BERJALAN DALAM KETAATAN
*BERJALAN DALAM KETAATAN*
Shalom
Ulangan 6:4
LAI-TB, Dengarlah (SHEMA), hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!
KJV, Hear, O Israel: The LORD our God is one LORD:
Rhema Pagi Ini Adalah Berjalan Dalam Ketaatan.
Kata Ibrani שֵׁמַע - SHEMA, memiliki makna: Taat/ Ketaatan adalah sikap tunduk kepada wewenang, menjalankan apa yang diperintahkan, mematuhi apa yang dituntut, atau menjauhkan diri dari apa yang dilarang. Kata Ibrani tidak memiliki kata khusus dalam satu makna "ketaatan." Sebab kata שֵׁמַע - SHEMA ini mengandung makna: "taat, mentaati, patuh, mematuhi, merespon, memperhatikan, menyimak, dengar, mendengarkan." Berasal dari kata kerja Ibrani: שָׁמַע - SHAMA, atau שֵׁמַע - SHEMA.
*TAAT ADALAH KARENA KASIH*
Yesus berkata: "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” (Yoh. 14:15).
Jika kita tidak taat, jangan-jangan sebenarnya kita tidak mengasihi Tuhan. Tiadk taat artinya kita lebih mengasihi diri kita, mengasihi daging kita, mengasihi kenikmatan dosa, sekalipun kita menyanyi ”aku cinta Yesus” berulang-ulang di ibadah. Kasih diekspresikan dengan menghormati Tuhan. Menghormati Tuhan diekspresikan dengan menuruti perintah-perintahNya. Taat tidak bisa dipaksa. Ketaatan yang lahir karena terpaksa atau takut, hanya akan bertahan sementara. Taat pada Tuhan perlu dibangun di atas hati yang mengasihi dan menghormati Tuhan. Ketika kita mengasihi Tuhan, kita tidak akan kesulitan untuk melakukan perintah-perintahNya. Ketika anak saya mengasihi saya, ia rela untuk tidak menuruti keinginannya, tetapi menuruti keinginan ayahnya. Ia percaya apa yang dikatakan oleh ayahnya, itu yang terbaik bagi hidupnya.
*TAAT ADALAH KARENA MENGERTI PRINSIP KETAATAN DAN OTORITAS*
Taat yang benar harus lahir dari pemahaman akan firman kebenaran, terutama akan prinsip hubungan antara “ketaatan dan otoritas”. Taat dibangun atas dasar pemahaman tentang pentingnya ketaatan. Anak saya belajar taat karena ia sejak kecil menghafal firman Tuhan: “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu -- ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.” (Ef. 6:1-3). Firman ini menjadi rhema baginya, bahwa jalan untuk bahagia adalah dengan mentaati perkataan orang tua. Allah memberkati orang yang taat kepada otoritas. Anda mau diberkati? Taatilah dan hormatilah otoritasmu. Berkat Allah melimpah terhadap orang yang menghormati otoritasnya.
*TAAT ADALAH KARENA IMAN*
“Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.” (Ibr. 11:8). Abraham mempercayai Allah ketika ia dipanggil untuk pergi ke tempat yang ia tidak tahu. Dia tidak berpasangka buruk bahwa Tuhan mau mencelakakan hidupnya. Ia berpikiran postif sekalipun harus keluar dari zona kenyamanannya: kampungnya, keluarganya, budayanya, kenyamanannya di daerah Ur Kasdim. Abraham taat karena iman.
Tuhan adalah Bapa yang baik, yang ingin selalu memberkati kita. Jangan mencurigai Allah. Iman artinya mempercayai bahwa Allah mau dan ingin memberi yang terbaik untuk kita. Iman lahir karena kita mengenal Allah. Makin kita mengenal Allah, makin kita akan mentaati Tuhan. Taat yang lahir dari iman, akan menolong kita untuk taat dengan hati yang bersukacita. Ada orang taat, tetapi sambil mengeluh atau bersungut-sungut. Taat tanpa sukacita hanyalah mendatangkan kuk atau beban terhadap jiwa kita. Apakah anda taat kepada orang tua dengan bersungut-sungut? Apakah anda taat kepada suami dengan mengeluh? Ketika kita taat kepada pemimpin kita, kita sedang taat kepada Tuhan, karena pemimpin adalah wakil Allah (Rm. 13:1). Allah berkenan kepada ketaatan. Allah menaruh nilai tinggi kepada ketaatan, sekaligus ketidaktaatan adalah sebuah pelanggaran yang serius bagi Allah.
