PEPERANGAN ROHANI DALAM PENGINJILAN

PEPERANGAN ROHANI DALAM PENGINJILAN
Oleh : Pdt. M.D. Wakkary

I.       MENGENAL MUSUH

Alkitab menjelaskan dengan pasti dan tegas bahwa gereja atau orang-orang percaya memiliki musuh.

Musuh itu bukanlah manusia atau suatu komunitas, tetapi Iblis. (I Petrus 5:8, Yakobus 4:7).

Iblis harus dilawan, diperangi, diusir dan dikalahkan.

Namun Iblis licik dan banyak muslihat (Efesus 6:8), karena itu kita jangan memberi peluang bagi Iblis (Efesus 4:27).

Kita harus mengetahui siasat Iblis. (2 Korintus 2:11).

Gereja berada dalam status perang terhadap Iblis. Oleh sebab itu kita harus faham seluk beluk taktik dan strategi Iblis, musuh kita.

A.  IBLIS MEMILIKI HIRARKI DAN RANGKING OTORITAS

Efesus 6:12. Ayat ini menguraikan 4 aras otoritas Iblis

yaitu :   1. pemerintah-pemerintah

                2. penguasa-penguasa

                3. penghulu-penghulu dunia gelap

                4. roh-roh jahat di udara.

B.  IBLIS MEMPUNYAI TERITORI (WILAYAH) KEKUASAAN

Selain memiliki aras-aras atau level kekuasaan, Iblis mempunyai wilayah-wilayah kekuasaan dengan penguasanya.

Daniel 10:13-20. Ada pemimpin kerajaan Persia, ada pemimpin orang Yunani.

Suatu otoritas yang mempengaruhi bangsa-bangsa dan negara-negara.

Matius 12:24-45, Markus 5:2-9.

Wahyu 2:13 – Kota Pergamus merupakan markas besar Iblis. Kota-kota dan desa-desa juga menjadi tempat Iblis beroperasi.

C.  IBLIS MEMILIKI STRATEGI “KETIDAK BENARAN”

Strategi Iblis, apapun taktik, kemasan, bentuk dan labelnya, intinya atau isinya adalah ketidak benaran, pemalsuan fakta, penipuan dan kebohongan.

Perhatikan : Kejadian 3:1-5, Matius 4:3-10.

Strategi Iblis yang licik dalam memanipulasi tujuan akhirnya adalah : mencuri, membunuh dan membinasakan.(Yohanes 10:10)

Karena kita tidak boleh terperdaya, dengan apapun kemasannya Iblis selalu dan selalu adalah bapa segala dusta. (Yohanes 8:44).

Perhatikan kemampuan sandiwara Iblis, karena ia dapat berperan sebagai domba, malaikat terang, dan mahluk sangat cerdik, padahal ia adalah monster yang buas dan sadis.

II.      MEDAN PEPERANGAN ROHANI

Francis Frangipane dalam bukunya berjudul “The Three Battlegrounds” (Tiga Medan Perang) menguraikan bahwa medan peperangan rohani terdiri dari tiga jenis :

1.     Medan perang Pikiran

2.     Medan perang Gereja

3.     Medan perang Tempat-tempat sorgawi

Dalam medan perang Pikiran kita harus sadar bahwa wilayah kekuasaan Iblis adalah alam kegelapan. Pikiran kita adalah tempat selalu diincar oleh Iblis untuk dikuasai. (Markus 7:21).

Medan pikiran penting, karena  pikiran kita sangat berkuasa. (Amsal 23:7).

Semua bermula di pikiran. Dalam penginjilan, kita membawa pedang firman Allah menaklukkan pikiran manusia kepada Kristus.

Pertobatan adalah pembaharuan pikiran. (Roma 12:1).

Menurut Francis, kubu atau benteng pertahanan manusia untuk melawan Injil bersumber dari tiga  hal:     –

–        Kubu I   = Dunia

–        Kubu II  = Pengalaman-pengalaman kita

–        Kubu III = Doktrin-doktrin yang salah

Sumber pertama adalah dunia di mana kita dilahirkan.

