Ekspresi Penyembahan
- EKSPRESI PENYEMBAHAN -
"Biarlah mereka memuji-muji namaNya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepadaNya dengan rebana dan kecapi."
Mazmur 149:3
Tarian profetik ada salah satunya adalah sebagai ekspresi penyembahan. Oleh karena itu, setiap hal di dalamnya bukanlah sekedar tarian indah, pemanis mimbar ataupun untuk meramaikan ibadah saja.
Gaun atau jubah tarian yang digunakan, lagu yang dinyanyikan, gerakan demi gerakan yang dilakukan maupun alat tarian yang digunakan adalah ekspresi yang hendak kita naikkan untuk Raja segala raja.
Lalu Miryam, nabiah itu, saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan tampillah semua perempuan yang mengikutinya memukul rebana serta menari-nari. Dan menyanyilah Miryam memimpin mereka : "Menyanyilah bagi Tuhan, sebab Ia tinggi luhur; kuda dan penunggangnya dilemparkanNya ke dalam laut."
Keluaran 15:20-21
Kejadian ini terjadi setelah Allah membuat keajaiban membelah lautan sehingga bangsa Israel dapat lewat dan terlepas dari kejaran tentara Firaun dan bahkan menelan tentara itu ke dalam lautan yang kembali menutup.
Ini adalah sebuah ekspresi sukacita dan ucapan syukur yang mereka naikkan ke hadapan Tuhan karena Ia telah menyelamatkan bangsa Israel.
Momen lainnya yang tertulis di Alkitab adalah ketika Raja Daud membawa kembali tabut perjanjian bersama pasukannya. Di momen itu, Daud, dengan penuh sukacita, melepaskan predikatnya sebagai seorang raja dan tidak malu-malu, Raja Daud menari di jalan.
Ketika aku melihat gambar ini tadi sore, itulah yang terlintas di pikiranku. Sesungguhnya orang-orang ini bukanlah sedang menyembah replika tabut perjanjian ini.
Kita semua tahu, di Alkitab tertulis bahwa Tabut Perjanjian adalah tanda hadirat Tuhan. Bukan sedang menyembah tabutnya, namun ini adalah ekspresi menyambut hadirat Tuhan dinyatakan, ekspresi penyembahan dan pengagungan kepada Raja segala raja.
Sama halnya dengan ketika kita menyanyi sambil bertepuk tangan dan bergoyang ke kiri dan kanan di saat menyanyikan lagu pujian.
Sama halnya dengan ketika kita berlutut berdoa di saat mengalami pergumulan yang berat.
Sama halnya ketika kita mengangkat tangan dan menyatakan pujian kita pada Tuhan.
Memang ekspresi-ekspresi itu terkadang adalah hal yang muncul dari dalam hati kita. Namun dalam sebuah ibadah, tarian profetik ini justru adalah perwakilan, nyanyian dari hati para penyembah yang menari. Karena tanpa disadari, sebuah lagu yang dinaikkan di hadapan Tuhan, bersama dengan musik yang dialunkan, nyanyian yang dikumandangkan, tarian yang dilakukan dan properti pendukung lainnya, semuanya itu dapat mempengaruhi atmosfer.
Tidak banyak yang dapat memahami, mengalami dan merasakan hal ini, tau mungkin mengalami dan merasakan tapi belum memahami hal itu. Namun sesungguhnya, mata bisa dibohongi tapi roh tidak bisa. :)
Kita bisa melihat sebuah mimbar yang begitu mewah, besar, memiliki alat musik lengkap, dan lain-lainnya, tetapi terasa kosong.
Kita bisa melihat sebuah tarian dengan berbagai gerakan yang rumit tetapi terasa kosong.
Karena tarian profetik yang sesungguhnya lebih dari itu. :)
Tidak semua orang bisa memahami hal ini, namun jika kamu dipanggil menjadi seorang penyembah yang menari, teruslah belajar sedapat mungkin menangkap hatiNya, mengerti kerinduanNya, maka kamu akan dapat membawakan tarian yang menyukakan hati Rajamu.
"Beyond the dance itself!" - Karar 😊
P.S Gambar diambil dari account Instagram Ibu Iin Tjipto, karena aku sangat tergerak oleh bagaimana mereka mengekspresikan penyembahan mereka dengan tersungkur 😁
Selviani Lakmudin
"Biarlah mereka memuji-muji namaNya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepadaNya dengan rebana dan kecapi."
