GILA-GILAAN DENGAN TUHAN
GILA-GILAAN DENGAN TUHAN
Makin saya merenungkan kitab Kisah Rasul 19, saya semakin melihat betapa besar peranan seorang pemimpin dalam kapasitasnya untuk memastikan kemajuan jemaat yang ia pimpin. Bahkan dalam kitab Wahyu pasal 2 & 3 - yang menggambarkan keberadaan gereja-gereja akhir jaman - dalam Tuhan mengoreksi dan membawa penyelarasan atas gereja-gereja tersebut dengan rancangan kekal yang Ia miliki, Dia tetap mempergunakan seorang pemimpin; Dia mengoreksi sang pemimpin dan sang pemimpinlah yang melakukan penyelarasan atas hidup jemaat yang ia ayomi. Begitulah pola kerja Tuhan.
Pemimpin adalah orang kunci kegerakan. Dalam hidup sang pemimpinlah Tuhan mempercayakan kemajuan, terobosan maupun perubahan dalam hidup sang jemaat. Sebagaimana keberadaan sang pemimpin, sedikit banyak pasti akan bermanifestasi dalam kehidupan orang-orang yang ia pimpin...
1. Setiap individu pemimpin harus sudah terhubung dengan dimensi Kerajaan sebelum ia memulai pelayanannya sebagai seorang pemimpin.
Saat jemaat Efesus ada dibawah kepemimpinan Apolos, mereka tidak lebih hanyalah jemaat yang mencintai Tuhan tapi saat jemaat yang sama di ayomi oleh Paulus, jemaat Efesus berubah menjadi pusat kegerakan bagi seluruh Asia. Penyebabnya tidak lain adalah karena Paulus sebagai seorang pemimpin, ia sudah hidup dalam dimensi kerajaan (ia tidak hanya mampu 'melihat' realita kerajaan, atau sekedar 'masuk & hidup' didalam realita kerajaan tapi ia sudah menjadi 'yang empunya' kerajaan itu) sehingga dimanapun, kapanpun & terhadap siapapun yang ia layani, Paulus bisa menghadirkan kuasa kerajaan itu...
Faktor keberadaan seorang pemimpin yang membawa dimensi kerajaan didalam hidupnya akan menjadi faktor pembeda yang paling kuat dalam dunia pelayanan. Melalui sang pemimpin, jemaat yang dilayani tidak hanya 'memahami' tentang berbagai aspek kerohanian tapi mereka 'memiliki' esensi dari yang diajarkan tersebut - misal, jemaat tidak hanya sekedar 'memahami tentang Iman' tapi jemaat di kondisikan oleh sang pemimpin sehingga mereka jadi 'memiliki kehidupan Iman'...
Memang sebelum seseorang bisa 'melihat' realita kerajaan sorga, ia harus rela memberi dirinya ada didalam suatu pengayoman seseorang lain yang memang 'sudah terhubung' dengan Kerajaan sorga (Yoh 3:3) Dengan ia menyelaraskan pikiran/ sudut pandang yang ia miliki dengan sang pembimbing, maka apa yang 'sudah dilihat' oleh sang pembimbing, otomatis akan mulai dapat 'ia lihat' juga...
Prinsip-prinsip firman tidak boleh hanya sekedar jadi teori/ wacana belaka tapi harus menjadi realita dalam kehidupan sehari-hari setiap kita.
2. Seorang pemimpin harus terus menjagai kecenderungan hatinya untuk tetap tertuju hanya kepada kebenaran; selalu ada gelora kehausan/ kelaparan akan kebenaran yang menyala-nyala dalam batinnya.
Pemimpin yang mencintai kebenaran biasanya akan di kelilingi oleh para pengikut/ jemaat yang juga mencintai kebenaran.
Saya mendapati, keberadaan & pelayanan seorang pemimpin ternyata bekerja/ berfungsi sama seperti suatu pemancar siaran radio yang bekerja pada suatu frekuensi tertentu; hanya mereka yang memiliki alat penerima yang sudah di setel pada frekuensi yang sama, yang akan dapat mendengarkan siaran dari studio tersebut. Biasanya jemaat yang memang membawa frekuensi hidup yang berbeda akan terus merasa bagaimana kebutuhan-kebutuhan mereka sama sekali tidak tersentuh/ terlayani oleh si hamba Tuhan, sehingga hal tersebut mengkondisikan dirinya untuk cepat atau lambat segera berpindah ke gereja/ persekutuan yang lainnya lagi.
Berbeda dengan jemaat yang walau awalnya membawa frekuensi hidup yang berbeda, tapi bersedia menundukkan dirinya untuk mengadopsi frekuensi yang sama seperti yang di bawa oleh sang pemimpin, akan terjadi perubahan yang menyolok dalam kehidupannya. Semua bentuk percampuran hidup - cinta Tuhan tapi juga masih mencintai dunia ini, masih mencintai diri sendiri, masih mencintai/ mengejar uang - akan mulai terkikis; kehidupan yang sepenuhnya tertuju pada kebenaran & mengejar realita Tuhan akan terus bertumbuh dalam hidupnya.
Seorang pemimpin yang secara gila-gilaan mengejar realita Tuhan, mati-matian mempraktekkan firman & rela habis-habisan dalam menghidupi kebenaran otomatis akan melahirkan jemaat yang juga rela mati-matian, gila-gilaan & habis-habisan buat Tuhan dan penggenapan rencanaNya...
