GAYA HIDUP ILAHI

GAYA HIDUP ILAHI

Saat seseorang melakukan kontribusi - ikut memberikan resourcesnya dalam suatu wadah pelayanan, biasanya hal tersebut di sebabkan karen beberapa hal berikut:

~ 1. Di dorong oleh Roh Kudus untuk melakukannya; dan setelah mentaati dorongan yang Roh berikan, ia melanjutkan perjalanan hidupnya seperti biasanya.

~ 2. Ada satu rasa memiliki (sense of belonging) atas wadah pelayanan tersebut; dalam hidup seseorang, sense of belonging dapat muncul dengan dua motivasi hati yang berbeda: yang sehat dan yang tidak sehat.

** a. Sense of belonging yang sehat akan muncul dalam hati orang-orang yang tulus.

Mereka memberikan sesuatu di suatu wadah pelayanan secara murni karena memang merek mendapati adanya suatu kebutuhan di wadah pelayanan tersebut dan mereka merasa terbeban untuk dapat ikut berpartisipasi menanggung, memenuhi kebutuhan yang ada tersebut.

Tidak ada pamrih apapun yang mereka ingini.
Mereka hanya mengerjakan tugas / tanggung jawab sebagai 'anak didalam rumah' yang harus ikut serta memenuhi setiap kebutuhan rumah yang mereka miliki.

Inilah 'asset pelayanan' yang sesungguhnya.
Berbahagialah setiap pemimpin yang dalam pelayanannya, di beri Tuhan orang-orang yang memang memiliki sense of belonging yang sehat.

** b. Sense of belonging yang tidak sehat biasanya akan muncul didalam hati orang-orang yang ambisi pribadinya masih belum terkikis habis; biasanya mereka memiliki suatu idealisme tersendiri yang tidak riil sehingga mereka tidak pernah bisa mewujudkannya.

Tapi melalui memberi/ mensupport pelayanan seorang hamba Tuhan, mereka berharap akan mendapatkan suatu kesempatan untuk bisa ikut menanamkan idealisme / impian pelayanan yang mereka miliki ke dalam wadah pelayanan yang mereka support tersebut.

Mereka yang memiliki sense of belonging yang tidak sehat walau terlihat seperti 'suatu asset' dalam pelayanan, tapi sesungguhnya justru berpotensi 'menjadi beban pelayanan' bagi pemimpin pelayanan yang ada.

Di tengah masa Tuhan mempersiapkan gerejaNya untuk berfungsi sebagai 'pintu gerbang surga' atas kota / bangsa, Tuhan akan melahirkan lebih banyak lagi orang-orang percaya yang memiliki sense of belonging yang 'super sehat' atas gerejaNya.
Mereka akan berfungsi sebagai anak-anak yang bertanggung jawab untuk memenuhi apapun yang menjadi kebutuhan didalam rumah...

Pastikan sebagai pemimpin, kita yang pertama-tama menunjukkan kualitas hidup yang betul-betul bersih dalam hal keuangan.

Ada banyak 'jemaat kaya' yang hingga kini masih tidak mau 'bersikap akurat' dalam hal memberi ke rumah Tuhan karena mereka masih belum yakin sepenuhnya atas cara penggunaan keuangan dari pemimpinnya; memang hingga kini, ada banyak pemimpin yang belum betul-betul 'mati' dalam hal keuangan.

Ada banyak pemimpin yang saat mendapatkan berkat keuangan 'sedikit lebih banyak' dari biasanya saja sudah langsung memanifestasikan kehidupan bermewah-mewah yang selama ini hanya sekedar 'terpendam' (karena tidak memiliki sarananya, tidak ada cukup uang untuk mendukung gaya hidup yang ia ingini) - gaya hidup duniawi/ kedagingan dalam dirinya belum sepenuhnya 'mati'.

Tentu saja 'para orang kaya' tersebut akan berpikir:
"Wah baru mendapat uang sedikit lebih banyak saja sudah berkelakuan seperti itu, bagaimana kalau saya memberikan persepuluhan saya secara penuh.... Bisa-bisa kalau bepergian kemanapun akan selalu menuntut harus naik pesawat kenamaan di kelas bisnis....sementara saya sendiri yang adalah pengusaha, masih memakai kelas ekonomi...."

Pastikanlah kehidupan kita sebagai seorang pemimpin jemaat lebih menunjukkan gaya hidup yang Ilahi (tidak menyukai kemewahan / keduniawian; menunjukkan gaya hidup seorang selebrity)

Suka tidak suka, pada kenyataannya, gaya hidup mewah yang di tunjukkan seorang hamba Tuhan, sesungguhnya hanya akan menyakiti hati jemaatnya sendiri - membuat mereka meninggalkan suatu ganjalan dalam hati.

JANGAN SALAH PAHAM DENGAN SAYA.
Saya tidak mengatakan bahwa sebagai seorang publik figur rohani (pemimpin umat) maka kita tidak boleh memiliki taraf kehidupan sosial yang baik; yang saya maksudkan adalah kalau dari sikap hati / kecenderungan hati yang kita miliki, memang bertujuan untuk melayani - dan bukannya berkeinginan untuk dilayani, maka otomatis akan terlahir nilai-nilai hidup yang akan menuntun kita untuk 'memiliki kehidupan yang patut' sebagai seorang hamba Tuhan...

Pastikan pemakaian keuangan yang kita miliki, kita lakukan secara akurat.
Keakuratan, keterbukaan dalam pemakaian keuangan akan menumbuhkan rasa percaya dalam kehidupan banyak orang sehingga mereka dengan tanpa ragu akan belajar memberi dengan penuh kemurahan...
Mereka mengetahui kemana uang tersebut dialirkan dan apa hasil yang dimunculkannya...

#AkuCintaTuhan
(Ps. Steven Agustinus)

Komentar

Postingan Populer