Arus yang deras dari berbagai informasi dan pengalaman yang secara terus menerus membentuk persepsi kita sejak kanak-kanak adalah sumber terbesar dari kubu pertahanan Iblis dalam diri kita.

Ketiadaan kasih dalam keluarga, dalam lingkungan budaya kita, tekanan-tekanan dan perubahan-perubahan nilai yang selalu membingungkan dan mengkuatirkan, semuanya berkombinasi membentuk identitas pandangan hidup kita.

Pengaruh keduniawian semakin dominan karena pengaruh film, televisi, komputer, internet, dll.

Sumber kedua, ialah pembentukan benteng yang terbangun oleh pengalaman-pengalaman dan konklusi logika yang kita pegang. Percaya diri akibat pengalaman, sering menolak kepercayaan dan ketergantungan total kepada Kristus.

Sumber ketiga, ialah doktrin-doktrin dan pengajaran-pengajaran yang keliru dan palsu. Kita harus berpegang kepada kemurnian pengajaran Alkitabiah, bukan kepada interpretasi yang salah atau pada fanatisme individu.

III.     MERUNTUHKAN BENTENG-BENTENG

Suatu pandangan lain tentang kubu-kubu atau benteng-benteng pertahanan Iblis, saya petik  dari bukunya Gary Kinnaman“Overcoming the Dominion of Darkness” yang memberikan defenisi bagus tentang tiga tipe perbentengan :

1.   Benteng-benteng teritorial : Gambaran hirarkhi dan aras (level) mahluk-mahluk kegelapan yang mendapat tugas strategis dari setan untuk mengontrol bangsa-bangsa, komunitas masyarakat dan keluarga-keluarga. Pasukan demonik (roh-roh jahat) tertentu menyerbu ke berbagai wilayah-wilayah untuk membentengi jenis-jenis kejahatan khusus.

Kota-kota tertentu menjadi benteng-benteng penyembahan berhala, dosa sensual atau jenis-jenis tertentu dari roh-roh agamawi.

2.   Benteng-benteng Ideologis : Kekuasaan setan yang berpengaruh kuat kepada suatu pandangan atau filsafat hidup yang mempengaruhi kebudayaan dan masyarakat. Misalnya Teori Charles Darwin tentang seleksi alamiah, Karl Marx dengan faham komunisme. Atau the New Age Movement yang digandrungi kaum intelektual liberal maupun adat istiadat yang dianut oleh masyarakat primordial.

3.   Benteng-benteng Pribadi : Suatu hal yang setan bangun untuk mempengaruhi pribadi manusia, menjadi dosa pribadi yaitu dalam pikiran-pikiran, dalam perasaan-perasaan, dalam sikap-sikap manusia dan pola-pola perilaku.

Benteng-benteng merupakan tempat-tempat perlindungan dibangun oleh setan dalam diri manusia, dalam pikiran manusia.

Kita harus perangi, kita harus tawan dan kita harus taklukkan kepada Kristus. (2 Korintus 10:4-5).

IV.    TARGET IBLIS : PARA GEMBALA SIDANG, PENGINJIL DAN KELUARGANYA

Dr. Peter Wagner dalam bukunya “Warfare Prayer” menguraikan 3 tingkat peperangan rohani :

1.     Peperangan Rohani Tingkat Dasar : Melawan ikatan-ikatan dosa yang memerlukan pelayanan pelepasan.

2.     Peperangan Rohani Tingkat Okultisme : Melawan para praktisi okultisme, kemistikan, kebatinan, pelaku kegaiban, pedukunan, dan sejenisnya.

3.     Peperangan Rohani Tingkat Strategis : Melawan penguasa teritorial, penghulu alam  kegelapan, pejabat tinggi kerajaan gelap.

Dalam perang tingkat strategis, Iblis menggunakan kekuatan dan senjatanya yang strategis pula. Targetnya : para gembala sidang, para penginjil dan keluarganya.

Banyak keluarga hamba Tuhan kacau balau. Sang pendeta atau penginjil terjerat skandal seks atau keuangan. Anak-anaknya terlibat narkoba atau tindakan kriminal.