Mazmur 149:3
Tarian profetik ada salah satunya adalah sebagai ekspresi penyembahan. Oleh karena itu, setiap hal di dalamnya bukanlah sekedar tarian indah, pemanis mimbar ataupun untuk meramaikan ibadah saja.
Gaun atau jubah tarian yang digunakan, lagu yang dinyanyikan, gerakan demi gerakan yang dilakukan maupun alat tarian yang digunakan adalah ekspresi yang hendak kita naikkan untuk Raja segala raja.
Lalu Miryam, nabiah itu, saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan tampillah semua perempuan yang mengikutinya memukul rebana serta menari-nari. Dan menyanyilah Miryam memimpin mereka : "Menyanyilah bagi Tuhan, sebab Ia tinggi luhur; kuda dan penunggangnya dilemparkanNya ke dalam laut."
Keluaran 15:20-21
Kejadian ini terjadi setelah Allah membuat keajaiban membelah lautan sehingga bangsa Israel dapat lewat dan terlepas dari kejaran tentara Firaun dan bahkan menelan tentara itu ke dalam lautan yang kembali menutup.
Ini adalah sebuah ekspresi sukacita dan ucapan syukur yang mereka naikkan ke hadapan Tuhan karena Ia telah menyelamatkan bangsa Israel.
Momen lainnya yang tertulis di Alkitab adalah ketika Raja Daud membawa kembali tabut perjanjian bersama pasukannya. Di momen itu, Daud, dengan penuh sukacita, melepaskan predikatnya sebagai seorang raja dan tidak malu-malu, Raja Daud menari di jalan.
Ketika aku melihat gambar ini tadi sore, itulah yang terlintas di pikiranku. Sesungguhnya orang-orang ini bukanlah sedang menyembah replika tabut perjanjian ini.
Kita semua tahu, di Alkitab tertulis bahwa Tabut Perjanjian adalah tanda hadirat Tuhan. Bukan sedang menyembah tabutnya, namun ini adalah ekspresi menyambut hadirat Tuhan dinyatakan, ekspresi penyembahan dan pengagungan kepada Raja segala raja.
Sama halnya dengan ketika kita menyanyi sambil bertepuk tangan dan bergoyang ke kiri dan kanan di saat menyanyikan lagu pujian.
Sama halnya dengan ketika kita berlutut berdoa di saat mengalami pergumulan yang berat.
Sama halnya ketika kita mengangkat tangan dan menyatakan pujian kita pada Tuhan.
Memang ekspresi-ekspresi itu terkadang adalah hal yang muncul dari dalam hati kita. Namun dalam sebuah ibadah, tarian profetik ini justru adalah perwakilan, nyanyian dari hati para penyembah yang menari. Karena tanpa disadari, sebuah lagu yang dinaikkan di hadapan Tuhan, bersama dengan musik yang dialunkan, nyanyian yang dikumandangkan, tarian yang dilakukan dan properti pendukung lainnya, semuanya itu dapat mempengaruhi atmosfer.
Tidak banyak yang dapat memahami, mengalami dan merasakan hal ini, tau mungkin mengalami dan merasakan tapi belum memahami hal itu. Namun sesungguhnya, mata bisa dibohongi tapi roh tidak bisa. :)
Kita bisa melihat sebuah mimbar yang begitu mewah, besar, memiliki alat musik lengkap, dan lain-lainnya, tetapi terasa kosong.
Kita bisa melihat sebuah tarian dengan berbagai gerakan yang rumit tetapi terasa kosong.
Karena tarian profetik yang sesungguhnya lebih dari itu. :)
Tidak semua orang bisa memahami hal ini, namun jika kamu dipanggil menjadi seorang penyembah yang menari, teruslah belajar sedapat mungkin menangkap hatiNya, mengerti kerinduanNya, maka kamu akan dapat membawakan tarian yang menyukakan hati Rajamu.
"Beyond the dance itself!" - Karar 😊
P.S Gambar diambil dari account Instagram Ibu Iin Tjipto, karena aku sangat tergerak oleh bagaimana mereka mengekspresikan penyembahan mereka dengan tersungkur 😁
Selviani Lakmudin
Komentar
Posting Komentar