Orang Yang Tidak Mengalami KEMULIAAN TUHAN 1
Orang Yang Tidak Mengalami KEMULIAAN TUHAN 1
Ps Joseph Hendrik Gomulya
Ini adalah golongan orang yang seharusnya menerima kemuliaan Tuhan tetapi yang terjadi justru tidak menerima kemuliaan itu, tidak menerima pengorbanan Tuhan di kayu salib. Salah satu contohnya adalah golongan-golongan orang yang mengenal Tuhan hanya sebatas agama tanpa memiliki hubungan yang pribadi atau golongan orang yang hanya mengenal salib tetapi tidak mengenal kuasa dari darah Yesus, atau dengan kata lain mengenal Yesus hanya sampai pada pengorbanannya di kayu salib tetapi tidak pernah mengalami kuasanya. Mereka ada di sekitar salib tetapi pernah mengalami kuasa dari pada salib dan darah Yesus yang tercurah di kayu salib.
GOLONGAN ORANG YANG MENCARI-CARI KESALAHAN ATAU MEMBERIKAN KESAKSIAN PALSU
"Sesudah mereka menangkap Yesus, mereka membawa-Nya menghadap Kayafas, Imam Besar. Di situ telah berkumpul ahli-ahli Taurat dan tua-tua. Dan Petrus mengikuti Dia dari jauh sampai ke halaman Imam Besar, dan setelah masuk ke dalam, ia duduk di antara pengawal-pengawal untuk melihat kesudahan perkara itu. Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum mati, tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta. Tetapi akhirnya tampillah dua orang, yang mengatakan: “Orang ini berkata: Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari.” Lalu Imam Besar itu berdiri dan berkata kepada-Nya: “Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?” Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: “Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak.” Jawab Yesus: “Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit.” Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: “Ia menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya. Bagaimana pendapat kamu?” Mereka menjawab dan berkata: “Ia harus dihukum mati!” Lalu mereka meludahi muka-Nya dan meninju-Nya; orang-orang lain memukul Dia, dan berkata: “Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?” (Matius 26 : 57 - 68 TB)
Dalam terjemahan yang lain dikatakan “mereka mencari kesalahan-kesalahan” daripada Yesus. Mereka ini imam-imam besar dan ahli-ahli Taurat yang sebenarnya adalah orang-orang yang mengenal isi dari firman Tuhan dan itu dihapalkan diluar kepala mereka tetapi mereka tidak pernah mau memiliki pengenalan akan Tuhan secara pribadi, sehingga setiap langkah mereka tidak pernah diterangi atau tidak berjalan dalam tuntunan Tuhan, ini yang suatu saat menjadi ciri mencari-cari kesalahan. Mencari-cari kesalahan atau memberikan kesaksian palsu terhadap orang lain atau kepada hamba-hamba Tuhan itu akan membunuh pengenalan orang akan Tuhan sehingga tiba-tiba berkat Tuhan itu tidak bisa mengalir padahal mereka seharusnya mengalami itu.
Mencari-cari kesalahan atau mempunyai sikap mencemooh orang lain apalagi kepada hamba Tuhan harus dihindari oleh setiap anak-anak Tuhan. Apabila ada saudara atau keluarga anda melakukan kesalahan dan anda hanya mendengarnya dari orang lain akan lebih baik apabila anda mendatanginya sendiri dan langsung menanyakan.
Seringkali kita tidak menyadari bahwa ketika orang mencari-cari kesalahan, itu adalah sifat yang lama yang harus kita tinggalkan dimana seringkali orang di sebuah gereja mungkin karena kurang aktifitas dan ada energy berlebih yang keluar sehingga yang terjadi adalah saling membicarakan satu sama lainnya atau saling menggosip. Kita tidak boleh memberikan kesaksian palsu atau mencari-cari kesalahan orang lain, jadi apabila sesuatu menimpa keluarga atau sahabat kita akan lebih baik apabila kita mendatanginya, berbicara dan menegurnya dengan penuh kasih. Mari menjadi orang-orang yang dewasa agar supaya berkat Tuhan itu tercurah ketika berada dalam pengembalaan atau dalam sebuah komunitas.