#AkuCintaTuhan
Ps. Steven Agustinus
Message ini akan dilanjutkan besok
Makin saya merenungkan kitab Kisah Rasul 19, saya semakin melihat betapa besar peranan seorang pemimpin dalam kapasitasnya untuk memastikan kemajuan jemaat yang ia pimpin. Bahkan dalam kitab Wahyu pasal 2 & 3 - yang menggambarkan keberadaan gereja-gereja akhir jaman - dalam Tuhan mengoreksi dan membawa penyelarasan atas gereja-gereja tersebut dengan rancangan kekal yang Ia miliki, Dia tetap mempergunakan seorang pemimpin; Dia mengoreksi sang pemimpin dan sang pemimpinlah yang melakukan penyelarasan atas hidup jemaat yang ia ayomi. Begitulah pola kerja Tuhan.
Pemimpin adalah orang kunci kegerakan. Dalam hidup sang pemimpinlah Tuhan mempercayakan kemajuan, terobosan maupun perubahan dalam hidup sang jemaat. Sebagaimana keberadaan sang pemimpin, sedikit banyak pasti akan bermanifestasi dalam kehidupan orang-orang yang ia pimpin...
1. Setiap individu pemimpin harus sudah terhubung dengan dimensi Kerajaan sebelum ia memulai pelayanannya sebagai seorang pemimpin.
Saat jemaat Efesus ada dibawah kepemimpinan Apolos, mereka tidak lebih hanyalah jemaat yang mencintai Tuhan tapi saat jemaat yang sama di ayomi oleh Paulus, jemaat Efesus berubah menjadi pusat kegerakan bagi seluruh Asia. Penyebabnya tidak lain adalah karena Paulus sebagai seorang pemimpin, ia sudah hidup dalam dimensi kerajaan (ia tidak hanya mampu 'melihat' realita kerajaan, atau sekedar 'masuk & hidup' didalam realita kerajaan tapi ia sudah menjadi 'yang empunya' kerajaan itu) sehingga dimanapun, kapanpun & terhadap siapapun yang ia layani, Paulus bisa menghadirkan kuasa kerajaan itu...
Faktor keberadaan seorang pemimpin yang membawa dimensi kerajaan didalam hidupnya akan menjadi faktor pembeda yang paling kuat dalam dunia pelayanan. Melalui sang pemimpin, jemaat yang dilayani tidak hanya 'memahami' tentang berbagai aspek kerohanian tapi mereka 'memiliki' esensi dari yang diajarkan tersebut - misal, jemaat tidak hanya sekedar 'memahami tentang Iman' tapi jemaat di kondisikan oleh sang pemimpin sehingga mereka jadi 'memiliki kehidupan Iman'...
Memang sebelum seseorang bisa 'melihat' realita kerajaan sorga, ia harus rela memberi dirinya ada didalam suatu pengayoman seseorang lain yang memang 'sudah terhubung' dengan Kerajaan sorga (Yoh 3:3) Dengan ia menyelaraskan pikiran/ sudut pandang yang ia miliki dengan sang pembimbing, maka apa yang 'sudah dilihat' oleh sang pembimbing, otomatis akan mulai dapat 'ia lihat' juga...
Prinsip-prinsip firman tidak boleh hanya sekedar jadi teori/ wacana belaka tapi harus menjadi realita dalam kehidupan sehari-hari setiap kita.
2. Seorang pemimpin harus terus menjagai kecenderungan hatinya untuk tetap tertuju hanya kepada kebenaran; selalu ada gelora kehausan/ kelaparan akan kebenaran yang menyala-nyala dalam batinnya.
Pemimpin yang mencintai kebenaran biasanya akan di kelilingi oleh para pengikut/ jemaat yang juga mencintai kebenaran.
Saya mendapati, keberadaan & pelayanan seorang pemimpin ternyata bekerja/ berfungsi sama seperti suatu pemancar siaran radio yang bekerja pada suatu frekuensi tertentu; hanya mereka yang memiliki alat penerima yang sudah di setel pada frekuensi yang sama, yang akan dapat mendengarkan siaran dari studio tersebut. Biasanya jemaat yang memang membawa frekuensi hidup yang berbeda akan terus merasa bagaimana kebutuhan-kebutuhan mereka sama sekali tidak tersentuh/ terlayani oleh si hamba Tuhan, sehingga hal tersebut mengkondisikan dirinya untuk cepat atau lambat segera berpindah ke gereja/ persekutuan yang lainnya lagi.
Berbeda dengan jemaat yang walau awalnya membawa frekuensi hidup yang berbeda, tapi bersedia menundukkan dirinya untuk mengadopsi frekuensi yang sama seperti yang di bawa oleh sang pemimpin, akan terjadi perubahan yang menyolok dalam kehidupannya. Semua bentuk percampuran hidup - cinta Tuhan tapi juga masih mencintai dunia ini, masih mencintai diri sendiri, masih mencintai/ mengejar uang - akan mulai terkikis; kehidupan yang sepenuhnya tertuju pada kebenaran & mengejar realita Tuhan akan terus bertumbuh dalam hidupnya.
Seorang pemimpin yang secara gila-gilaan mengejar realita Tuhan, mati-matian mempraktekkan firman & rela habis-habisan dalam menghidupi kebenaran otomatis akan melahirkan jemaat yang juga rela mati-matian, gila-gilaan & habis-habisan buat Tuhan dan penggenapan rencanaNya...
#AkuCintaTuhan
Ps. Steven Agustinus
Message ini akan dilanjutkan besok
Komentar
Posting Komentar