Eben Haezer

*Eben Haezer*
*Daily Devotion*


*EBEN-HAEZER* Berasal dari kata –'EBEN, batu (Kejadian 28:11; 29:2; Keluaran 21:18; Imamat 20:2, dan lain-lain), dan kata -'ÊZER, penolong (Kejadian 2:18, 20; Keluaran 18:4;Ulangan 33:7, dan lain-lain). Kata 'EBEN HÂ'ÊZER dapat diartikan “ batu penolong.”

Dalam Perjanjian Lama, kata Eben-Haezer dipakai 3 kali. Yaitu di dalam :

* 1 Samuel 4:1,
"Dan perkataan Samuel sampai ke seluruh Israel. Orang Israel maju berperang melawan orang Filistin dan berkemah dekat Eben-Haezer, sedang orang Filistin berkemah di Afek."

* 1 Samuel 5:1,
"Sesudah orang Filistin merampas tabut Allah, maka mereka membawanya dari Eben-Haezer ke Asdod."

* 1 Samuel 7:12,
"Kemudian Samuel mengambil sebuah batu dan mendirikannya antara Mizpa dan Yesana; ia menamainya Eben-Haezer, katanya: 'Sampai di sini TUHAN menolong kita.'

Dan pemakaian kata Eben-Haezer dalam ke -3 ayat di atas memberikan 2 macam pengertian, yaitu :

*1.Merupakan nama diri yang merujuk kepada suatu tempat di mana orang Israel dua kali dikalahkan oleh orang Filistin. (1 Sam.4:1 & 1 Sam.5:1)*

Daerah ini mungkin merupakan tempat di mana Samuel meletakkan sebuah batu untuk memperingati kemenangan atas orang Filistin (1 Samuel 7:12 - di bawah). Lokasi yang tepat tidak diketahui, sebagian orang menyatakan bahwa lokasinya dekat Bet-Semes, sebagian lagi menyatakan bahwa lokasinya sekitar 10 hingga 12 mil sebelah timur Yope.

*2. Merupakan nama diri yang diberikan kepada sebuah batu yang didirikan oleh Samuel untuk memperingati kemenangan bangsa Israel atas orang Filistin 1 Sam.7:12. (Bagian ini menjadi fokus pembahasan kita-penulis)*

Sebuah batu yang diletakkan oleh nabi Samuel sebagai batu peringatan. Bukan untuk di sembah, tapi hanya sebagai ‘monumen’ peringatan atas pertolongan Tuhan pada saat itu. Nama tersebut juga memiliki pengertian yang sama dengan maksud dari peletakan batu tersebut. Eben –Haezer : Sampai di sini Tuhan menolong kita.

Untuk memahami lebih dalam bagian 1 Sam.7:12, kita harus memahami latar belakang dari ayat tersebut.

*Latar Belakang 1 Sam.7:12*

Bangsa Israel di dalam 1 Sam. 5:1, mengalami kekalahan perang yang telak. Bukan saja secara fisik mereka di kalahkan, bahkan secara mental dan rohani mereka di hancurkan, dengan di rebutnya Tabut Allah oleh bangsa Filistin.

*Tabut Allah adalah lambang kehadiran dan penyertaan Allah di tengah umatnya.* Ketiadaan Tabut Allah di tengah bangsa Israel dapat di artikan sebagai hilangnya pembelaan Allah bagi mereka.

Bagi bangsa Filistin pada awalnya, merampas Tabut Allah merupakan tindakan genius/brillian, Sampai mereka merasakan kemudian, bahwa Tabut Allah justru membawa bencana besar bagi bangsa mereka (pasal 5). Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk mengembalikan Tabut Allah kepada bangsa Israel, setelah (pasal 6).

Pada Pasal 7, Tabut Allah sudah di kembalikan bahkan sudah 20 tahun berada di tengah bangsa Israel.

Namun pertolongan dan kehadiran Allah tidak dapat dirasakan bangsa Israel, itulah sebabnya mereka mengeluh (7:1-2). Dan akar permasalahannya ada pada ay.3, secara tersirat kita dapati bahwa bangsa Israel selama ini, hidup seperti bangsa kafir. Sekalipun Tabut Allah ada di tengah mereka, namun mereka tidak menyembah kepada Allah, melainkan kepada Baal dan Asytoret (Dewi kesuburan orang Sidon). Itulah sebabnya Allah membiarkan mereka menjadi bulan-bulanan bangsa Filistin.

