Kuk Yang Ringan
KUK YANG RINGAN
By: Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
“Marilah kepada-Ku. Semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”
Matius 11:28-30.
Pernahkah kita berpikir “Mengapa begitu banyak perintah-perintah Tuhan yang harus kita lakukan dalam hidup kekristenan kita? Mengapa sepertinya Tuhan begitu mengatur hidup kita? Bukankan kita sudah dimerdekakan oleh salib Kristus?”
Paham hypergrace mempersoalkan mengapa kita harus hidup dengan dibebani oleh ketaatan untuk melakukan perintah-perintah Tuhan demi menyenangkan hati-Nya padahal kita ini sudah sempurna dalam pandangan-Nya? Mereka berpendapat bahwa orang percaya tidak wajib lagi menjalani kehidupan sebagai murid setelah mereka “diselamatkan” karena Yesus sudah menyelesaikan semuanya di kayu salib. Dan apabila Yesus sudah mengatakan “sudah selesai” maka tidak ada lagi yang disisakan untuk kita kerjakan selain hanya percaya kepada-Nya saja. Pemahaman demikian memang terdengar masuk akal dan mengenakkan telinga. Tetapi apakah benar demikian? Tentu saja pemahaman itu SALAH & MENYESATKAN!
Pertama-tama mari kita perhatikan apa yang Yesus maksudkan dengan ayat tersebut di atas. Di bagian itu Yesus sedang berbicara mengenai pergumulan persoalan dan tantangan kehidupan yang dihadapi setiap manusia untuk bisa hidup benar dan berkenan di hadapan Allah. Bersama Yesus tantangan itu akan menjadi beban dan kuk yang ringan karena kita tidak lagi menanggungnya sendirian.
Pengajar hypergrace menafsirkan ayat itu bahwa Tuhan Yesus telah mengangkat kuk tersebut sehingga mereka hidup bebas tanpa tuntutan apapun. Padahal Tuhan Yesus pada ayat tersebut dengan jelas menawarkan adanya beban atau kuk yang jika kita kenakan bersama dengan Dia akan menjadi kuk yang ringan dan menjadi pengalaman kekristenan yang menyenangkan.
Apakah yang dimaksud dengan Kuk?
Secara harafiah kuk adalah kayu lengkung yang dipasang pada sepasang lembu untuk menarik bajak. Kata “Kuk” dipakai sebagai kiasan dari “hukum” yang mengikat orang-orang percaya agar dapat hidup dengan teratur dan bisa diatur oleh “Tuannya”. Tuhan Yesus memberikan Hukum Baru yang harus dipikul semua orang percaya untuk menjadikan umat-Nya menjadi setia dan mau dipimpin oleh Tuhan. Yesus turut bersama-sama kita dalam memikul kuk yang baru itu.
1 Yohanes 5:3 berkata: “Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat.”
Kata kuk juga memiliki kesamaan dengan kata ‘kewajiban’, artinya setiap orang percaya harus menyadari sepenuhnya ada tanggung jawab dalam kita mengikut Tuhan.
Kolose 2:6-7, “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.”
Semua Perintah-perintah Tuhan Yesus dapat kita lakukan dengan kuasa Roh Kudus, yang dibutuhkan adalah kerelaan kehendak kita.
God bless us
By: Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
“Marilah kepada-Ku. Semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”
Matius 11:28-30.
Pernahkah kita berpikir “Mengapa begitu banyak perintah-perintah Tuhan yang harus kita lakukan dalam hidup kekristenan kita? Mengapa sepertinya Tuhan begitu mengatur hidup kita? Bukankan kita sudah dimerdekakan oleh salib Kristus?”
Paham hypergrace mempersoalkan mengapa kita harus hidup dengan dibebani oleh ketaatan untuk melakukan perintah-perintah Tuhan demi menyenangkan hati-Nya padahal kita ini sudah sempurna dalam pandangan-Nya? Mereka berpendapat bahwa orang percaya tidak wajib lagi menjalani kehidupan sebagai murid setelah mereka “diselamatkan” karena Yesus sudah menyelesaikan semuanya di kayu salib. Dan apabila Yesus sudah mengatakan “sudah selesai” maka tidak ada lagi yang disisakan untuk kita kerjakan selain hanya percaya kepada-Nya saja. Pemahaman demikian memang terdengar masuk akal dan mengenakkan telinga. Tetapi apakah benar demikian? Tentu saja pemahaman itu SALAH & MENYESATKAN!
Pertama-tama mari kita perhatikan apa yang Yesus maksudkan dengan ayat tersebut di atas. Di bagian itu Yesus sedang berbicara mengenai pergumulan persoalan dan tantangan kehidupan yang dihadapi setiap manusia untuk bisa hidup benar dan berkenan di hadapan Allah. Bersama Yesus tantangan itu akan menjadi beban dan kuk yang ringan karena kita tidak lagi menanggungnya sendirian.
Pengajar hypergrace menafsirkan ayat itu bahwa Tuhan Yesus telah mengangkat kuk tersebut sehingga mereka hidup bebas tanpa tuntutan apapun. Padahal Tuhan Yesus pada ayat tersebut dengan jelas menawarkan adanya beban atau kuk yang jika kita kenakan bersama dengan Dia akan menjadi kuk yang ringan dan menjadi pengalaman kekristenan yang menyenangkan.
Apakah yang dimaksud dengan Kuk?
Secara harafiah kuk adalah kayu lengkung yang dipasang pada sepasang lembu untuk menarik bajak. Kata “Kuk” dipakai sebagai kiasan dari “hukum” yang mengikat orang-orang percaya agar dapat hidup dengan teratur dan bisa diatur oleh “Tuannya”. Tuhan Yesus memberikan Hukum Baru yang harus dipikul semua orang percaya untuk menjadikan umat-Nya menjadi setia dan mau dipimpin oleh Tuhan. Yesus turut bersama-sama kita dalam memikul kuk yang baru itu.
1 Yohanes 5:3 berkata: “Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat.”
Kata kuk juga memiliki kesamaan dengan kata ‘kewajiban’, artinya setiap orang percaya harus menyadari sepenuhnya ada tanggung jawab dalam kita mengikut Tuhan.
Kolose 2:6-7, “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.”
Semua Perintah-perintah Tuhan Yesus dapat kita lakukan dengan kuasa Roh Kudus, yang dibutuhkan adalah kerelaan kehendak kita.
God bless us
Komentar
Posting Komentar