraham sempat berpikir, jika Tuhan sudah
disenangkan, Tuhan pasti akan membangkitkan Ishak kembali. Kenapa?
Karena Ishak adalah anak perjanjian. Dengan kata lain, selain pewahyuan
tentang Allah yang harus ditaati secara mutlak, Abraham juga memiliki
sebuah pewahyuan yang baru, bahwa Dia adalah Allah yang sanggup
membangkitkan orang dari kematian. Dengan modal pewahyuan yang sehat
inilah Abraham menyembah Tuhan, sehingga sementara Abraham melakukan
penyembahannya, tersingkap pula sebuah pewahyuan yang baru: Dia adalah
Allah yang menyediakan (Kej. 22:11-14). Akibatnya, dampak dari ketaatan
Abraham tersebut tidak hanya dinikmati oleh Abraham tapi bahkan juga
oleh Ishak (Kej. 26:1-6, 12-13.)
Komentar
Posting Komentar