PERSEKUTUAN YANG INTIM DENGAN BAPA
PERSEKUTUAN YANG LEBIH INTIM DENGAN BAPA
Jika kita memperhatikan ayat dalam Yohanes 14:23 - Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.
Kita akan mendapati adanya pribadi Bapa, lalu pribadi Yesus dan tentu saja pribadi Roh Kudus - inilah yang sering di sebut sebagai ke-Tritunggal-an Allah. Mereka memang adalah tiga pribadi yang 'berbeda' tapi telah sedemikian 'sehati, sepikir, satu tujuan' sehingga tidak bisa lagi dibeda-bedakan/ dipisahkan - mereka adalah individu yang jamak (lebih dari satu) tapi telah sedemikian menyatu.
Analogi yang bisa saya gambarkan adalah sama seperti pasangan suami-istri yang sudah menikah, Alkitab menyebut mereka bukan lagi dua tapi satu! Ada juga ilustrasi lain yang bisa menjelaskan tentang 'kesatuan yang jamak' ini: Ambillah sebuah contoh tentang pasangan suami-istri yang memiliki anak. Seringkali sang anak tahu bahwa jika ia ingin meminta sesuatu - misalkan, es krim, maka dia harus meminta kepada sang ayah; karena kalau meminta kepada sang ibu pasti akan di beri banyak persyaratan. Ini menandakan bahwa kejamakan (suami dan istri - berarti dua pribadi) masih belum 'menjadi satu'. Karena masih adanya 'perbedaan' diantara mereka. Tapi bayangkan seandainya suami-istri tersebut sudah bertumbuh dalam kematangan/ kedewasaan sehingga ada 'banyak aspek' dalam hidup mereka sudah menjadi sehati, maka jika anak mereka meminta sesuatu dan di tolak oleh sang ibu, otomatis jika sang anak meminta hal yang sama kepada sang ayah, dia juga akan mendapatkan jawaban yang sama seperti sang ibu.... Itulah yang disebut 'unity in plurality' - ada dua pribadi yang berbeda: sang suami dan sang istri, tapi mereka betul-betul telah menjadi satu!
Nah kurang lebih begitulah gambaran tentang 'keesaan' Tuhan yang kita miliki (Ul 6:4) Kata 'Esa' tidak bisa diartikan 'satu'; kata 'satu' dalam bahasa Sansekerta adalah Eka. Esa itu adalah kata ambilan dari bahasa Sanskrit/ Sansekerta yang bentuk kata bendanya adalah Etad yang artinya, as this, as it is or THE.
Jadi dengan kata lain, ayat dlm Ulangan 6:4 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu ESA! Memiliki arti, terima/ percayai Dia sebagaimana Dia adanya! Jangan mengkotakkan Dia dengan pemahaman yang sudah kita miliki tentang Dia (karena seringkali pemahaman yang kita miliki tentang Dia masih jauh dari keakuratan. Mana mungkin seorang ciptaan bisa betul-betul memahami penciptanya?)
Jadi kita akan memiliki persekutuan yang lebih mendalam dengan Bapa karena memang itulah tujuan Yesus turun ke dalam dunia ini. Membawa umat manusia untuk kembali kepada Bapa (Yoh 14:6) Melalui pekerjaan Roh Kudus yang terjadi didalam hidup kita, kita akan alami realita persekutuan dengan Bapa! Melalui Roh Kudus, Bapa menyatakan apa yang jadi isi hatiNya kepada kita; melalui Roh Kudus pula kita membangun persekutuan, kedekatan dengan Bapa (1 Kor 2:10-12)
Saya berdoa, biarlah saat ini, anugerahNya Dia limpahkan kepada kita sehingga memampukan kita untuk mulai membangun persekutuan yang lebih mendalam dengan Dia dan dalam anugerahNya, kita dilibatkan untuk berinteraksi secara lebih mendalam dengan 'keluarga sorgawi' yang ada...
Indonesia, dunia ini, membutuhkan sekelompok orang yang hidupnya berbeda. Melalui dimensi persekutuan dengan Bapa, Kristus & Roh Kudus, kehidupan sehari-hari kita akan menjadi berbeda; kita di munculkan sebagai kelompok orang yang hidupnya berbeda.... Menjadi jawaban, membawa kehidupan Ilahi, membawa terang di tengah dunia yang sedang diliputi kematian & kegelapan ini....