Kebiasaan mencari-cari kesalahan orang lain itulah yang membuat orang tidak mengalami kemuliaan tuhan dimana mereka seharusnya yang pertama kali mengalami kuasa pengampunan Tuhan.
"Then the high priest tore his clothing to show his horror and said, “Blasphemy! Why do we need other witnesses? You have all heard his blasphemy." (Matthew 26 : 65 NLT)
Dikatakan “Then the high priest tore his clothing to show his horror” yang berarti imam besar (Kayafas) mengoyakkan pakaiannya dengan penuh kemarahan. Jadi ketika Kayafas imam besar membiarkan dirinya mencari-cari kesalahan, didalamnya sebenarnya ada sebuah kemarahan yang tidak disadari yang terjadi karena tidak ada usaha untuk menanganinya, tidak tersungkur dan mau bertobat. Kemarahan Kayafas adalah kemarahan yang sangat besar dan tidak terkendali karena untuk mengoyakkan jubah imam besar dibagian kerahnya, itu bukanlah sesuatu yang mudah karena jubah seorang imam besar jahitannya itu sangat kuat karena dijahit sampai dua kali.
Jadi mari belajar mengenali, ketika kemarahan tidak terkendali maka yang keluar adalah kepahitan. Terkadang dalam sebuah rumah tangga ketika kelakuan atau perkataan orang tua tidak seperti yang setiap kita anak-anaknya harapkan, jangan pernah mengoyakkan jubah keimaman kita dengan kemarahan dan kekecewaan apalagi sampai menghakimi orang tua tetapi sebaliknya doakan dan kasihi orang tua kita., mengatakan apa yang harus kita katakana karena bagaimana pun mereka tetap adalah otoritas kita.
Kemarahan yang keluar itu tanpa kita sadari kita mengoyakkan jubah keimaman kita dan berkat keluarga itu tidak bisa turun. Ada banyak orang atau anak yang tidak bisa menyelesaikan ini dengan orang tuanya sehingga ketika dirinya berkeluarga, keadaan keluarganya tidak menjadi lebih baik. Tetapi seorang anak yang sekalipun orang tuanya tidak takut akan Tuhan tetapi dihati dan bathinnya tetap mengasihi, mendoakan, menghormati dan memberkati orang tuanya sebagai seorang anak sehingga yang terlihat justru berkat keluarga itu turun atasnya.
Ketika imam besar Kayafas dengan penuh kemarahan mengoyakkan jubahnya, dia tidak mendapatkan apa-apa karena dia menghakimi yang seharusnya bukan bagiannya, imam besar Kayafas tidak mengetahui yang dia hakimi mempunyai jubah Imam Besar. jadi mari miliki pengertian dan mendapatkan kemuliaan Tuhan dengan tidak membiarkan mulut dan hati kita mencemooh, mencari-cari kesaksian yang palsu, dan mencari-cari kesalahan orang lain karena itu seperti mengoyakkan jubah keimaman kita sekalipun kenyataannya memang itu betul karena kita bukan hakimnya dan kita tidak pernah mengetahui sedalam apa rancangan Tuhan karena kita tidak lebih baik. Menurut pandangan orang hari ini kita mungkin lebih baik tetapi kita harus mengetahui bahwa hidup kita masih panjang ke depan dimana tidak seorang pun bisa mereka-reka jalannya, tetapi dengan tidak menghakimi, tidak menilai, tidak memberi kesaksian yang palsu, tidak melebih-lebih sesuatu atau tidak mencari kesalahan orang lain maka anda akan terhindar dari mengoyakkan jubah keimaman anda.
