Pelajaran Tentang Shofar
Disadur dari buku “Shofar, Pengorbanan Sempurna Domba Jantan”- Agustinus Sumandar
Shofar yang ditiup dari hati yang menyembah tidak akan pernah sia-sia dan selalu dihargai oleh Tuhan. Sewaktu kita belajar meniup Shofar, sekalipun suara yang keluar itu masih parau, Tuhan menghargai semua yang datang dari hati kita dan pada saat anda meniup Shofar dengan kesadaran penuh bahwa Hadirat Tuhan akan turun di tempat anda berada, maka Tuhan selalu setia dan akan memenuhi anda dengan Hadirat Nya.
Pengharapan yang besar dan pengertian yang benar akan tujuan peniupan Shofar sangat menentukan atmosfir udara. Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, sebenarnya bagian terpenting daripada peniupan Shofar adalah mendengar tiupannya, bukan meniupnya. Bilamana anda belum bisa ataupun belum mahir dalam meniup Shofar, anda dapat berpartisipasi dalam bagian yang lebih penting, yaitu mendengarkan tiupan Shofar tersebut. Bila anda sudah mahir dalam meniup Shofar, dengarkan dengan seksama tiupan Shofar anda. Jangan terlalu berfokus pada kualitas suara tiupan Shofar. Bagi saya, yang terpenting adalah Hadirat Tuhan yang ditandai oleh gema dari suara Anak Domba Allah yang merubah atmosfir rohani disekitar kita pada saat anda mendengar tiupan Shofar. Itulah yang lebih penting daripada yang lainnya.
Meniup Shofar tidak sama seperti meniupkan alat musik tiup lain seperti terompet, cornet, trombone dsb. Shofar adalah instrumen penyembahan. Setiap kali kita meniup Shofar, dibutuhkan iman dan ketergantungan kita kepada Tuhan untuk mengeluarkan suara yang indah dan sesuai dengan yang kita ingini.
Jadi disamping faktor ketrampilan (keahlian) dari hasil latihan yang intensif dan berkala, kita harus bergantung kepada Kasih Karunia Tuhan. Seahli apapun seseorang dalam meniupkan Shofar, dia tetap harus merendahkan dirinya di hadapan Tuhan dan bergantung hanya kepadaNya untuk setiap nada tiupan Shofar yang dihasilkan.
PINTU SURGA YANG TERBUKA
Sebuah kisah mengenai peniupan Shofar dari seorang Yahudi dibawah ini cukup memberikan dorongan yang baik bagi mereka yang masih bergumul dalam meniup Shofar. Ze’ev Wolf Kitzes adalah seorang Rabbi yang hidup di abad 17. Dia bertugas untuk meniup Shofar (sebagai Ba’al Tekiah) untuk pertama kalinya dihadapan “Ark” (sebutan utk Kitab Taurat Musa sebagai simbol dari Tabut Perjanjian) pada hari Perayaan Rosh Hashanah. Wolf berusaha untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya dengan berlatih mempelajari dengan seksama jenis-jenis tiupan Shofar beserta maknanya.
Pada hari Rosh Hashanah tibalah saatnya bagi Wolf untuk meniupkan Shofar. Namun apa yang terjadi? Semua yang dia pelajari hilang dari ingatannya dan Shofar yang dia tiup tidak mengeluarkan bunyi sama sekali. Dia menangis dengan hati yang hancur namun Wolf mencobanya sekali lagi. Kali ini terdengar suara Shofar yang sangat merdu dan sempurna sehingga doa-doa Rosh Hashanah di tempat itu seakan-akan sampai ke Surga.
Surga yang terbuka akan menghasilkan Hadirat Tuhan yang tebal dan kita selalu diingatkan bahwa memang Tuhan Yesus itu sangat dekat dengan kita. Dia bahkan tinggal di dalam kita. Namun seringkali kita lupa atau tidak menyadari kehadiran Nya dalam kehidupan kita sehari-hari. Hadirat Tuhan yang seperti inilah sebenarnya tujuan utama dari Penyembahan kita. Untuk mengalami atmosfir Surga yang nyata hanya dibutuhkan dua kunci yaitu hati yang hancur dan menghargai Karya Tuhan Yesus di Kayu Salib. Apapun yang kita lakukan untuk Tuhan dengan hati yang tulus dan hancur (termasuk keinginan untuk dipakai Tuhan dalam meniup Shofar) PASTI akan berhasil dan hadirat Tuhan akan nyata kita rasakan.
Mazmur 51:17
“Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kupandang hina, ya Allah”
“Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kupandang hina, ya Allah”
Teruslah berlatih meniup Shofar dengan hati kita, bukan dengan hanya dengan mulut kita.
wow..thanks for sharing this..
BalasHapus