KERENDAHAN HATI

KERENDAHAN HATI
HANANEEL CINTA
Minggu, 10 Juni 2018
Ps Fendhy Ongko

Amsal 18:12
Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan.

KS-ILT
Ams 18:12 Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan.

KJV
Pro 18:12 Before destruction the heart of man is haughty, and before honour is humility.

Banyak penjelasan yang dapat diberikan mengenai makna kerendahan hati, tetapi mana yang dapat kita terima? Kita harus memahaminya dengan benar, karena Tuhan Yesus mengundang kita untuk belajar dari-Nya yang rendah hati (Mat.11:29).

Kerendahan hati bukanlah fenomena lahiriah melainkan sikap batiniah.

 "Kerendahan hati" dalam bahasa Ibrani berasal dari kata dasar עָנָה - 'ANAH yang berarti: dibuat menderita, direndahkan, ditindas. Kata-kata turunannya diterjemahkan secara bervariasi menjadi "kerendahan hati/ to be humble", "kelembutan hati", "penderitaan", dan lain-lain. Bentuk nominanya adalah: עָנָו - 'ANAV, artinya: seorang yang rendah hati/ seorang yang lemah lembut

Dua kata kerja Ibrani lain yang berkaitan dengan "kerendahan hati" ialah כָּנַע - KANA, harfiah, menundukkan diri; שָׁפֵל - SHAFEL, harfiah: merendah atau menjadi rendah. Dan רָפַשׂ - RAFAS, artinya: merendahkan diri, menundukkan diri.

Bentuk nomina feminine "Kerendahan Hati" dalam bahasa Ibraninya adalah: עֲנָוָה - 'ANAVAH

Ada beberapa kata Ibrani yang diterjemahkan dengan "rendah hati" atau "kerendahan hati", misalnya nomina עֲנָוָה - 'ANAVAH, kerendahan hati, kelemahlembutan; Verba: שָׁפֵל - SHAFEL, merendahkan hati, to be humble, low, down.

"Rendah hati" adalah kata lain dari "tidak sombong" dan "tidak memegahkan diri" yang adalah sifat dari Kasih. Sikap Rendah Hati itu sebuah sikap yang bebas dari kesombongan atau arogansi. Ini bukan kelemahan melainkan keadaan pikiran yang menyenangkan Allah. karena Allah adalah Kasih

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “rendah hati” berarti “tidak sombong atau tidak angkuh”. Sedangkan angkuh itu sendiri berarti “suka memandang rendah kepada orang lain”, bersinonim dengan “tinggi hati”, “sombong”, “congkak”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rendah hati menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sikap yang tidak merendahkan orang lain. Namun deskripsi ini tidak dapat menjadi pijakan untuk menganalisis kerendahan hati menurut Alkitab.

Dalam Ams. 18:12 dikatakan bahwa kerendahan hati mendahului kehormatan.

1. Kata yang digunakan di sini adalah עֲנָוָה (`ănâvâh) yang menggambarkan kesederhanaan, kesabaran, dan kelembutan.

Dalam bahasa Yunani, digunakan kata ταπεινός (tapīnós) yang berarti “berbaring di tempat yang rendah”, dan secara metafora menggambarkan kesederhanaan, kelembutan, dan juga kesedihan dan depresi.

Kata ini digunakan di ayat yang sama dalam Septuaginta (Perjanjian Lama Yunani) dan juga digunakan di Perjanjian Baru.

2. Dalam Kitab-Kitab Ibrani, ”kerendahan hati” berasal dari kata dasar (ʼa·nah′) yang berarti ”dibuat menderita; direndahkan; ditindas”. Kata-kata turunannya diterjemahkan secara bervariasi menjadi ”kerendahan hati”, ”kelembutan hati”, ”penderitaan”, dan lain-lain.

3. Dua kata kerja Ibrani lain yang berkaitan dengan ”kerendahan hati” ialah ka·naʽ′ (harfiah, menundukkan [diri]) dan sya·fel′ (harfiah, merendah atau menjadi rendah).

4. Dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen, kata ta·pei·no·fro·sy′ne diterjemahkan menjadi ”kerendahan hati”. Kata itu berasal dari kata ta·pei·no′o, ”menjadikan rendah”, dan kata fren, ”pikiran”.

*BAGAIMANA SESEORANG BELAJAR KERENDAHAN HATI*

1. Seseorang dapat menjadi rendah hati dengan mempertimbangkan hubungan dia dengan Allah dan dengan sesamanya, sebagaimana diuraikan dalam Alkitab, lalu mempraktekkan prinsip-prinsip yang ia pelajari.

Kata Ibrani, hith·rap·pes′, yang diterjemahkan ”rendahkan dirimu”, secara harfiah berarti ”injak-injak dirimu”.