*Saul Ditolak oleh Allah karena Tidak Taat*
Ayat yang terkenal dalam Bahasa Inggris “To obey is better than sacrifice”. Taat lebih baik daripada korban. Kutipan ini diambil dari 1 Samuel 15:22 “Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.“
Firman ini diucapkan oleh Nabi Samuel kepada Raja Saul waktu itu karena Raja Saul tidak taat pada perintah Tuhan untuk membunuh semua orang Amalek, termasuk binatang-binatang peliharaan mereka (1 Sam.). Tetapi Saul tidak taat, sehingga ia ditolak oleh Tuhan untuk tetap menjadi raja Israel. Mengapa Saul tidak taat? Saul memilih untuk menyenangkan hati rakyatnya dengan mengizinkan mereka mengambil kambing domba Amalek. Ia juga ingin menyenangkan dirinya sendiri dengan membiarkan raja Amalek, Agag, tetap hidup. Ada sebuah kebanggaan yang bisa dipamerkan di hadapan umum. Kedagingan dan kesombongan melahirkan ketidaktaatan, dan ketidaktaatan membuat Allah meninggalkan Saul.
*TAAT ARTINYA MEMBAYAR HARGA*
Makin mengerti arti ketaatan, makin kita berani bayar sebuah harga ketaatan. Musa bersedia membayar harga sebuah ketaatan dengan meninggalkan kenikmatan istana Firaun. Ia bersedia ambil penderitaan demi umat Tuhan, membebaskan umat Tuhan dari Mesir dan membawa mereka ke Tanah Perjanjian (Ibr. 11:24-26).
Daud pernah melanggar firman Tuhan. Ia mengikuti kedagingannya, menginginkan Batsyeba yang cantik, menyalahgunakan kekuasaannya dengan membunuh Uria, suami Batsyeba. Ia kira, tidak ada yang tahu dosanya. Tetapi Tuhan tahu. Dan Allah menghajar dia dengan hukuman: pedang dan perzinahan tidak akan menjauh dari keluarganya (2 Sam. 10:10-12). Saat ditegur oleh Nabi Natan, ia tahu bahwa ia sudah salah. Bisa saja ia membunuh nabi Natan untuk menutupi dosanya, tetapi ia memilih untuk memutuskan lingkaran kebohongan dan perzinahannya. Memang ia harus membayar harga dalam bentuk akibat dosa yang tetap ditanggungnya, tetapi kemudian ia dikenal sebagai orang yang berkenan di hati Tuhan, karena ia mau bertobat sungguh-sungguh di hadapan Tuhan (Kis. 13:22).
Apakah ada lingkaran kebohongan atau keterikatan dosa dalam hidup kita? Ketidaktaatan membuat kita jauh dari Tuhan, membuat hati kita tawar pada Tuhan, membuat kita makin terpuruk. Yang kena bukan hanya diri kita, tetapi bisa juga keluarga kita, anak-anak kita. Karena Abraham berbohong, pola kebohongan turun kepada Ishak dan Yakub. Ishak berbohong ketika ia ditanya. Yakub juga berbohong. Pilihlah taat lebih daripada kenikmatan dosa. Pilihlah taat pada panggilan Tuhan daripada memiliki banyak uang dan harta. Pilihlah taat pada suara Roh Kudus sekalipun dipandang rendah oleh manusia. Jangan seperti Saul. Demi pandangan manusia, demi menyenangkan rakyatnya dan dirinya sendiri, ia memilih untuk mengambil kambing domba jarahan dan menyisakan Raja Agag tetap hidup. Berkenan di hati Tuhan jauh lebih penting daripada berkenan di hati manusia. Yesus berkata dalam Yoh. 15:10 “Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. ” Taat artinya membayar harga untuk menuruti perintahNya.
Allah sangat menghargai “ketaatan”. Tuhan tidak mau hidup kita tidak taat, karena ketidaktaatan akan melahirkan pemberontakan dan orang tersebut akan diserang oleh kuasa gelap. Anak-anak kita mengalami sakit penyakit. Usaha kita gagal atau ‘dimakan’ orang. Pernikahan kita di ambang bahaya, dan sebagainya. Kompromi terhadap dosa membuat kita tidak akan peka lagi kepada suara Tuhan. Salah dalam mengambil keputusan dalam bisnis, keluarga maupun masa depan hidup kita sendiri. Tuhan menghargai ketaatan anda. Dan Ia mau bukan hanya memberkati anda, tetapi menyertai anda. Menolong anda di kala sulit, memberi hikmat di kala buntu, menguatkan anda di kala lemah, memberi kemenangan di kala menghadapi peperangan. Untuk mengalami semua itu, pilihlah taat kepada suara Tuhan dan FirmanNya.