Amen, Tuhan Yesus memberkati....
Untung Bongga Karua T
Ps Joseph Hendrik Gomulya
Ini adalah golongan orang yang seharusnya menerima kemuliaan Tuhan tetapi yang terjadi justru tidak menerima kemuliaan itu, tidak menerima pengorbanan Tuhan di kayu salib. Salah satu contohnya adalah golongan-golongan orang yang mengenal Tuhan hanya sebatas agama tanpa memiliki hubungan yang pribadi atau golongan orang yang hanya mengenal salib tetapi tidak mengenal kuasa dari darah Yesus, atau dengan kata lain mengenal Yesus hanya sampai pada pengorbanannya di kayu salib tetapi tidak pernah mengalami kuasanya. Mereka ada di sekitar salib tetapi pernah mengalami kuasa dari pada salib dan darah Yesus yang tercurah di kayu salib.
GOLONGAN ORANG YANG MENCARI-CARI KESALAHAN ATAU MEMBERIKAN KESAKSIAN PALSU
"Sesudah mereka menangkap Yesus, mereka membawa-Nya menghadap Kayafas, Imam Besar. Di situ telah berkumpul ahli-ahli Taurat dan tua-tua. Dan Petrus mengikuti Dia dari jauh sampai ke halaman Imam Besar, dan setelah masuk ke dalam, ia duduk di antara pengawal-pengawal untuk melihat kesudahan perkara itu. Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum mati, tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta. Tetapi akhirnya tampillah dua orang, yang mengatakan: “Orang ini berkata: Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari.” Lalu Imam Besar itu berdiri dan berkata kepada-Nya: “Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?” Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: “Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak.” Jawab Yesus: “Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit.” Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: “Ia menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya. Bagaimana pendapat kamu?” Mereka menjawab dan berkata: “Ia harus dihukum mati!” Lalu mereka meludahi muka-Nya dan meninju-Nya; orang-orang lain memukul Dia, dan berkata: “Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?” (Matius 26 : 57 - 68 TB)
Dalam terjemahan yang lain dikatakan “mereka mencari kesalahan-kesalahan” daripada Yesus. Mereka ini imam-imam besar dan ahli-ahli Taurat yang sebenarnya adalah orang-orang yang mengenal isi dari firman Tuhan dan itu dihapalkan diluar kepala mereka tetapi mereka tidak pernah mau memiliki pengenalan akan Tuhan secara pribadi, sehingga setiap langkah mereka tidak pernah diterangi atau tidak berjalan dalam tuntunan Tuhan, ini yang suatu saat menjadi ciri mencari-cari kesalahan. Mencari-cari kesalahan atau memberikan kesaksian palsu terhadap orang lain atau kepada hamba-hamba Tuhan itu akan membunuh pengenalan orang akan Tuhan sehingga tiba-tiba berkat Tuhan itu tidak bisa mengalir padahal mereka seharusnya mengalami itu.
Mencari-cari kesalahan atau mempunyai sikap mencemooh orang lain apalagi kepada hamba Tuhan harus dihindari oleh setiap anak-anak Tuhan. Apabila ada saudara atau keluarga anda melakukan kesalahan dan anda hanya mendengarnya dari orang lain akan lebih baik apabila anda mendatanginya sendiri dan langsung menanyakan.
Seringkali kita tidak menyadari bahwa ketika orang mencari-cari kesalahan, itu adalah sifat yang lama yang harus kita tinggalkan dimana seringkali orang di sebuah gereja mungkin karena kurang aktifitas dan ada energy berlebih yang keluar sehingga yang terjadi adalah saling membicarakan satu sama lainnya atau saling menggosip. Kita tidak boleh memberikan kesaksian palsu atau mencari-cari kesalahan orang lain, jadi apabila sesuatu menimpa keluarga atau sahabat kita akan lebih baik apabila kita mendatanginya, berbicara dan menegurnya dengan penuh kasih. Mari menjadi orang-orang yang dewasa agar supaya berkat Tuhan itu tercurah ketika berada dalam pengembalaan atau dalam sebuah komunitas.