Kata itu dengan bagus mengungkapkan tindakan yang digambarkan oleh penulis Amsal yang berhikmat, ”Putraku, jika engkau telah menjadi penanggung bagi sesamamu, . . . jika engkau telah terjerat oleh perkataan mulutmu, . . . engkau telah masuk ke dalam telapak tangan sesamamu: Pergilah, rendahkanlah dirimu [injak-injak dirimu] dan hujanilah sesamamu dengan permohonan. . . . Bebaskanlah dirimu.” (Ams 6:1-5)

Dengan kata lain, buang gengsimu, akui kesalahanmu, luruskanlah masalahnya, dan mintalah pengampunan. Yesus menasihati agar seseorang merendahkan diri di hadapan Allah seperti seorang anak kecil dan, sebaliknya daripada mencoba menjadi terkemuka, hendaknya ia melayani saudara-saudaranya.—Mat 18:4; 23:12.

2. Atau, seseorang bisa belajar kerendahan hati karena direndahkan melalui pengalaman.

Tuhan memberi tahu Israel bahwa Ia merendahkan hati mereka dengan membuat mereka mengembara selama 40 tahun di padang belantara untuk menguji mereka, guna mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka dan membuat mereka mengerti bahwa ”bukan dengan roti saja manusia hidup, melainkan dengan setiap pernyataan dari mulut Allah manusia hidup”. (Ul 8:2, 3)

Banyak orang Israel tentu mengambil hikmah dari pengalaman pahit itu dan memperoleh kerendahan hati. (Bdk. Im 26:41; 2Taw 7:14; 12:6, 7.)

3. Jika seseorang atau suatu bangsa menolak untuk menjadi rendah hati atau tidak mau menerima disiplin yang merendahkan hati, mereka akan dipermalukan pada waktunya.—Ams 15:32, 33; Yes 2:11; 5:15.

*MANFAAT atau BERKAT KERENDAHAN HATI*

*1. Menyenangkan Allah.*

Kerendahan hati sangat berharga di mata Tuhan. Meskipun Allah tidak berutang apa-apa kepada umat manusia, dengan kebaikan hati yang tidak selayaknya diperoleh Ia siap memperlihatkan belas kasihan dan perkenan kepada orang-orang yang merendahkan diri di hadapan-Nya.

Orang-orang itu memperlihatkan bahwa mereka tidak mempercayai diri sendiri atau menyombongkan diri tetapi berpaling kepada-Nya dan ingin melakukan kehendak-Nya.

*2. Dikasihani, diitinggikan / dipromosikan Tuhan pada waktunya*

Seperti yang dikatakan oleh Yakobus dan Petrus, para penulis Kristen yang terilham, ”Allah menentang orang yang angkuh, tetapi kepada orang yang rendah hati ia memberikan kebaikan hati yang tidak selayaknya diperoleh.”—Yak 4:6; 1Ptr 5:5.

Bahkan orang-orang yang tadinya mempraktekkan hal-hal yang sangat jahat akan didengar oleh-Nya, jika mereka benar-benar merendahkan diri di hadapan Yehuwa dan memohon belas kasihan-Nya.

Dengan menggiatkan ibadat palsu di negerinya, Raja Manasye dari Yehuda telah membujuk penduduk Yehuda dan Yerusalem ”untuk berbuat lebih buruk daripada bangsa-bangsa yang telah Yehuwa musnahkan dari hadapan putra-putra Israel”.

Namun, setelah Tuhan membiarkan dia dibawa ke pembuangan oleh raja Asiria, Manasye ”sangat merendahkan diri karena Allah bapak-bapak leluhurnya. Ia terus berdoa kepada-Nya, sehingga Ia membuka diri bagi permohonannya dan Ia mendengar permohonannya untuk belas kasihan dan memulihkan kekuasaannya sebagai raja di Yerusalem; dan Manasye pun mengetahui bahwa Tuhan adalah Allah yang benar”.

Demikianlah Manasye belajar kerendahan hati.—2Taw 33:9, 12, 13; bdk. 1Raj 21:27-29.

*3. Memberikan Bimbingan yang Benar.*

Orang yang merendahkan diri di hadapan Allah dapat yakin akan mendapat bimbingan Allah.

Ezra mempunyai tanggung jawab yang berat untuk memimpin lebih dari 1.500 pria, di samping para imam, kaum Netinim, dan wanita serta anak-anak, pulang dari Babilon ke Yerusalem. Selain itu, mereka mengangkut banyak sekali emas dan perak untuk memperindah bait di Yerusalem. Mereka membutuhkan perlindungan selama perjalanan, tetapi Ezra tidak mau meminta pengawalan militer kepada raja Persia karena hal itu akan memperlihatkan bahwa mereka mengandalkan keperkasaan manusia. Lagi pula, ia pernah berkata kepada raja, ”Tangan Allah kami ada atas semua orang yang mencari dia untuk berbuat apa yang baik.” Oleh karena itu, ia mengumumkan puasa, agar rakyat pun merendahkan diri di hadapan Tuhan. Mereka memohon kepada Allah, dan Ia mendengarkan serta memberi mereka perlindungan dari sergapan musuh sehingga perjalanan yang berbahaya itu berhasil mereka lalui dengan selamat sampai ke tujuan. (Ezr 8:1-14, 21-32) Di pembuangan di Babilon, nabi Daniel mendapat kebaikan hati yang besar dari Allah sewaktu Ia mengutus seorang malaikat dengan suatu penglihatan, karena Daniel merendahkan diri di hadapan Allah ketika ia mencari bimbingan dan pengertian.—Dan 10:12.