#AkuCintaTuhan (Ps. Steven Agustinus)
Jika kita memperhatikan ayat dalam Yohanes 14:23 - Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.
Kita akan mendapati adanya pribadi Bapa, lalu pribadi Yesus dan tentu saja pribadi Roh Kudus - inilah yang sering di sebut sebagai ke-Tritunggal-an Allah. Mereka memang adalah tiga pribadi yang 'berbeda' tapi telah sedemikian 'sehati, sepikir, satu tujuan' sehingga tidak bisa lagi dibeda-bedakan/ dipisahkan - mereka adalah individu yang jamak (lebih dari satu) tapi telah sedemikian menyatu.
Analogi yang bisa saya gambarkan adalah sama seperti pasangan suami-istri yang sudah menikah, Alkitab menyebut mereka bukan lagi dua tapi satu! Ada juga ilustrasi lain yang bisa menjelaskan tentang 'kesatuan yang jamak' ini: Ambillah sebuah contoh tentang pasangan suami-istri yang memiliki anak. Seringkali sang anak tahu bahwa jika ia ingin meminta sesuatu - misalkan, es krim, maka dia harus meminta kepada sang ayah; karena kalau meminta kepada sang ibu pasti akan di beri banyak persyaratan. Ini menandakan bahwa kejamakan (suami dan istri - berarti dua pribadi) masih belum 'menjadi satu'. Karena masih adanya 'perbedaan' diantara mereka. Tapi bayangkan seandainya suami-istri tersebut sudah bertumbuh dalam kematangan/ kedewasaan sehingga ada 'banyak aspek' dalam hidup mereka sudah menjadi sehati, maka jika anak mereka meminta sesuatu dan di tolak oleh sang ibu, otomatis jika sang anak meminta hal yang sama kepada sang ayah, dia juga akan mendapatkan jawaban yang sama seperti sang ibu.... Itulah yang disebut 'unity in plurality' - ada dua pribadi yang berbeda: sang suami dan sang istri, tapi mereka betul-betul telah menjadi satu!
Nah kurang lebih begitulah gambaran tentang 'keesaan' Tuhan yang kita miliki (Ul 6:4) Kata 'Esa' tidak bisa diartikan 'satu'; kata 'satu' dalam bahasa Sansekerta adalah Eka. Esa itu adalah kata ambilan dari bahasa Sanskrit/ Sansekerta yang bentuk kata bendanya adalah Etad yang artinya, as this, as it is or THE.
Jadi dengan kata lain, ayat dlm Ulangan 6:4 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu ESA! Memiliki arti, terima/ percayai Dia sebagaimana Dia adanya! Jangan mengkotakkan Dia dengan pemahaman yang sudah kita miliki tentang Dia (karena seringkali pemahaman yang kita miliki tentang Dia masih jauh dari keakuratan. Mana mungkin seorang ciptaan bisa betul-betul memahami penciptanya?)
Jadi kita akan memiliki persekutuan yang lebih mendalam dengan Bapa karena memang itulah tujuan Yesus turun ke dalam dunia ini. Membawa umat manusia untuk kembali kepada Bapa (Yoh 14:6) Melalui pekerjaan Roh Kudus yang terjadi didalam hidup kita, kita akan alami realita persekutuan dengan Bapa! Melalui Roh Kudus, Bapa menyatakan apa yang jadi isi hatiNya kepada kita; melalui Roh Kudus pula kita membangun persekutuan, kedekatan dengan Bapa (1 Kor 2:10-12)
Saya berdoa, biarlah saat ini, anugerahNya Dia limpahkan kepada kita sehingga memampukan kita untuk mulai membangun persekutuan yang lebih mendalam dengan Dia dan dalam anugerahNya, kita dilibatkan untuk berinteraksi secara lebih mendalam dengan 'keluarga sorgawi' yang ada...
Indonesia, dunia ini, membutuhkan sekelompok orang yang hidupnya berbeda. Melalui dimensi persekutuan dengan Bapa, Kristus & Roh Kudus, kehidupan sehari-hari kita akan menjadi berbeda; kita di munculkan sebagai kelompok orang yang hidupnya berbeda.... Menjadi jawaban, membawa kehidupan Ilahi, membawa terang di tengah dunia yang sedang diliputi kematian & kegelapan ini....
#AkuCintaTuhan (Ps. Steven Agustinus)
Komentar
Posting Komentar