MELAYANI
Melayani
Ketika seseorang mengambil keputusan untuk meleburkan diri dalam sebuah rumah rohani, dibutuhkan suatu sikap hati tertentu sebelum orang tersebut dapat menemukan posisi & fungsinya yang maksimal dalam tatanan Tubuh Kristus di rumah rohani tersebut....
1. Dibutuhkan sikap hati/ kualitas roh yang lembut, mudah dibentuk, mudah diajar dan mau berubah.
Ingat, sebelum seseorang memutuskan untuk meleburkan diri dalam suatu rumah rohani, sudah ada aturan, kultur, nilai-nilai & kebiasaan yang terbangun didalamnya. Dengan seseorang memutuskan untuk meleburkan diri, artinya orang yang bersangkutan harus bersedia untuk menyesuaikan diri, mengubah diri demi untuk bisa beradaptasi & mengikuti nilai-nilai & kultur yang sudah ada. Seperti misalkan, di jemaat BCC, nilai-nilai pelayanan yang kita lakukan semua didasari oleh spirit voluenteer/ kerelaan untuk berkorban, jadi tidak ada istilah 'pembagian amplop putih' setelah seseorang melakukan tugas pelayanannya. Tanpa orang yang baru meleburkan diri tersebut memiliki sikap hati yang mau berubah, mau dibentuk, maka ia akan alami adanya potensi konflik yang besar! Bagi orang yang mau meleburkan diri, mungkin hal 'pembagian amplop putih' adalah sesuatu yang normal, biasa ia terima - beberapa malah merasa bahwa itu adalah haknya! Tapi bagi jemaat BCC, kesempatan untuk melayani adalah suatu kehormatan. Kami melayani/ melibatkan diri dalam suatu aktifitas di rumah rohani sebagai wujud ekspresi penyembahan kami karena kami mencintai Dia!
Nah, demi untuk bisa mengubah diri dan mengikuti nilai-nilai Ilahi yang sudah terbangun dalam suatu rumah rohani, dibutuhkan keterbukaan untuk berubah dan kemauan untuk dibentuk ulang...
2. Dibutuhkan sikap hati penundukan diri atas hirarki yang sudah terbangun dalam rumah rohani yang ada.
Di BCC, sebagai seorang pemimpin senior, saya juga mengangkat beberapa orang lain untuk ikut membantu saya dalam jajaran kepemimpinan; mereka adalah orang-orang yang saya anggap sudah mampu untuk merepresentasikan keberadaan saya (dalam suatu skala tertentu - belum sepenuhnya, karena mereka juga sedang dalam proses pertumbuhan) tapi paling tidak mereka telah menunjukkan loyalitas, integritas & kapasitas yang mereka bawa dalam hidup mereka. Jadi, terlepas dari berbagai kelemahan yang mereka masih miliki, saya mempercayakan kepada mereka suatu tanggung jawab untuk mengawasi dan mengkoordinir berbagai divisi/ departemen atau fungsi pelayanan lain didalam rumah rohani yang ada. Nah, bagi orang-orang yang baru meleburkan diri, dibutuhkan kemauan untuk menundukkan diri dibawah pengayoman orang-orang yang saya tunjuk sebagai koordinator tersebut. Mungkin orang yang baru bergabung tersebut memang memiliki kapasitas/ potensi yang lebih bagus; tapi bagaimanapun tetap dibutuhkan sikap hati yang mau menundukkan diri dan mengikuti arahan dari sang koordinaor yang ada. Tanpa adanya penundukan diri, kekacauan pasti akan terjadi di divisi yang bersangkutan.
3. Dibutuhkan sikap hati yang siap melakukan apapun yang menjadi kebutuhan didalam rumah rohani yang ada.
Selama seseorang terus 'memilih-milih' untuk dapat berfungsi dalam suatu rumah rohani, orang yang bersangkutan akan terus menghadapi kendala untuk dapat berfungsi secara maksimal. Dibutuhkan kerelaan untuk ''bertekun dalam perkara kecil' (Luk 16:10) sebelum Tuhan mempercayakan kepadanya hal-hal besar dan penting! Ingat, meskipun dalam suatu rumah rohani ada koordinator yang sudah ditunjuk, bahkan ada seoranh pemimpin senior yang bertanggung jawab penuh atas siapa-siapa saja yang diberi wewenang untuk ikut melayani, tetap ada Tuhan yang berdaulat yang bakal menetapkan siapa-siapa yang Ia ijinkan untuk melayani DiriNya!
2 Timotius 2:19-21 (TB) Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: "Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya" dan "Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan."
Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia.
Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.
Pastikan kita menyediakan tanah hati yang terbaik; pastikan kita memberi diri sepenuhnya untuk melebur & berfungsi seperti yang Tuhan inginkan dalam rumah rohani yang ada....
