KENALI TUHAN SECARA PRIBADI
8 Oktober
KENALI TUHAN SECARA PRIBADI
Tetapi semua orang yang melihat hal itu
bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang
di rumah orang berdosa."
( Lukas 19 : 7 )
2000 tahun yang lalu ketika Tuhan turun
ke bumi sebagai manusia,
pada akhirnya hanya beberapa orang saja
yang mempercayai
bahwa Dia itu TUHAN.
Tuhan datang dengan terlalu sederhana,
terlalu Manusiawi,
murid-murid-Nya memetik gandum
di hari sabat.
Ia mau di urapi oleh perempuan berdosa.
Ia makan-minum berpesta
di rumah orang-orang berdosa.
Bagaimana seseorang dapat mengenali
Tuhan
di balik hal-hal tersebut?
Secara rasional tidak bisa, hanya saja bagi
Tuhan tidak ada yang mustahil,
cahaya kemuliaan-Nya sanggup menembus
rintangan rasio.
Akan lebih cepat dan mudah kemuliaan itu
kita kenali
dan sadari apabila kita bersedia meninggalkan
barier rasio
dan merendahkan hati untuk terbuka terhadap
pemikiran dan
kerangka pikir yang baru dan tidak alergi
terhadap
kemungkinan- kemungkinan yang berbeda
dengan tradisi teologis kita.
Disalin dari Renungan Harian "Dari Hati Sang Raja" oleh Pdt. Petrus Agung Purnomo
KENALI TUHAN SECARA PRIBADI
Tetapi semua orang yang melihat hal itu
bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang
di rumah orang berdosa."
( Lukas 19 : 7 )
2000 tahun yang lalu ketika Tuhan turun
ke bumi sebagai manusia,
pada akhirnya hanya beberapa orang saja
yang mempercayai
bahwa Dia itu TUHAN.
Tuhan datang dengan terlalu sederhana,
terlalu Manusiawi,
murid-murid-Nya memetik gandum
di hari sabat.
Ia mau di urapi oleh perempuan berdosa.
Ia makan-minum berpesta
di rumah orang-orang berdosa.
Bagaimana seseorang dapat mengenali
Tuhan
di balik hal-hal tersebut?
Secara rasional tidak bisa, hanya saja bagi
Tuhan tidak ada yang mustahil,
cahaya kemuliaan-Nya sanggup menembus
rintangan rasio.
Akan lebih cepat dan mudah kemuliaan itu
kita kenali
dan sadari apabila kita bersedia meninggalkan
barier rasio
dan merendahkan hati untuk terbuka terhadap
pemikiran dan
kerangka pikir yang baru dan tidak alergi
terhadap
kemungkinan- kemungkinan yang berbeda
dengan tradisi teologis kita.
Disalin dari Renungan Harian "Dari Hati Sang Raja" oleh Pdt. Petrus Agung Purnomo
Komentar
Posting Komentar