BELAJAR TENTANG IMAN
*BELAJAR TENTANG IMAN*
Shalom
Pagi hari ini saya disuruh Untuk Mempelajari Tentang Iman. Hidup dengan Iman.
Walaupun sejak kecil sudah ke Sekolah Minggu namun saya hanya mengetahui secara teori tentang Iman.
Kini saya sedang belajar tentang Iman walaupun sedikit terlambat. Namun saya percaya tidak ada yang terlambat untuk belajar hidup dengan Iman.
*PENGERTIAN IMAN*
Ibrani 11:1 (TB) Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
*1. Pengertian Iman*
Iman dalam bahasa Ibrani adalah “aman” yang dalam Perjanjian Lama berarti ‘berpegang teguh’ pada keyakinan yang dimiliki atau berketetapan hati untuk meyakini sesuatu karena sesuatu itu dapat dipercaya dan diandalkan. Kata iman selalu dikaitkan dengan kepercayaan kepada Allah. Karena itu ‘beriman kepada’ tidak dapat disamakan dengan ‘percaya kepada.’ Dalam bahasa Yunani, disebut dengan ‘pistis,’ dan bahasa Latin menyebut iman dengan kata ‘fides,’ juga ‘faith’ dalam bahasa Inggris.
Iman dimaksudkan untuk menunjukkan adanya hubungan manusia dengan Allah. Hubungan yang didasarkan pada sikap atau tindakan manusia yang percaya dan mempercayakan hidupnya kepada Allah. Manusia beriman adalah manusia yang mengiyakan, mengamini, menaruh kepercayaan dan harapan, mengandalkan, berpegang teguh, percaya dan mempercayakan diri pada Allah sebagai sumber dan dasar hidup.
Iman dan beriman merupakan tindakan manusia untuk mengenal Allah, sebagaimana Ia mengenal manusia. Allah dikenal sebagaimana Ia hendak dikenal dan yang seharusnya Dia dikenal. Iman dan beriman mengikatkan menusia kepada Allah bahwa Allah mengasihi kita, memelihara kita dan memperhatikan segala kebutuhan hidup kita. Imanlah yang membawa kita pada keselamatan di dalam Allah.
*2. Pengertian Iman secara Alkitabiah (Ibrani 11:1)*
Secara Alkitabiah, Ibrani 11:1 menjadi pegangan untuk mengartikan kata iman. Dalam Ibrani 11:1 diterangkan bahwa: “ iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”
*KARUNIA IMAN*
Karunia iman dapat didefinisikan sebagai karunia khusus yang dibagikan oleh Roh Kudus kepada orang Kristen sehingga mereka memiliki keyakinan luar biasa terhadap janji, kuasa, dan hadirat Allah dan mampu berjuang bagi masa depan gereja-Nya. Karunia rohani iman ini dapat diamati di dalam seseorang yang memiliki keyakinan tak tergoyahkan di dalam Allah, Firman-Nya, dan janji-Nya
Iman yang sedang dibicarakan Paulus di sini bukanlah iman keselamatan (salvific faith atau initial faith). Iman keselamatan dikaruniakan kepada setiap orang percaya, sedangkan karunia iman diberikan hanya pada orang-orang tertentu saja, sesuai dengan yang dikehendaki oleh Roh Kudus. Karunia iman juga bukan merujuk pada pertumbuhan iman. Iman yang progresif ini ditumbuhkan melalui ujian dan keintiman relasi dengan Allah (Yak 1:2-4; Gal 5:22 pistis = kesetiaan), sedangkan karunia iman merupakan pemberian dari Roh Kudus secara langsung.
“Iman” dalam konteks karunia roh sebaiknya dipahami sebagai sebuah keyakinan supranatural bahwa Allah akan menyatakan kuasa dan kemurahan-Nya dalam cara yang khusus dan situasi yang khusus. Ada beberapa poin penting yang tersirat dari definisi ini. Pertama, keyakinan ini bersifat supranatural, bukan upaya sugesti diri yang emosional, baik melalui visualisasi, kekuatan pikiran, maupun perkataan positif. Keyakinan ini berasal dari Roh Kudus, bukan hasil usaha manusia, baik diri sendiri maupun hamba Tuhan.