Kerendahan hati akan membimbing seseorang di jalan yang benar dan akan mendatangkan kemuliaan baginya, sebab Allah-lah yang meninggikan dan merendahkan orang. (Mz 75:7)

”Tinggi hati mendahului kehancuran, dan kerendahan hati mendahului kemuliaan.” (Ams 18:12; 22:4)

Jadi, orang yang mencari kemuliaan melalui keangkuhan akan gagal, seperti halnya Raja Uzia dari Yehuda, yang menjadi lancang dan tanpa wewenang yang sah merebut tugas para imam, ”Segera setelah ia menjadi kuat, hatinya menjadi angkuh bahkan sampai menyebabkan kebinasaan, sehingga ia bertindak tidak setia terhadap Yehovah, Allahnya, dan masuk ke dalam bait Yehovah untuk membakar dupa di atas mezbah dupa.” Sewaktu dia murka terhadap para imam yang mengoreksi dia, dia dihantam dengan penyakit kusta. (2Taw 26:16-21) Kurangnya kerendahan hati menyesatkan Uzzia, dan kejatuhanlah akibatnya.

*4. Membantu Kita pada Masa yang Sulit.*

Kerendahan hati dapat sangat membantu kita ketika menghadapi tantangan berupa kesulitan. Sewaktu ada malapetaka, kerendahan hati membuat orang sanggup bertahan serta bertekun dan melanjutkan pelayanannya kepada Allah.

Raja Daud mengalami banyak kesulitan. Ia dikejar-kejar sebagai buronan oleh Raja Saul. Tetapi ia tidak pernah mengeluh kepada Allah atau meninggikan dirinya terhadap orang yang diurapi Yehovah. (1Sam 26:9, 11, 23)

Sewaktu ia berdosa terhadap Yehovah, yaitu berselingkuh dengan Bat-syeba, dan ditegur dengan sangat keras oleh nabi Allah yang bernama Natan, ia merendahkan diri di hadapan Allah. (2Sam 12:9-23)

Setelah itu, ketika seorang Benyamin yang bernama Syimei mulai mengutuki Daud di depan umum, lalu Abisyai, perwira Daud, ingin membunuh orang itu karena sangat tidak merespek raja, Daud mempertunjukkan kerendahan hati. Ia menjawab Abisyai, ”Lihat, putraku sendiri, yang keluar dari bagian dalamku, mencari jiwaku; terlebih lagi sekarang seorang Benyamin! . . . Mungkin Tuhan akan melihat dengan matanya, dan Yehovah akan mengembalikan kepadaku kebaikan sebagai ganti laknatnya hari ini.” (2Sam 16:5-13)

Belakangan, Daud menghitung jumlah rakyat, bertentangan dengan kehendak Yehovah. Kisahnya demikian, ”Setelah menghitung rakyat, hati Daud mulai menyalahkan dia. Karena itu Daud mengatakan kepada Tuhan, ’Aku telah sangat berdosa karena apa yang telah kulakukan. . . . Aku telah bertindak sangat bodoh.’” (2Sam 24:1, 10)

Meskipun dihukum, Daud tidak disingkirkan dari jabatan raja; kerendahan harusnya mempunyai andil besar dalam memperoleh kembali perkenan Yehovah.

KESIMPULAN :
1. Rendah hati itu bisa mengakui kesalahan - bisa minta maaf. Kalau bisa mengakui kesalahan / kekurangan.
2. Rendah hati itu bisa mengakui ketika org lain bener.
3. Rendah hati itu bisa mendengarkan dan bisa diajar
4. Rendah hati itu bisa merendahkan diri. Rendah hati itu bukan minder. Ketika kita boss / pemimpin / suami / senior tp kita bisa menurunkan derajat melayani yg di bawah.

Filipi 2:5-9
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama. Yesus itu adalah role model kita. Dia yg membasuh murid2 Nya. Dia ngak bersalah. Dia direndahkan sedemikian rupa, baju nya di robek, diolok2, dipasang mahkota duri. Itu sebuah ejekan. Hukum nya seberapa kau bisa turun menentukan seberapa kau bisa naik.
5. Rendah hati itu bisa direndahkan oleh org lain.
6. Rendah hati itu bisa mengutamakan org lain. Filipi 2:2-4 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.

Writer Joshua Ivan Sudrajat

Komentar

Postingan Populer