HATI YANG BERHIKMAT DAN BERSERAH
*HATI YANG BERHIKMAT DAN BERSERAH*
*Pdt Philip Mantofa*
*GBI PRJ CK 7*
*09 February 2020*
"Dengan kasih dan kesetiaan, kesalahan diampuni, karena takut akan TUHAN orang menjauhi kejahatan", (Amsal 16:6). Bagi orang yang bersalah dan meminta maaf; bagaimana agar dia dapat diampuni? Tidak cukup hanya dengan darah Yesus saja, tetapi supaya dia diampuni, maka kita harus mengampuni dia dengan kasih dan kesetiaan. Kasihilah Tuhan dan kasihilah sesamamu! Kasih itu berbicara tentang hati, sedangkan kesetiaan adalah tindakan. Perlu tindakan konkrit ketika kita sudah mengampuni kesalahan orang kepada kita. Seorang isteri yang mengampuni kesalahan suaminya, maka suami yang diampuni dengan kasih itu akan dipulihkan, tetapi itu juga harus diwujudkan dalam tindakan. Suami yang bersalah itu jangan mengulangi kesalahan dan dosa lagi. Tidak ada cela yang tidak bisa dihapuskan, asal ada kesetiaan.
"Jikalau TUHAN berkenan kepada jalan seseorang, maka musuh orang itupun didamaikan-Nya dengan dia" (Amsal 16:7). Kalau Tuhan berkenan kepada kita, maka musuh pun akan berdamai dengan kita. Sepertinya kontradiksi dengan Paulus yang berkata: usahakanlah berdamai dengan semua orang, meskipun kita dimusuhi dengan alasan-alasan tertentu. Sebab tidak semua orang dapat kita senangkan.
Apa maksud didamaikan lagi?
a. ideal: kita akan didamaikan/dipersatukan segera, apabila kita disalahkan oleh bukan karena kesalahan kita dan ternyata terbukti kita benar.
b. non ideal: mungkin kita tidak didamaikan/dipersatukan segera, tetapi orang yang memusuhi kita itu akan mengaku salah pada waktunya, meskipun tidak langsung (kepada kita).
Tuhan Yesus yang akan membersihkan nama kita. Jika kita benar dan sudah berdamai, jangan terus-menerus mencari perkenanan dari orang yang memusuhi kita itu; tetapi fokuslah untuk selalu hidup berkenan kepada Tuhan.
"Lebih baik penghasilan sedikit disertai kebenaran, dari pada penghasilan banyak tanpa keadilan", (Amsal 16:8). Kita harus memilih yang baik dan benar. Jangan memilih kaya namun dengan kejahatan. Lebih baik miskin dengan kebenaran. Ini berbicara tentang memilih prioritas takut akan Tuhan. Uang yang didapatkan dengan tidak sah, akan tetap tidak sah meskipun disimpan (invest) dengan "baik"; tapi pada akhirnya itu akan bocor juga, sebab itu bukan uang kita, tapi uang orang lain. Akan ada kutuk yang menyertai hasil (uang) yang didapatkan dengan kejahatan.
Dari ayat 8 itu, bukan maksudnya berhenti di penghasilan sedikit, tetapi harus disertai dengan kebenaran (strategi/perencanaan: kejujuran, kerja keras, pendidikan, teladan/takut akan Tuhan, value/nilai hidup). Hiduplah dengan prioritas yang benar: Menempatkan Tuhan diatas manusia. Hiduplah dengan kemurahan hati sebab lebih berharga orang (hubungan) daripada uang. Lebih penting uang daripada barang!
"Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya", (Amsal 16:9). Kita harus berpikir lebih strategis. Jangan malas! Miliki perencanaan yang matang. Bekali anak-anak dengan pendidikan dan teladan yang benar. Isi hati dan pikiran kita dengan kebenaran firman Tuhan yang semakin dalam. Miliki karunia, kharisma, karakter dan kepintaran; sebab kita memiliki iman (Kristen) yang benar dan sudah teruji. Ketika pikiran kita sudah semakin terlatih, tetapi isi hati kita juga dengan hati yang berserah kepada TUHAN.
Mintalah hati yang bisa berpikir dan mintalah juga hati yang bisa berserah. Pertimbangan yang matang dan kemampuan untuk berserah dan tidak mencampuri kedaulatan TUHAN.