Kedua, sama seperti jenis karunia roh yang lain, keyakinan supranatural ini tidak dimiliki secara permanen. Ini hanya diberikan pada situasi tertentu. Kita tidak boleh secara gegabah mencobai Tuhan untuk melakukan hal-hal ajaib pada situasi tertentu tanpa kepekaan bahwa Allah memang ingin menunjukkan kuasa-Nya.
Ketiga, apa yang diimani berkaitan dengan hal-hal yang ajaib. Di 12:9-10 karunia ini dijadikan pendahuluan bagi karunia kesembuhan dan mujizat. Di samping itu, di 13:2 karunia iman juga dihubungkan dengan memindahkan gunung.
Sedikit Kesaksian tentang Karunia Iman, ketika saya pertama kali membuat Paspor, saya melangkah dengan Iman, saya mengurus semua sendiri dan Tuhan membukakan jalan dan semua dapat diselesaikan dengan mudah, semua biaya untuk pembuatan Paspor Tuhan sediakan dan Paspor jadi.
Tuhan Yesus memberikan kesempatan kepada saya untuk Pelayanan ke India selama 10 Hari, sejujurnya itu adalah Anugerah tanpa uang di rekening dan Tuhan memberkati saya untuk membuat Visa Semuanya Anugerah Tuhan saya bisa pergi ke India dan sekaligus NUBUATAN Hamba Tuhan di Konferensi Gereja Sel di Kaliurang Yogyakarta tahun 1999, PENGGENAPAN JANJI TUHAN setelah 14 tahun. Sungguh merupakan Anugerah Tuhan.
Selama Di India saya merasakan benar-benar Namanya Iman dan Hidup Dalam Perkenanan Tuhan. Dan saya bertemu salah satu Nabiah Dari India. Dia menubuatkan bahwa saya suatu saat Tuhan akan membawa saya ke Tanah Perjanjian yaitu Yerusalem dengan Ajaib. NUBUATAN dari Hamba Tuhan ini sudah berjalan selama Enam Tahun. Saya tidak tahu bagaimana cara untuk dapat pergi ke Tanah Perjanjian itu.
Saya harus menaikkan dan memperlebar kapasitas Iman Saya.
Kiranya Tuhan Yesus memberkati para pembaca semua nya. Amin
Only By His Grace
Joshua Ivan Sudrajat
Shalom
Pagi hari ini saya disuruh Untuk Mempelajari Tentang Iman. Hidup dengan Iman.
Walaupun sejak kecil sudah ke Sekolah Minggu namun saya hanya mengetahui secara teori tentang Iman.
Kini saya sedang belajar tentang Iman walaupun sedikit terlambat. Namun saya percaya tidak ada yang terlambat untuk belajar hidup dengan Iman.
*PENGERTIAN IMAN*
Ibrani 11:1 (TB) Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
*1. Pengertian Iman*
Iman dalam bahasa Ibrani adalah “aman” yang dalam Perjanjian Lama berarti ‘berpegang teguh’ pada keyakinan yang dimiliki atau berketetapan hati untuk meyakini sesuatu karena sesuatu itu dapat dipercaya dan diandalkan. Kata iman selalu dikaitkan dengan kepercayaan kepada Allah. Karena itu ‘beriman kepada’ tidak dapat disamakan dengan ‘percaya kepada.’ Dalam bahasa Yunani, disebut dengan ‘pistis,’ dan bahasa Latin menyebut iman dengan kata ‘fides,’ juga ‘faith’ dalam bahasa Inggris.
Iman dimaksudkan untuk menunjukkan adanya hubungan manusia dengan Allah. Hubungan yang didasarkan pada sikap atau tindakan manusia yang percaya dan mempercayakan hidupnya kepada Allah. Manusia beriman adalah manusia yang mengiyakan, mengamini, menaruh kepercayaan dan harapan, mengandalkan, berpegang teguh, percaya dan mempercayakan diri pada Allah sebagai sumber dan dasar hidup.
Iman dan beriman merupakan tindakan manusia untuk mengenal Allah, sebagaimana Ia mengenal manusia. Allah dikenal sebagaimana Ia hendak dikenal dan yang seharusnya Dia dikenal. Iman dan beriman mengikatkan menusia kepada Allah bahwa Allah mengasihi kita, memelihara kita dan memperhatikan segala kebutuhan hidup kita. Imanlah yang membawa kita pada keselamatan di dalam Allah.
*2. Pengertian Iman secara Alkitabiah (Ibrani 11:1)*
Secara Alkitabiah, Ibrani 11:1 menjadi pegangan untuk mengartikan kata iman. Dalam Ibrani 11:1 diterangkan bahwa: “ iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”
*KARUNIA IMAN*
Karunia iman dapat didefinisikan sebagai karunia khusus yang dibagikan oleh Roh Kudus kepada orang Kristen sehingga mereka memiliki keyakinan luar biasa terhadap janji, kuasa, dan hadirat Allah dan mampu berjuang bagi masa depan gereja-Nya. Karunia rohani iman ini dapat diamati di dalam seseorang yang memiliki keyakinan tak tergoyahkan di dalam Allah, Firman-Nya, dan janji-Nya
Iman yang sedang dibicarakan Paulus di sini bukanlah iman keselamatan (salvific faith atau initial faith). Iman keselamatan dikaruniakan kepada setiap orang percaya, sedangkan karunia iman diberikan hanya pada orang-orang tertentu saja, sesuai dengan yang dikehendaki oleh Roh Kudus. Karunia iman juga bukan merujuk pada pertumbuhan iman. Iman yang progresif ini ditumbuhkan melalui ujian dan keintiman relasi dengan Allah (Yak 1:2-4; Gal 5:22 pistis = kesetiaan), sedangkan karunia iman merupakan pemberian dari Roh Kudus secara langsung.
“Iman” dalam konteks karunia roh sebaiknya dipahami sebagai sebuah keyakinan supranatural bahwa Allah akan menyatakan kuasa dan kemurahan-Nya dalam cara yang khusus dan situasi yang khusus. Ada beberapa poin penting yang tersirat dari definisi ini. Pertama, keyakinan ini bersifat supranatural, bukan upaya sugesti diri yang emosional, baik melalui visualisasi, kekuatan pikiran, maupun perkataan positif. Keyakinan ini berasal dari Roh Kudus, bukan hasil usaha manusia, baik diri sendiri maupun hamba Tuhan.
Kedua, sama seperti jenis karunia roh yang lain, keyakinan supranatural ini tidak dimiliki secara permanen. Ini hanya diberikan pada situasi tertentu. Kita tidak boleh secara gegabah mencobai Tuhan untuk melakukan hal-hal ajaib pada situasi tertentu tanpa kepekaan bahwa Allah memang ingin menunjukkan kuasa-Nya.
Ketiga, apa yang diimani berkaitan dengan hal-hal yang ajaib. Di 12:9-10 karunia ini dijadikan pendahuluan bagi karunia kesembuhan dan mujizat. Di samping itu, di 13:2 karunia iman juga dihubungkan dengan memindahkan gunung.
Sedikit Kesaksian tentang Karunia Iman, ketika saya pertama kali membuat Paspor, saya melangkah dengan Iman, saya mengurus semua sendiri dan Tuhan membukakan jalan dan semua dapat diselesaikan dengan mudah, semua biaya untuk pembuatan Paspor Tuhan sediakan dan Paspor jadi.
Tuhan Yesus memberikan kesempatan kepada saya untuk Pelayanan ke India selama 10 Hari, sejujurnya itu adalah Anugerah tanpa uang di rekening dan Tuhan memberkati saya untuk membuat Visa Semuanya Anugerah Tuhan saya bisa pergi ke India dan sekaligus NUBUATAN Hamba Tuhan di Konferensi Gereja Sel di Kaliurang Yogyakarta tahun 1999, PENGGENAPAN JANJI TUHAN setelah 14 tahun. Sungguh merupakan Anugerah Tuhan.
Selama Di India saya merasakan benar-benar Namanya Iman dan Hidup Dalam Perkenanan Tuhan. Dan saya bertemu salah satu Nabiah Dari India. Dia menubuatkan bahwa saya suatu saat Tuhan akan membawa saya ke Tanah Perjanjian yaitu Yerusalem dengan Ajaib. NUBUATAN dari Hamba Tuhan ini sudah berjalan selama Enam Tahun. Saya tidak tahu bagaimana cara untuk dapat pergi ke Tanah Perjanjian itu.
Saya harus menaikkan dan memperlebar kapasitas Iman Saya.
Kiranya Tuhan Yesus memberkati para pembaca semua nya. Amin
Only By His Grace
Joshua Ivan Sudrajat
Komentar
Posting Komentar