Kebiasaan mencari-cari kesalahan orang lain itulah yang membuat orang tidak mengalami kemuliaan tuhan dimana mereka seharusnya yang pertama kali mengalami kuasa pengampunan Tuhan.
"Then the high priest tore his clothing to show his horror and said, “Blasphemy! Why do we need other witnesses? You have all heard his blasphemy." (Matthew 26 : 65 NLT)
Dikatakan “Then the high priest tore his clothing to show his horror” yang berarti imam besar (Kayafas) mengoyakkan pakaiannya dengan penuh kemarahan. Jadi ketika Kayafas imam besar membiarkan dirinya mencari-cari kesalahan, didalamnya sebenarnya ada sebuah kemarahan yang tidak disadari yang terjadi karena tidak ada usaha untuk menanganinya, tidak tersungkur dan mau bertobat. Kemarahan Kayafas adalah kemarahan yang sangat besar dan tidak terkendali karena untuk mengoyakkan jubah imam besar dibagian kerahnya, itu bukanlah sesuatu yang mudah karena jubah seorang imam besar jahitannya itu sangat kuat karena dijahit sampai dua kali.
Jadi mari belajar mengenali, ketika kemarahan tidak terkendali maka yang keluar adalah kepahitan. Terkadang dalam sebuah rumah tangga ketika kelakuan atau perkataan orang tua tidak seperti yang setiap kita anak-anaknya harapkan, jangan pernah mengoyakkan jubah keimaman kita dengan kemarahan dan kekecewaan apalagi sampai menghakimi orang tua tetapi sebaliknya doakan dan kasihi orang tua kita., mengatakan apa yang harus kita katakana karena bagaimana pun mereka tetap adalah otoritas kita.
Kemarahan yang keluar itu tanpa kita sadari kita mengoyakkan jubah keimaman kita dan berkat keluarga itu tidak bisa turun. Ada banyak orang atau anak yang tidak bisa menyelesaikan ini dengan orang tuanya sehingga ketika dirinya berkeluarga, keadaan keluarganya tidak menjadi lebih baik. Tetapi seorang anak yang sekalipun orang tuanya tidak takut akan Tuhan tetapi dihati dan bathinnya tetap mengasihi, mendoakan, menghormati dan memberkati orang tuanya sebagai seorang anak sehingga yang terlihat justru berkat keluarga itu turun atasnya.
Ketika imam besar Kayafas dengan penuh kemarahan mengoyakkan jubahnya, dia tidak mendapatkan apa-apa karena dia menghakimi yang seharusnya bukan bagiannya, imam besar Kayafas tidak mengetahui yang dia hakimi mempunyai jubah Imam Besar. jadi mari miliki pengertian dan mendapatkan kemuliaan Tuhan dengan tidak membiarkan mulut dan hati kita mencemooh, mencari-cari kesaksian yang palsu, dan mencari-cari kesalahan orang lain karena itu seperti mengoyakkan jubah keimaman kita sekalipun kenyataannya memang itu betul karena kita bukan hakimnya dan kita tidak pernah mengetahui sedalam apa rancangan Tuhan karena kita tidak lebih baik. Menurut pandangan orang hari ini kita mungkin lebih baik tetapi kita harus mengetahui bahwa hidup kita masih panjang ke depan dimana tidak seorang pun bisa mereka-reka jalannya, tetapi dengan tidak menghakimi, tidak menilai, tidak memberi kesaksian yang palsu, tidak melebih-lebih sesuatu atau tidak mencari kesalahan orang lain maka anda akan terhindar dari mengoyakkan jubah keimaman anda.
Amen, Tuhan Yesus memberkati....
Untung Bongga Karua T
Komentar
Posting Komentar