Amin
*Pdt Philip Mantofa*
*GBI PRJ CK 7*
*09 February 2020*
"Dengan kasih dan kesetiaan, kesalahan diampuni, karena takut akan TUHAN orang menjauhi kejahatan", (Amsal 16:6). Bagi orang yang bersalah dan meminta maaf; bagaimana agar dia dapat diampuni? Tidak cukup hanya dengan darah Yesus saja, tetapi supaya dia diampuni, maka kita harus mengampuni dia dengan kasih dan kesetiaan. Kasihilah Tuhan dan kasihilah sesamamu! Kasih itu berbicara tentang hati, sedangkan kesetiaan adalah tindakan. Perlu tindakan konkrit ketika kita sudah mengampuni kesalahan orang kepada kita. Seorang isteri yang mengampuni kesalahan suaminya, maka suami yang diampuni dengan kasih itu akan dipulihkan, tetapi itu juga harus diwujudkan dalam tindakan. Suami yang bersalah itu jangan mengulangi kesalahan dan dosa lagi. Tidak ada cela yang tidak bisa dihapuskan, asal ada kesetiaan.
"Jikalau TUHAN berkenan kepada jalan seseorang, maka musuh orang itupun didamaikan-Nya dengan dia" (Amsal 16:7). Kalau Tuhan berkenan kepada kita, maka musuh pun akan berdamai dengan kita. Sepertinya kontradiksi dengan Paulus yang berkata: usahakanlah berdamai dengan semua orang, meskipun kita dimusuhi dengan alasan-alasan tertentu. Sebab tidak semua orang dapat kita senangkan.
Apa maksud didamaikan lagi?
a. ideal: kita akan didamaikan/dipersatukan segera, apabila kita disalahkan oleh bukan karena kesalahan kita dan ternyata terbukti kita benar.
b. non ideal: mungkin kita tidak didamaikan/dipersatukan segera, tetapi orang yang memusuhi kita itu akan mengaku salah pada waktunya, meskipun tidak langsung (kepada kita).
Tuhan Yesus yang akan membersihkan nama kita. Jika kita benar dan sudah berdamai, jangan terus-menerus mencari perkenanan dari orang yang memusuhi kita itu; tetapi fokuslah untuk selalu hidup berkenan kepada Tuhan.
"Lebih baik penghasilan sedikit disertai kebenaran, dari pada penghasilan banyak tanpa keadilan", (Amsal 16:8). Kita harus memilih yang baik dan benar. Jangan memilih kaya namun dengan kejahatan. Lebih baik miskin dengan kebenaran. Ini berbicara tentang memilih prioritas takut akan Tuhan. Uang yang didapatkan dengan tidak sah, akan tetap tidak sah meskipun disimpan (invest) dengan "baik"; tapi pada akhirnya itu akan bocor juga, sebab itu bukan uang kita, tapi uang orang lain. Akan ada kutuk yang menyertai hasil (uang) yang didapatkan dengan kejahatan.
Dari ayat 8 itu, bukan maksudnya berhenti di penghasilan sedikit, tetapi harus disertai dengan kebenaran (strategi/perencanaan: kejujuran, kerja keras, pendidikan, teladan/takut akan Tuhan, value/nilai hidup). Hiduplah dengan prioritas yang benar: Menempatkan Tuhan diatas manusia. Hiduplah dengan kemurahan hati sebab lebih berharga orang (hubungan) daripada uang. Lebih penting uang daripada barang!
"Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya", (Amsal 16:9). Kita harus berpikir lebih strategis. Jangan malas! Miliki perencanaan yang matang. Bekali anak-anak dengan pendidikan dan teladan yang benar. Isi hati dan pikiran kita dengan kebenaran firman Tuhan yang semakin dalam. Miliki karunia, kharisma, karakter dan kepintaran; sebab kita memiliki iman (Kristen) yang benar dan sudah teruji. Ketika pikiran kita sudah semakin terlatih, tetapi isi hati kita juga dengan hati yang berserah kepada TUHAN.
Mintalah hati yang bisa berpikir dan mintalah juga hati yang bisa berserah. Pertimbangan yang matang dan kemampuan untuk berserah dan tidak mencampuri kedaulatan TUHAN.
