Jurnal SHRK Mei 2011 - Hari 1

Jurnal SHRK Mei 2011 - Hari 1
 
 
"Sesudah Abimelekh, bangkitlah Tola bin Pua bin Dodo, seorang Isakhar, untuk menyelamatkan orang Israel. Ia diam di Samir, di pegunungan Efraim dan ia memerintah sebagai hakim atas orang Israel dua puluh tiga tahun lamanya; kemudian matilah ia, lalu dikuburkan di Samir. " - Hakim-Hakim 10:1-2

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Pernahkah kita merenung sejenak, terpikir untuk tujuan apa kita ada di dunia ini? Bagaimana kita memulai, mengisi dan mengakhiri kehidupan kita nanti? Adakah kita harus menjadi seorang pribadi yang begitu besar dan terkenal supaya kita disebut sukses? Supaya kita disebut "menjadi berkat bagi banyak orang"? Dan jika kita tidak menjadi besar dan terkenal seperti orang-orang besar yang kita ketahui, pantaskah kita mengomentari hidup kita dengan berkata, "Memang begini TAKDIR saya." Dan ketika kita melihat orang lain tiba-tiba menjadi sangat sukses dan terkenal dan menjadi berkat besar bagi begitu banyak orang, kita juga mengomentari dengan berkata, "Memang TAKDIRnya menjadi orang besar."

Alkitab menceritakan beraneka ragam kisah dari beraneka ragam tokoh, tokoh-tokoh besar seperti Nuh, Abraham, Daud, Salomo, nabi Elia, nabi Yesaya dan juga tokoh-tokoh yang mungkin sebagian kita menganggapnya tokoh kecil (semacam pelengkap), atau lebih ironis lagi jika ada yang menyebut mereka "figuran". Mengapa disebut demikian? Salah satu alasannya adalah karena tidak banyak tulisan di Alkitab yang menerangkan tentang tokoh tersebut, sehingga tidak banyak yang bisa diceritakan. Karena sesuatu biasanya menjadi semakin besar jika semakin dibicarakan / diceritakan. Jadi, ada tokoh-tokoh besar, ada tokoh-tokoh kecil, ada nabi-nabi besar, ada nabi-nabi kecil, ada hakim-hakim besar, ada hakim-hakim kecil. Dari sekian yang kecil, kita tetap bisa menarik pelajaran berharga karena semua yang tertulis di Alkitab bukan tanpa maksud Tuhan bagi kita.

Disebutlah seorang hakim "kecil" bernama Tola, hanya dua ayat Alkitab menceritakan tentang tokoh ini. Nama Tola artinya ulat. Dapatkah kita bayangkan, Alkitab hanya menceritakan sebanyak dua ayat tentang seorang tokoh yang "sekecil" ulat? Sekilas kita bisa terjebak dengan menganggap remeh, namun dalam dua ayat tersebut tidak diceritakan sesuatu yang buruk tentang Tola. Bahkan sebaliknya, ada catatan yang sangat baik tentang Tola. Bahwa Tola bangkit menyelematkan Israel, memerintah cukup lama yaitu 23 tahun, bertugas di luar kampung halamannya dan kemudian wafat dan dikuburkan di daerah tugasnya.

Dan inilah yang menarik dari Tola, arti namanya ulat itu bukanlah ulat yang biasa kita ketahui. Ulat Tola adalah ulat yang unik karena ketika ditekan tubuhnya, ulat ini hancur dan mengeluarkan cairan (semacam darah) berwarna ungu. Dan cairan ungu inilah yang menjadi bahan pewarna pakaian kerajaan yang memang biasanya berwarna ungu. Terlebih lagi warna ungu memang mengandung arti kerajaan atau raja atau pemerintahan yang berdaulat. Jadi tokoh yang bernama Tola memberi teladan bagaimana kita sebagai orang percaya ketika mengalami masalah dan tekanan, adakah memberikan warna Kerajaaan Allah kepada dunia? Atau sebaliknya memberikan warna busuk yang menyengat seperti ulat-ulat lainnya?

Bahkan Daud dalam Mazmurnya mengakui bahwa dirinya adalah ulat dan bukan manusia:

"Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh orang banyak. Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya: "Ia menyerah kepada TUHAN; biarlah Dia yang meluputkannya, biarlah Dia yang melepaskannya! Bukankah Dia berkenan kepadanya?" - Mazmur 22:7-9

Ayat-ayat di atas secara tersurat menceritakan tentang apa yang dialami Daud. Namun secara tersirat, siapakah yang dilihat orang-orang banyak ketika Ia menyerah, Ia ditunggu banyak orang untuk ditolong Tuhan saat penderitaan-Nya karena semua orang mengetahui bahwa perkenanan Tuhan ada pada-Nya? Ya, secara tersirat ayat-ayat ini menceritakan bahkan menubuatkan tentang pribadi Yesus Kristus sewaktu di dunia, terutama ketika Beliau disalibkan dan ditantang orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat.

Jalan merendah bahkan menggambarkan dirinya sebagai ulat dan bukan manusia, tidak menjadikan takdir Daud menjadi buruk. Renungkanlah bagaimana takdir Kristus yang besar di kayu salib dimulai dari gambaran orang yang "sekecil" ulat, dari sesuatu yang dipandang hina oleh banyak orang, namun memberikan warna Kerajaan Allah bagi dunia.

Lalu bagaimanakah caranya kita yang "sekecil" ulat memenuhi akhir takdir hidup kita sesuai dengan kehendak-Nya? Perhatikan bahwa Tola bangkit bukan kebetulan, namun memang untuk suatu rencana dan tugas yang Tuhan tetapkan. Kata "bangkit" mengandung arti perencanaan yang harus digenapi dan tugas yang harus dituntaskan. Ia orang Ishakar, namun bertugas di Samir, daerah orang Efraim. Ini menandakan orang yang keluar dari zona kenyamanannya. Orang yang berani bayar harga dan rela mentaati apapun yang Tuhan kehendaki, di manapun, kapanpun dan bagaimanapun resikonya. Bahkan karena pengabdiannya terhadap tugas yang diberikan, setelah wafat beliau dikebumikan BUKAN di kampung halamannya, melainkan di daerah tugasnya. Hal ini berbeda dengan para hakim lainnya dan sungguh-sungguh menggambarkan bagaimana beliau menuntaskan tugasnya hingga tuntas. Dan walaupun hanya diceritakan dalam dua ayat, namun Tola memerintah cukup lama, 23 tahun. Hakim-hakim lain yang dianggap lebih besar daripada Tola, seperti Simson hanya 20 tahun, Yefta yang juga diceritakan lebih banyak ayat bahkan hanya memerintah 6 tahun.

Jadi tidak peduli apakah kita dianggap besar maupun kecil, selama kita setia dan rela membayar harga sampai tuntas segala sesuatunya, maka takdir kita adalah Kristus itu sendiri.

Komentar

Postingan Populer