Kejadian dalam 1 Sam 7:12, dilatar belakangi dengan pertobatan dan perubahan sikap (reformasi) bangsa Israel, yg meresponi ajakan dari nabi Samuel (ay.3). Kali ini ajakan tersebut di respon dengan baik oleh bangsa Israel. Mereka bertobat ,berpuasa, mengakui dosa mereka dan menjauhi Baal dan Asytoret, dan kembali hanya menyembah Allah saja.

Pada titik pertobatan mereka, ujian kembali muncul, bangsa Filistin yang selama ini selalu menghantui kehidupan mereka, kembali berencana menyerang mereka. Namun kali ini mereka benar-benar mencoba untuk hidup benar, dengan belajar mengandalkan Allah dan mempercayaiNya untuk menyelamatkan mereka. Mereka memohon Samuel tidak berhenti memohon bagi mereka kepada Allah, agar mereka di selamatkan dari tangan orang Filistin. Dan Allah menyelamatkan mereka, setelah sekian lama, Allah seolah-olah tidak ada di antara mereka.

Akhirnya terjadilah peristiwa peletakan batu Eben-Haezer, di mana Samuel mengajak bangsa Israel untuk mengingat peristiwa pertolongan Tuhan.


*Implikasi dari 1 Sam.7:12*

Peletakan batu, Eben-Heazer adalah sebuah ‘Moment’ (saat/waktu) untuk mengingat pertolongan Allah, dan sebagai ucapan syukur atas pertolongan Allah, juga untuk memuliakan Allah. Hal ini sekaligus diharapkan menjadi ‘Momentum’ (dorongan/kemampuan bergerak) bagi bangsa Israel untuk terus mengingat kebaikan Tuhan yang mereka terima saat itu. Sehingga mendorong mereka juga untuk terus mempercayai Allah, yang hidup, yang dapat di percayai dan di andalkan. Karena inilah ‘pertama kalinya’ setelah bertobat, mereka merasakan kembali pertolongan Allah.

‘Sampai di sini Allah telah menolong kita ‘, tidak berbicara tentang pertolongan Allah yang telah selesai. Namun bicara tentang ‘inilah” pertolongan Allah, yang sudah di mulai dan akan berlanjut terus.

Apa yang di dilakukan Samuel (ay.7:12), seharusnya membantu kita untuk dapat memperhatikan ‘moment-moment’ dalam hidup kita, di mana ada saat-saat yg perlu kita ingat, di mana Allah bekerja dengan dasyat menolong kita.

Di dalam hidup saya, moment terbaik, yang pernah saya alami adalah ketika Tuhan Yesus membongkar setiap dosa saya dan membawa saya kepada pertobatan untuk menerima pengampunanNya. Karena setiap teguran/hajaran Tuhan, saya imani sebagai bagian dari pembentukan Tuhan terhadap saya. Ada kelegaan yang luar biasa, ada rasa syukur yang tidak terhingga dan ada dorongan untuk menjadi orang yang lebih baik. Mempercayai FirmanNya dan melakukan FirmanNya menjadi lebih mudah, setelah moment pemulihan. Itulah yang saya bayangkan juga terjadi pada bangsa Israel, ketika mereka mengalami kemenangan atas bangsa Filistin. Bukan sekedar kemenangan secara fisik (menang perang), tapi yang lebih penting mereka menang untuk mempercayai Allah, dan untuk bersandar pada Allah, sekalipun ada kekuatan besar yang mengancam.

Hidup kita sebagai anak Tuhan, perlu *memiliki kepekaan* untuk mengetahui moment-moment, yang Tuhan berikan, untuk kita syukuri sebagai bagian dari pertolongan Tuhan dalam membentuk kita.

Melihat setiap peristiwa dalam hidup kita, sebagai saat/moment Tuhan menolong kita (membentuk kita), itu akan melahirkan rasa syukur dan perubahan hidup.

Batu ‘Eben-Haezer’ adalah suatu sikap/respons kita terhadap Tuhan Yesus. Dan sebagai orang berdosa, yang sering di ampuni Tuhan Yesus, seharusnya kita sering meletakan ‘Batu Eben-Haezer’(bersyukur, mengakui pertolongan Tuhan dan memuliakan-Nya) dalam hidup kita.

*“Aku akan meletakkan Eben-Haezer setiap aku menyelesaikan pekerjaanku, setiap keberhasilan menjalin hubunganku dengan seseorang , setiap keberhasilan dalam pelayananku, dalam keluargaku, dalam kesehatanku, dalam masalah-masalahku, sebagai peringatan untuk mengingatkan aku bahwa Tuhan terus bekerja menolong aku. “*

Amin

_Joshua Ivan Sudrajat_

Komentar

Postingan Populer