Amin
*HATI YANG BERHIKMAT DAN BERSERAH*
*Pdt Philip Mantofa*
*GBI PRJ CK 7*
*09 February 2020*
"Dengan kasih dan kesetiaan, kesalahan diampuni, karena takut akan TUHAN orang menjauhi kejahatan", (Amsal 16:6). Bagi orang yang bersalah dan meminta maaf; bagaimana agar dia dapat diampuni? Tidak cukup hanya dengan darah Yesus saja, tetapi supaya dia diampuni, maka kita harus mengampuni dia dengan kasih dan kesetiaan. Kasihilah Tuhan dan kasihilah sesamamu! Kasih itu berbicara tentang hati, sedangkan kesetiaan adalah tindakan. Perlu tindakan konkrit ketika kita sudah mengampuni kesalahan orang kepada kita. Seorang isteri yang mengampuni kesalahan suaminya, maka suami yang diampuni dengan kasih itu akan dipulihkan, tetapi itu juga harus diwujudkan dalam tindakan. Suami yang bersalah itu jangan mengulangi kesalahan dan dosa lagi. Tidak ada cela yang tidak bisa dihapuskan, asal ada kesetiaan.
"Jikalau TUHAN berkenan kepada jalan seseorang, maka musuh orang itupun didamaikan-Nya dengan dia" (Amsal 16:7). Kalau Tuhan berkenan kepada kita, maka musuh pun akan berdamai dengan kita. Sepertinya kontradiksi dengan Paulus yang berkata: usahakanlah berdamai dengan semua orang, meskipun kita dimusuhi dengan alasan-alasan tertentu. Sebab tidak semua orang dapat kita senangkan.
Apa maksud didamaikan lagi?
a. ideal: kita akan didamaikan/dipersatukan segera, apabila kita disalahkan oleh bukan karena kesalahan kita dan ternyata terbukti kita benar.
b. non ideal: mungkin kita tidak didamaikan/dipersatukan segera, tetapi orang yang memusuhi kita itu akan mengaku salah pada waktunya, meskipun tidak langsung (kepada kita).
Tuhan Yesus yang akan membersihkan nama kita. Jika kita benar dan sudah berdamai, jangan terus-menerus mencari perkenanan dari orang yang memusuhi kita itu; tetapi fokuslah untuk selalu hidup berkenan kepada Tuhan.
"Lebih baik penghasilan sedikit disertai kebenaran, dari pada penghasilan banyak tanpa keadilan", (Amsal 16:8). Kita harus memilih yang baik dan benar. Jangan memilih kaya namun dengan kejahatan. Lebih baik miskin dengan kebenaran. Ini berbicara tentang memilih prioritas takut akan Tuhan. Uang yang didapatkan dengan tidak sah, akan tetap tidak sah meskipun disimpan (invest) dengan "baik"; tapi pada akhirnya itu akan bocor juga, sebab itu bukan uang kita, tapi uang orang lain. Akan ada kutuk yang menyertai hasil (uang) yang didapatkan dengan kejahatan.
Dari ayat 8 itu, bukan maksudnya berhenti di penghasilan sedikit, tetapi harus disertai dengan kebenaran (strategi/perencanaan: kejujuran, kerja keras, pendidikan, teladan/takut akan Tuhan, value/nilai hidup). Hiduplah dengan prioritas yang benar: Menempatkan Tuhan diatas manusia. Hiduplah dengan kemurahan hati sebab lebih berharga orang (hubungan) daripada uang. Lebih penting uang daripada barang!
"Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya", (Amsal 16:9). Kita harus berpikir lebih strategis. Jangan malas! Miliki perencanaan yang matang. Bekali anak-anak dengan pendidikan dan teladan yang benar. Isi hati dan pikiran kita dengan kebenaran firman Tuhan yang semakin dalam. Miliki karunia, kharisma, karakter dan kepintaran; sebab kita memiliki iman (Kristen) yang benar dan sudah teruji. Ketika pikiran kita sudah semakin terlatih, tetapi isi hati kita juga dengan hati yang berserah kepada TUHAN.
Mintalah hati yang bisa berpikir dan mintalah juga hati yang bisa berserah. Pertimbangan yang matang dan kemampuan untuk berserah dan tidak mencampuri kedaulatan TUHAN.
Amin
Komentar
Posting Komentar