Ada rumah tangga hamba Tuhan pecah berantakan. Perkawinan yang kocar-kacir. Di negara maju ada beberapa penginjil terkenal bangkrut dan terlilit hutang besar. Betapa tragisnya, pendeta yang selalu beritakan berkat, kesejahteraan dan kelimpahan, akhirnya jatuh miskin, lalu dinyatakan gerejanya atau yayasannya pailit.

V.     PARA PENGINJIL HARUS MAHIR DALAM “BERTEMPUR”

Penginjilan itu sendiri sudah berarti terjun ke arena peperangan rohani. Sebab penginjilan berarti kita sedang mempergunakan senjata ofensif (menyerang) yaitu pedang Roh, Firman Allah, Injil seutuhnya.

Kita harus memiliki senjata yang tajam. Penginjil harus selalu menajamkan pedangnya. Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya (Amsal 27:12).

Para penginjil dapat belajar dari penginjil lain yang Tuhan pakai lebih dari kita.

Pedang harus diminyaki selalu. Tim penginjilan harus selalu dibaharui urapan Roh Kudus.

Kalau pedang tumpul, penginjilan tidak memakan habis energi, dana, dan publikasi, namun hasilnya sedikit  sekali atau nol.

Penginjil kalau menyerang, harus tidak alpa dengan pertahanannya yaitu perisai, ketopong, baju jirah, dll.

Dari semua daftar persenjataan rohani dalam Efesus 6:13-18, yang tiga kali disebut adalah doa, doa, dan doa.

Kita harus menjadi petempur-petempur yang handal dan mahir menggunakan senjata rohani.

Saya merekomendasikan para penginjil, para gembala sidang, tim penginjilan dan tim pelayanan, untuk membaca buku “Prayer Shield” (Perisai Doa) tulisan Dr. Peter Wagner dan “Pressing The Gates of the Enemy” (Menduduki Kota-kota Musuh) karangan Cindy Jacobs. Suatu buku menarik berjudul “Taking our cities for God. How to break Spritual strongholds, (Merebut Kota bagi Allah) tulisan John Dawson, menguraikan pentingnya belajar “berperang” dan lima langkah menuju kemenangan peperangan rohani.

VI.    PASUKAN DOA

Saya kurang setuju kalau di panitia-panitia gerejawi ada seksi doa. Seksi panitia hanya berkonotasi  pekerjaan tehnis. Padahal doa adalah strategi perang gereja yang hanya dapat dilakukan oleh suatu pasukan petempur rohani.

Gereja zaman akhir ini harus memiliki pasukan doa yang para-komando (seperti marinir, raiders, kopasus, brigade mobil, dll). Karena setan pada akhir zaman tidak lagi berlakon sebagai ular, serigala atau singa mengaum, melainkan sebagai monster binatang naga merah padam yang buas mengerikan. (Wahyu 12:3).

Pada akhir zaman terorisme setan mencapai puncaknya yaitu di zaman 3 ½ tahun tribulasi. Antikris menguasai dunia politik, ekonomi dan keuangan, agama, budaya dan militer.

Kita kini harus siap berkonfrontasi tingkat strategis melawan setan. Pasukan-pasukan doa harus dibentuk dan dilatih.

Para gembala sidang harus memiliki kelompok pasukan khusus doa. Para penginjil harus punya pasukan doa.

Tim penginjilan harus solid dan merupakan pasukan doa.

Doa satu jam adalah limit terendah. Pasukan doa harus berdoa berjam-jam dan berpuasa berhari-hari, untuk hasil penginjilan yang signifikan.

Menjangkau kaum Nebayot dan Kedar memerlukan otoritas yang besar.

Okultisme tingkat global harus diperangi dengan jaringan penginjilan dan doa global.

Sebelum dan pada saat penginjilan dilakukan pasukan doa harus lebih berperan. Kita, kata tema GPdI, ingin menuai global tetapi bagaimana mencapainya kalau persiapan hanya sampai tingkat kampung.

Peperangan rohani tingkat strategis dialami Daniel dalam kitab Daniel pasal 10.

Seorang penginjil yang merangkap gembala sidang harus merekrut tentara doa dari dalam sidang jemaat. Penginjil full-time wajib terhisab dalam suatu jemaat lokal, untuk basis dukungan rohaninya.