#AkuCintaTuhan
Ps. Steven Agustinus
Ketika seseorang mengambil keputusan untuk meleburkan diri dalam sebuah rumah rohani, dibutuhkan suatu sikap hati tertentu sebelum orang tersebut dapat menemukan posisi & fungsinya yang maksimal dalam tatanan Tubuh Kristus di rumah rohani tersebut....
1. Dibutuhkan sikap hati/ kualitas roh yang lembut, mudah dibentuk, mudah diajar dan mau berubah.
Ingat, sebelum seseorang memutuskan untuk meleburkan diri dalam suatu rumah rohani, sudah ada aturan, kultur, nilai-nilai & kebiasaan yang terbangun didalamnya. Dengan seseorang memutuskan untuk meleburkan diri, artinya orang yang bersangkutan harus bersedia untuk menyesuaikan diri, mengubah diri demi untuk bisa beradaptasi & mengikuti nilai-nilai & kultur yang sudah ada. Seperti misalkan, di jemaat BCC, nilai-nilai pelayanan yang kita lakukan semua didasari oleh spirit voluenteer/ kerelaan untuk berkorban, jadi tidak ada istilah 'pembagian amplop putih' setelah seseorang melakukan tugas pelayanannya. Tanpa orang yang baru meleburkan diri tersebut memiliki sikap hati yang mau berubah, mau dibentuk, maka ia akan alami adanya potensi konflik yang besar! Bagi orang yang mau meleburkan diri, mungkin hal 'pembagian amplop putih' adalah sesuatu yang normal, biasa ia terima - beberapa malah merasa bahwa itu adalah haknya! Tapi bagi jemaat BCC, kesempatan untuk melayani adalah suatu kehormatan. Kami melayani/ melibatkan diri dalam suatu aktifitas di rumah rohani sebagai wujud ekspresi penyembahan kami karena kami mencintai Dia!
Nah, demi untuk bisa mengubah diri dan mengikuti nilai-nilai Ilahi yang sudah terbangun dalam suatu rumah rohani, dibutuhkan keterbukaan untuk berubah dan kemauan untuk dibentuk ulang...
2. Dibutuhkan sikap hati penundukan diri atas hirarki yang sudah terbangun dalam rumah rohani yang ada.
Di BCC, sebagai seorang pemimpin senior, saya juga mengangkat beberapa orang lain untuk ikut membantu saya dalam jajaran kepemimpinan; mereka adalah orang-orang yang saya anggap sudah mampu untuk merepresentasikan keberadaan saya (dalam suatu skala tertentu - belum sepenuhnya, karena mereka juga sedang dalam proses pertumbuhan) tapi paling tidak mereka telah menunjukkan loyalitas, integritas & kapasitas yang mereka bawa dalam hidup mereka. Jadi, terlepas dari berbagai kelemahan yang mereka masih miliki, saya mempercayakan kepada mereka suatu tanggung jawab untuk mengawasi dan mengkoordinir berbagai divisi/ departemen atau fungsi pelayanan lain didalam rumah rohani yang ada. Nah, bagi orang-orang yang baru meleburkan diri, dibutuhkan kemauan untuk menundukkan diri dibawah pengayoman orang-orang yang saya tunjuk sebagai koordinator tersebut. Mungkin orang yang baru bergabung tersebut memang memiliki kapasitas/ potensi yang lebih bagus; tapi bagaimanapun tetap dibutuhkan sikap hati yang mau menundukkan diri dan mengikuti arahan dari sang koordinaor yang ada. Tanpa adanya penundukan diri, kekacauan pasti akan terjadi di divisi yang bersangkutan.
3. Dibutuhkan sikap hati yang siap melakukan apapun yang menjadi kebutuhan didalam rumah rohani yang ada.
Selama seseorang terus 'memilih-milih' untuk dapat berfungsi dalam suatu rumah rohani, orang yang bersangkutan akan terus menghadapi kendala untuk dapat berfungsi secara maksimal. Dibutuhkan kerelaan untuk ''bertekun dalam perkara kecil' (Luk 16:10) sebelum Tuhan mempercayakan kepadanya hal-hal besar dan penting! Ingat, meskipun dalam suatu rumah rohani ada koordinator yang sudah ditunjuk, bahkan ada seoranh pemimpin senior yang bertanggung jawab penuh atas siapa-siapa saja yang diberi wewenang untuk ikut melayani, tetap ada Tuhan yang berdaulat yang bakal menetapkan siapa-siapa yang Ia ijinkan untuk melayani DiriNya!
2 Timotius 2:19-21 (TB) Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: "Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya" dan "Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan."
Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia.
Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.
Pastikan kita menyediakan tanah hati yang terbaik; pastikan kita memberi diri sepenuhnya untuk melebur & berfungsi seperti yang Tuhan inginkan dalam rumah rohani yang ada....
#AkuCintaTuhan
Ps. Steven Agustinus
Komentar
Posting Komentar