Kata “ketaatan” dalam bahasa Yunani juga mengandung pengertian mendengar, menyimpan, merenungkan, serta siap melaksanakan. Bagi kita orang percaya, ALLAH menuntut ketaatan kita dan pengakuan nyata bahwa kita percaya kepada-Nya. Ketaatan kita kepada ALLAH akan memberi arah dan petunjuk untuk kehidupan kita, yang tentunya akan melindungi kita dari hal-hal yang membahayakan, karena ALLAH tidak pernah merancangkan hal-hal yang buruk bagi kita, melainkan rancangan damai sejahtera dan hari depan yang penuh pengharapan (Yeremia 29:11). Ketaatan kepada ALLAH adalah juga pertanda bahwa kita mengasihi-Nya (baca Yohanes 15:14).
*Pertanyaan yang paling mendasar: mengapa kita harus taat?*
*Kita harus taat agar tidak tertipu muslihat iblis (II Korintus 11:14)*
Iblis pun menyamar sebagai malaikat terang. Jika kita tidak taat kepada ALLAH, maka kita akan sulit membedakan mana yang TUHAN atau “Hantu”. Ketaatan kepada TUHAN artinya memperhatikan dengan saksama (lihat kembali arti kata taat dalam bahasa Yunani di atas) apa yang TUHAN perintahkan kepada kita, dan tentu juga memperhatikan dengan saksama apa yang dikatakan ROH TUHAN kepada Gereja-Nya pada akhir zaman ini. Selama mata kita, keseluruhan hidup kita tertuju kepada-Nya, maka kita akan terlindungi dari tipuan iblis.
*Kita harus taat agar dapat mengalami pengalaman-pengalaman yang dashyat dengan TUHAN (Daniel 3:16-18)*
Dalam nats yang kita baca di atas, kita mendapati bahwa Sadrakh, Mesakh, dan Abednego tetap taat kepada TUHAN walaupun mendapat ancaman hukuman mati oleh Raja Nebukadnezar apabila tidak mau menyembah patung yang ia dirikan (tips: baca seluruh Daniel 3). Mereka memilih tetap taat, apa pun harga yang mungkin harus mereka bayar. Hasilnya? Mereka bertiga mengalami pengalaman yang luar biasa dahsyat bersama dengan TUHAN. Sekali lagi, pengalaman dahsyat ini terjadi karena mereka taat kepada TUHAN, yaitu tidak mau menyembah allah lain selain TUHAN; Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, yang sekarang kita sembah dalam nama YESUS KRISTUS.
*Kita harus taat agar dapat memiliki kekuatan yang besar (Matius 7:24)*
Perhatikan baik-baik ayat ini; dikatakan barangsiapa yang melakukan apa yang dikatakan oleh TUHAN, maka ia adalah orang yang bijaksana yang mendirikan rumah di atas batu. Itu artinya, ketaatan kita menghasilkan kekuatan yang besar yaitu kebijaksanaan (wisdom) dan kekuatan yang tak tergoyahkan. Ini berbeda dengan pandangan dunia. Di mata dunia, semakin kita taat, justru posisi kita dipandang semakin lemah, misalnya: budak, pembantu, dan sebagainya. Tetapi menurut standar ALLAH, justru ketika kita semakin taat kepada-Nya, justru posisi kita semakin kuat dan hidup kita diberikan kekuatan yang luar biasa. Ini juga dilaksanakan oleh para pahlawan iman seperti Daud, Daniel, Abraham, dan lainnya. Ingin memiliki kekuatan yang luar biasa? Taat!
*Kita harus taat agar dapat melihat mukjizat-mukjizat (Mazmur 1:1-3)*
Ingatkah bahwa kata taat juga artinya mendengar, menyimpan, merenungkan serta siap melaksanakan. Orang yang taat kepada apa yang TUHAN katakan melalui Firman-Nya yang tertulis (Alkitab) dan pernyataan-pernyataan para hamba-hamba-Nya (perwahyuan/visi) maka hasilnya adalah ia akan melihat betapa banyak mukjizat terjadi dalam hidupnya, yaitu apa saja yang ia perbuat pastilah berhasil. Amin!
Only By His Grace
Joshua Ivan Sudrajat
Shalom
Ulangan 6:4
LAI-TB, Dengarlah (SHEMA), hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!
KJV, Hear, O Israel: The LORD our God is one LORD:
Rhema Pagi Ini Adalah Berjalan Dalam Ketaatan.
Kata Ibrani שֵׁמַע - SHEMA, memiliki makna: Taat/ Ketaatan adalah sikap tunduk kepada wewenang, menjalankan apa yang diperintahkan, mematuhi apa yang dituntut, atau menjauhkan diri dari apa yang dilarang. Kata Ibrani tidak memiliki kata khusus dalam satu makna "ketaatan." Sebab kata שֵׁמַע - SHEMA ini mengandung makna: "taat, mentaati, patuh, mematuhi, merespon, memperhatikan, menyimak, dengar, mendengarkan." Berasal dari kata kerja Ibrani: שָׁמַע - SHAMA, atau שֵׁמַע - SHEMA.
*TAAT ADALAH KARENA KASIH*
Yesus berkata: "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” (Yoh. 14:15).
Jika kita tidak taat, jangan-jangan sebenarnya kita tidak mengasihi Tuhan. Tiadk taat artinya kita lebih mengasihi diri kita, mengasihi daging kita, mengasihi kenikmatan dosa, sekalipun kita menyanyi ”aku cinta Yesus” berulang-ulang di ibadah. Kasih diekspresikan dengan menghormati Tuhan. Menghormati Tuhan diekspresikan dengan menuruti perintah-perintahNya. Taat tidak bisa dipaksa. Ketaatan yang lahir karena terpaksa atau takut, hanya akan bertahan sementara. Taat pada Tuhan perlu dibangun di atas hati yang mengasihi dan menghormati Tuhan. Ketika kita mengasihi Tuhan, kita tidak akan kesulitan untuk melakukan perintah-perintahNya. Ketika anak saya mengasihi saya, ia rela untuk tidak menuruti keinginannya, tetapi menuruti keinginan ayahnya. Ia percaya apa yang dikatakan oleh ayahnya, itu yang terbaik bagi hidupnya.
*TAAT ADALAH KARENA MENGERTI PRINSIP KETAATAN DAN OTORITAS*
Taat yang benar harus lahir dari pemahaman akan firman kebenaran, terutama akan prinsip hubungan antara “ketaatan dan otoritas”. Taat dibangun atas dasar pemahaman tentang pentingnya ketaatan. Anak saya belajar taat karena ia sejak kecil menghafal firman Tuhan: “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu -- ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.” (Ef. 6:1-3). Firman ini menjadi rhema baginya, bahwa jalan untuk bahagia adalah dengan mentaati perkataan orang tua. Allah memberkati orang yang taat kepada otoritas. Anda mau diberkati? Taatilah dan hormatilah otoritasmu. Berkat Allah melimpah terhadap orang yang menghormati otoritasnya.
*TAAT ADALAH KARENA IMAN*
“Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.” (Ibr. 11:8). Abraham mempercayai Allah ketika ia dipanggil untuk pergi ke tempat yang ia tidak tahu. Dia tidak berpasangka buruk bahwa Tuhan mau mencelakakan hidupnya. Ia berpikiran postif sekalipun harus keluar dari zona kenyamanannya: kampungnya, keluarganya, budayanya, kenyamanannya di daerah Ur Kasdim. Abraham taat karena iman.
Tuhan adalah Bapa yang baik, yang ingin selalu memberkati kita. Jangan mencurigai Allah. Iman artinya mempercayai bahwa Allah mau dan ingin memberi yang terbaik untuk kita. Iman lahir karena kita mengenal Allah. Makin kita mengenal Allah, makin kita akan mentaati Tuhan. Taat yang lahir dari iman, akan menolong kita untuk taat dengan hati yang bersukacita. Ada orang taat, tetapi sambil mengeluh atau bersungut-sungut. Taat tanpa sukacita hanyalah mendatangkan kuk atau beban terhadap jiwa kita. Apakah anda taat kepada orang tua dengan bersungut-sungut? Apakah anda taat kepada suami dengan mengeluh? Ketika kita taat kepada pemimpin kita, kita sedang taat kepada Tuhan, karena pemimpin adalah wakil Allah (Rm. 13:1). Allah berkenan kepada ketaatan. Allah menaruh nilai tinggi kepada ketaatan, sekaligus ketidaktaatan adalah sebuah pelanggaran yang serius bagi Allah.