Pasukan (istilah lunaknya : Kelompok khusus) Doa bisa terbagi dalam tim-tim atau regu-regu, yang berdoa (berjaga) nonstop 24 jam, siang dan malam, untuk waktu tertentu (satu minggu sampai 21 hari). Menara Doa, bukanlah tower bangunan, tetapi kesiapsiagaan doa baik siang maupun malam, secara beregu.

Doa – Puasa tiga hari secara berkelompok bergilir 21 hari sebelum penginjilan dan sementara penginjilan, kini banyak dilakukan.

Pasukan doa yang combat-ready di dekat panggung penginjil selama penginjilan atau KKR berlangsung sangat efektif mendukung atmosfir bagi Roh Kudus berkarya.

Kita ingin menyaksikan mujizat-mujizat luar biasa, karena itu doanya harus lebih dari luar biasa.

Juga ada Doa keliling dalam kota, doa keliling dalam arena tempat penginjilan.

Doa-Puasa semalaman lintas gereja untuk suatu revival  besar seperti yang terjadi di Columbia, sungguh diperlukan.

KKR besar Peter Youngren, seperti terjadi di Medan, Bandung, dan kota lain, menggemparkan kaum Kedar. Karena tim yang sudah duluan bergerak.

Kita ingin menyaksikan dalam skala yang lebih besar lagi di masa mendatang.

Penginjil Reinhard Bonke memiliki Tim Pendoa Syafaat yang kuat.

Peperangan rohani bukan teori atau sistem, tetapi praktek.

Saya pribadi harus mengakui masih “minder” berbicara tentang pasukan doa yang siap tempur.

Tetapi dalam sidang jemaat yang saya gembalakan sudah ada kelompok yang bernama PELDOFAT (Pelayanan Doa Syafaat).

VII.   PASUKAN PUJIAN

Barisan musik dan pujian unsur sangat vital dalam proses penginjilan dan peperangan rohani.

Sejarah Benteng Jeriko dirobohkan (Yosua 6) dan Kemenangan spektakuler Raja Yosafat terhadap koalisi Moab, Amon dan Seir (2 Tawarikh 20), adalah contoh-contoh peran signifikan pasukan pujian.

“Worship Team”  (para penyanyi, worship leader dan musisi) harus berada dalam urapan Tuhan. Mereka harus merangkap sebagai pasukan doa. Mereka harus dikhususkan.

Tim Pujian yang kudus dan diurapi menciptakan atmosfir Roh Kudus bekerja.

Penginjil-penginjil terkenal seperti Benny Hinn memiliki Worship Team, Choir dan Musisi yang sepenuhnya full-time.

Jemaat-jemaat yang bertumbuh melalui penginjilan di Korea, di RRT, di Amerika Latin, di Afrika dan kini di India, terkenal memiliki pendoa-pendoa syafaat yang berkomitmen  tinggi dan juga barisan musik dan penyanyi yang terlatih dan mahir.

VIII.         PEPERANGAN ROHANI AKAN TERUS MENINGKAT

Iblis sangat paham bahwa waktunya sudah sangat singkat.

Ia beroperasi secara besar-besaran, lebih mentakjubkan manusia, tetapi juga akan sangat mengerikan.

Tetapi gereja Tuhan akan lebih bersinar lagi. Puncaknya dalam Wahyu 12, gereja sempurna berjubahkan cahaya gilang gemilangnya matahari. Sangat mulia dan dahsyat. Mendahului itu revival-revival akan kita alami secara amat perkasa dan gereja akan menuai global. Kemenangan demi kemenangan akan selalu dan pasti terjadi.

“Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya”. (2 Korintus 2:14).

Bagi mereka yang ingin lebih mendalami teologi peperangan rohani saya menganjurkan memiliki buku “The Handbook of Spiritual Warfare” yang disusun oleh DR. Ed Murphy.

Komentar

  1. Tuhan memberkati.juga dpt membaca buku Victory in Spiritual Wafare oleh Tony Evans

    BalasHapus
  2. Terima kasih. Sangat memberkati

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer