Membangun Manusia Rohani

Membangun Manusia Rohani



Tiap hari ternyata kita harus doa dalam bahasa roh secara agresif dan ekspresif, dan melatih tubuh kita senantiasa untuk mendesak masuk dalam realita hadirat Tuhan. Dan tidak mengijinkan roh kita menjadi pasif dan tubuh kita menjadi 'larut' dalam keinginannya. Saya semakin menyadari, inilah 'disiplin rohani' (membangun manusia rohani) yang akan menjagai kita  agar tidak terjerumus dalam 'areal kenyamanan'! Dan tidak terhanyut dalam 'masa kelimpahan berkat'.

Disiplin rohani tersebut sama halnya dengan 'pelatihan peperangan bagi roh, jiwa, dan tubuh kita'. Sebab kita memang tidak bisa memungkiri fakta rohani, bahwa peperangan rohani merupakan sesuatu yang nyata dan tidak pernah berhenti (Efesus 6:10-12, Pengk 8:8) Jikalau kita berhenti berlatih, maka hal itu sama dengan penyerahan diri kita untuk menjadi target serangan dan bulan - bulanan musuh. Itulah yang terjadi pada Daud.

Dimasa puncak kelimpahan dan kejayaannya, ia mengambil keputusan untuk 'bersantai' (mengikuti keinginan daging dan tubuh) di sotoh istana, dan  ia tidak mengikuti peperangan di masa raja - raja biasanya berperang.

Akibatnya cukup fatal, karena perlahan tapi pasti "musuh rohaninya" mulai mengambil alih tubuhnya untuk dipakai sebagai senjata kelaliman. Batsyeba istri Uria direnggut oleh Daud, dan Uria dibunuh olehnya. Suatu perbuatan yang terbilang cukup "sadis" telah dilakukan oleh Daud hamba Tuhan tersebut. Perbuatan jahat tersebut diawali dari 'pengambil keputusan untuk istirahat dalam peperangan'.

Dalam perenungan ini, saya mendapati, masa ujian sesungguhnya adalah saat kita ada dalam berkat dan kelimpahan. Kelulusan dalam ujian tersebut sangatlah ditentukan oleh keputusan kita hari ini dan seterusnya.

Jika kita tidak tekun membangun manusia rohaniah, maka masa depan kita justru akan menjadi korban dari "kenyamanan" hidup. Namun jika kita terus bertekun dari sekarang dan menjagai gaya hidup membangun manusia rohani seperti menjagai harta yang paling berharga (lebih berharga dari harta benda dan berkat lahiriah) maka saat masa damai dan kelimpahan datang dalam diri kita, hal itu tidak akan membuat kita jadi meninggalkan pendisiplinan diri dalam membangun manusia rohani.

Dengan demikian masa kelimpahan justru akan membuat kita lebih gila - gilaan lagi dalam mengejar Tuhan.

Pada intinya, pelatihan membangun manusia rohani akan senantiasa menuntun kita berjalan dalam jalan hidup orang benar.

Amsal 4:18-19  "Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari. Jalan orang fasik itu seperti kegelapan; mereka tidak tahu apa yang menyebabkan mereka tersandung."

Pada prinsipnya, jikalau karena harta benda, berkat serta kelimpahan membuat kita 'jatuh dan terlena' maka artinya kita sedang meninggalkan gaya hidup ilahi (membangun manusia rohani) dan mengadopsi gaya hidup orang fasik. Sebab jika kita terus berjalan dalam kebenaran maka hidup kita akan terus naik dan tidak pernah turun.

Roh mengingatkan saya kembali: 'Terus jagai gaya hidup membangun manusia rohani; jadikan itu sebagai rutinitas yang tak tergantikan dalam hidupmu karena itu adalah harta sesungguhnya!' #AkuCintaTuhan (Ps. Steven Agustinus)

Komentar

Postingan Populer