*Saul Ditolak oleh Allah karena Tidak Taat*
Ayat yang terkenal dalam Bahasa Inggris “To obey is better than sacrifice”. Taat lebih baik daripada korban. Kutipan ini diambil dari 1 Samuel 15:22 “Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.“
Firman ini diucapkan oleh Nabi Samuel kepada Raja Saul waktu itu karena Raja Saul tidak taat pada perintah Tuhan untuk membunuh semua orang Amalek, termasuk binatang-binatang peliharaan mereka (1 Sam.). Tetapi Saul tidak taat, sehingga ia ditolak oleh Tuhan untuk tetap menjadi raja Israel. Mengapa Saul tidak taat? Saul memilih untuk menyenangkan hati rakyatnya dengan mengizinkan mereka mengambil kambing domba Amalek. Ia juga ingin menyenangkan dirinya sendiri dengan membiarkan raja Amalek, Agag, tetap hidup. Ada sebuah kebanggaan yang bisa dipamerkan di hadapan umum. Kedagingan dan kesombongan melahirkan ketidaktaatan, dan ketidaktaatan membuat Allah meninggalkan Saul.
*TAAT ARTINYA MEMBAYAR HARGA*
Makin mengerti arti ketaatan, makin kita berani bayar sebuah harga ketaatan. Musa bersedia membayar harga sebuah ketaatan dengan meninggalkan kenikmatan istana Firaun. Ia bersedia ambil penderitaan demi umat Tuhan, membebaskan umat Tuhan dari Mesir dan membawa mereka ke Tanah Perjanjian (Ibr. 11:24-26).
Daud pernah melanggar firman Tuhan. Ia mengikuti kedagingannya, menginginkan Batsyeba yang cantik, menyalahgunakan kekuasaannya dengan membunuh Uria, suami Batsyeba. Ia kira, tidak ada yang tahu dosanya. Tetapi Tuhan tahu. Dan Allah menghajar dia dengan hukuman: pedang dan perzinahan tidak akan menjauh dari keluarganya (2 Sam. 10:10-12). Saat ditegur oleh Nabi Natan, ia tahu bahwa ia sudah salah. Bisa saja ia membunuh nabi Natan untuk menutupi dosanya, tetapi ia memilih untuk memutuskan lingkaran kebohongan dan perzinahannya. Memang ia harus membayar harga dalam bentuk akibat dosa yang tetap ditanggungnya, tetapi kemudian ia dikenal sebagai orang yang berkenan di hati Tuhan, karena ia mau bertobat sungguh-sungguh di hadapan Tuhan (Kis. 13:22).
Apakah ada lingkaran kebohongan atau keterikatan dosa dalam hidup kita? Ketidaktaatan membuat kita jauh dari Tuhan, membuat hati kita tawar pada Tuhan, membuat kita makin terpuruk. Yang kena bukan hanya diri kita, tetapi bisa juga keluarga kita, anak-anak kita. Karena Abraham berbohong, pola kebohongan turun kepada Ishak dan Yakub. Ishak berbohong ketika ia ditanya. Yakub juga berbohong. Pilihlah taat lebih daripada kenikmatan dosa. Pilihlah taat pada panggilan Tuhan daripada memiliki banyak uang dan harta. Pilihlah taat pada suara Roh Kudus sekalipun dipandang rendah oleh manusia. Jangan seperti Saul. Demi pandangan manusia, demi menyenangkan rakyatnya dan dirinya sendiri, ia memilih untuk mengambil kambing domba jarahan dan menyisakan Raja Agag tetap hidup. Berkenan di hati Tuhan jauh lebih penting daripada berkenan di hati manusia. Yesus berkata dalam Yoh. 15:10 “Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. ” Taat artinya membayar harga untuk menuruti perintahNya.
Allah sangat menghargai “ketaatan”. Tuhan tidak mau hidup kita tidak taat, karena ketidaktaatan akan melahirkan pemberontakan dan orang tersebut akan diserang oleh kuasa gelap. Anak-anak kita mengalami sakit penyakit. Usaha kita gagal atau ‘dimakan’ orang. Pernikahan kita di ambang bahaya, dan sebagainya. Kompromi terhadap dosa membuat kita tidak akan peka lagi kepada suara Tuhan. Salah dalam mengambil keputusan dalam bisnis, keluarga maupun masa depan hidup kita sendiri. Tuhan menghargai ketaatan anda. Dan Ia mau bukan hanya memberkati anda, tetapi menyertai anda. Menolong anda di kala sulit, memberi hikmat di kala buntu, menguatkan anda di kala lemah, memberi kemenangan di kala menghadapi peperangan. Untuk mengalami semua itu, pilihlah taat kepada suara Tuhan dan FirmanNya.
Kata “ketaatan” dalam bahasa Yunani juga mengandung pengertian mendengar, menyimpan, merenungkan, serta siap melaksanakan. Bagi kita orang percaya, ALLAH menuntut ketaatan kita dan pengakuan nyata bahwa kita percaya kepada-Nya. Ketaatan kita kepada ALLAH akan memberi arah dan petunjuk untuk kehidupan kita, yang tentunya akan melindungi kita dari hal-hal yang membahayakan, karena ALLAH tidak pernah merancangkan hal-hal yang buruk bagi kita, melainkan rancangan damai sejahtera dan hari depan yang penuh pengharapan (Yeremia 29:11). Ketaatan kepada ALLAH adalah juga pertanda bahwa kita mengasihi-Nya (baca Yohanes 15:14).
*Pertanyaan yang paling mendasar: mengapa kita harus taat?*
*Kita harus taat agar tidak tertipu muslihat iblis (II Korintus 11:14)*
Iblis pun menyamar sebagai malaikat terang. Jika kita tidak taat kepada ALLAH, maka kita akan sulit membedakan mana yang TUHAN atau “Hantu”. Ketaatan kepada TUHAN artinya memperhatikan dengan saksama (lihat kembali arti kata taat dalam bahasa Yunani di atas) apa yang TUHAN perintahkan kepada kita, dan tentu juga memperhatikan dengan saksama apa yang dikatakan ROH TUHAN kepada Gereja-Nya pada akhir zaman ini. Selama mata kita, keseluruhan hidup kita tertuju kepada-Nya, maka kita akan terlindungi dari tipuan iblis.
*Kita harus taat agar dapat mengalami pengalaman-pengalaman yang dashyat dengan TUHAN (Daniel 3:16-18)*
Dalam nats yang kita baca di atas, kita mendapati bahwa Sadrakh, Mesakh, dan Abednego tetap taat kepada TUHAN walaupun mendapat ancaman hukuman mati oleh Raja Nebukadnezar apabila tidak mau menyembah patung yang ia dirikan (tips: baca seluruh Daniel 3). Mereka memilih tetap taat, apa pun harga yang mungkin harus mereka bayar. Hasilnya? Mereka bertiga mengalami pengalaman yang luar biasa dahsyat bersama dengan TUHAN. Sekali lagi, pengalaman dahsyat ini terjadi karena mereka taat kepada TUHAN, yaitu tidak mau menyembah allah lain selain TUHAN; Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, yang sekarang kita sembah dalam nama YESUS KRISTUS.
*Kita harus taat agar dapat memiliki kekuatan yang besar (Matius 7:24)*
Perhatikan baik-baik ayat ini; dikatakan barangsiapa yang melakukan apa yang dikatakan oleh TUHAN, maka ia adalah orang yang bijaksana yang mendirikan rumah di atas batu. Itu artinya, ketaatan kita menghasilkan kekuatan yang besar yaitu kebijaksanaan (wisdom) dan kekuatan yang tak tergoyahkan. Ini berbeda dengan pandangan dunia. Di mata dunia, semakin kita taat, justru posisi kita dipandang semakin lemah, misalnya: budak, pembantu, dan sebagainya. Tetapi menurut standar ALLAH, justru ketika kita semakin taat kepada-Nya, justru posisi kita semakin kuat dan hidup kita diberikan kekuatan yang luar biasa. Ini juga dilaksanakan oleh para pahlawan iman seperti Daud, Daniel, Abraham, dan lainnya. Ingin memiliki kekuatan yang luar biasa? Taat!
*Kita harus taat agar dapat melihat mukjizat-mukjizat (Mazmur 1:1-3)*
Ingatkah bahwa kata taat juga artinya mendengar, menyimpan, merenungkan serta siap melaksanakan. Orang yang taat kepada apa yang TUHAN katakan melalui Firman-Nya yang tertulis (Alkitab) dan pernyataan-pernyataan para hamba-hamba-Nya (perwahyuan/visi) maka hasilnya adalah ia akan melihat betapa banyak mukjizat terjadi dalam hidupnya, yaitu apa saja yang ia perbuat pastilah berhasil. Amin!
Only By His Grace
Joshua Ivan Sudrajat
Komentar
Posting Komentar